commit to user
2. Kondisi Umum Alun-Alun Utara Surakarta
Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan
upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. www.wikipedia.com
, 14 November 2010. Secara istilah, alun-alun diartikan sebagai alon-alon dalam
bahasa Jawa, yang diharapkan setiap orang berjalan tenang dan sabar saat melewati lapangan itu
.
Selain itu, disebut dengan istilah alun-alun, karena di waktu siang hari di saat sinar matahari panas membakar, tempat tersebut terlihat
bergetar bagai ombak mengalun bahasa Jawa: amun-amun apindo alun Ada dua alun-alun yang dimiiki Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu
alun-alun utara dan alun-alun selatan. Namun dalam segala hal keadaannya, alun- alun selatan lebih sederhana daripada alun-alun utara dan menurut fungsinya,
alun-alun utara juga lebih sering digunakan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh keraton dibandingkan alun-alun selatan
Alun-alun utara, sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta, adalah bagian depan kompleks keraton yang berupa tanah lapang dan dibangun
pada masa Paku Buwana III untuk berbagai macam kegiatan. Alun-alun utara berbentuk segi empat berukuran 300 m tiap sisi dan mempunyai sepasang pintu
depan, yaitu Kori Pamurakan dan Kori Gladhag. Kedua kori ini merupakan batas gledhegan pintu yang menghubungkan keraton dengan luar keraton. Di sebelah
utara alun-alun lor berdiri dua patung raksasa yang dinamakan Cingurabala dan Balaupata yang dikenal sebagai penjaga masuk khayangan. Sebelah utara ini juga
menjadi pintu masuk alun-alun utara. Di sebelah timur laut dan barat daya alun-
commit to user
alun utara terdapat pintu samping yaitu Kori Gledheg Wetan menuju ke kampung Bathangan dan Kori Gledheg Kulon menuju ke kampung Slompretan. Sedangkan
di bagian tengah alun-alun terdapat dua buah pohon beringin besar yang dinamakan Jayandaru dan Dewandaru.
Pohon beringin Jayandaru dan Dewandaru diapit dua batang pohon beringin lainnya yang lebih kecil, yakni sepasang berada di sebelah selatan di
dekat meriam-meriam di depan pagelaran dan sepasang lainnya di sebelah utara di dekat Kori Pamurakan. Kedua pohon beringin besar melambangkan loroning
atunggal, yaitu dua unsur yang berjarak tetapi merupakan persatuan yang sulit dipisahkan.
Di sekeliling alun-alun terdapat pohon beringin dalam jumlah banyak dan di tepi sebelah utara, timur dan barat terdapat deretan bangunan yang disebut
dengan kapalan. Fungsinya sebagai tempat istirahat bagi para abdi dalem setelah melakukan Gledhen Watangan latihan perang-perangan. Setelah tradisi gladhen
watangan tidak ada, yakni sejak Sunan PB XI, maka kapalan digunakan sebagai tempat istirahat para abdi dalem yang akan menghadap raja ke istana. Oleh karena
itu nama kapalan kemudian disebut paseban. Pada awal dibangunnya alun-alun utara Surakarta, alun-alun difungsikan
sebagai:
·
Tempat berkumpul prajurit pada saat akan berangkat perang.
·
Tempat berkumpul
rakyat kerajaan
pada saat
mendengarkan pengumuman-pengumuman penting atau undang-undang dari Raja.
·
Tempat untuk latihan perang.
commit to user
·
Tempat rampokan aduan hewan dengan hewan atau dengan manusia.
·
Tempat rakyat jelata ataupun sentono dalem dan abdi dalem melakukan topo pepe duduk diam diantara dua pohon beringin ditengah alun-alun,
untuk dapat dilihat dan dipanggil menghadap raja, sebagai upaya mencari keadilan langsung, atau mohon ampun langsung kepada raja.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, fungsi alun-alun menjadi berubah. Pada saat ini alun-alun dijadikan sebagai ruang publik yang digunakan
sebagai tempat olah raga dari beberapa sekolah yang ada di sekitarnya. Banyak juga masyarakat yang berjualan di tempat itu. Alun-alun Utara juga banyak
dikunjungi wisatawan dari beberapa tempat. Sehingga banyak mobil dan kendaraan roda dua yang masuk ke area alun-alun. Hal tersebut membuat alun-
alun menjadi ramai diikunjungi banyak orang.
commit to user
commit to user
B. Hasil Penelitian
Kebudayaan yang tumbuh di Indonesia menjadi identitas bagi negara Indonesia sendiri. Banyaknya kebudayaan yang lahir semakin memperkaya
khasanah budaya dan semakin memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang berbudaya. Sejarah perjalanan bangsa Indonesia dari lahir sampai saat ini telah
menumbuhkan beragam budaya-budaya yang berpotensi untuk dijadikan obyek wisata. Salah satuya adalah kebudayaan yang lahir di Kota Surakarta. Alun-alun
utara Surakarta sebagai salah satu asset budaya peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta menjadi bagian dari kebudayaan yang ada di Surakarta dan kini telah
menjadi bagian dari pariwisata. Sektor parwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pendapatan
daerah. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh alun-alun utara dapat berperan dalam menyumbang pendapatan daerah tatkala ada event-event yang digelar di
kawasan alun-alun utara Surakarta. Sebagai kawasan budaya bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta, alun-alun utara merupakan salah satu asset berharga yang di
miliki Kota Surakarta mengingat alun-alun utara merupakan peninggalan sejarah yang saat ini keberadaannya menjadi perhatian karena berkaitan dengan adanya
revitalisasi yang akan mengubah fungsi penggunaan alun-alun yang selama ini dirasa menyimpang dari makna alun-alun yang sebenarnya. Revitalisasi yang
dilakukan bertujuan untuk memperkuat citra Solo sebagai kota budaya selain itu juga sebagai wujud pengembalian fungsi ideal sebagai penguat citra Keraton.
Berkaitan dengan hal di atas, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta sebagai instansi yang berkaitan melakukan upaya dan strategi dalam rangka revitalisasi