commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Tidak hanya budaya yang lahir pada zaman sekarang, tetapi juga budaya yang lahir pada zaman
dahulu. Kerajaan-kerajaan yang hidup di Indonesia pada zaman dahulu telah melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah. Bukti peninggalan
bersejarah pada masa kerajaan dapat dilihat dari adanya benda-benda dan bangunan-bangunan yang khas dengan corak kehidupan kerajaan. Semua bukti
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia baik peninggalan pada masa purba, masa kerajaan, dan masa penjajahan semakin memperkaya obyek wisata di
Indonesia, yang kesemuanya menjadi andalan dan penggerak laju perekonomian bangsa ini.
Budaya tidak hanya mencerminkan identitas suatu negara, tetapi juga menjadi obyek wisata utama di seantero dunia. Tidak sedikit wisatawan yang
tertarik pada hasil peninggalan masa lampau di kota bersejarah, kota tua pada setiap negara yang mereka kunjungi. Trend wisata tersebut diberi nama heritage
tourism atau cultural heritage tourism. Salah satu daya tarik pariwisata yang menarik di Indonesia adalah wisata peninggalan sejarah atau yang disebut wisata
heritage. Heritage, atau wisata berupa berbagai peninggalan dalam segala bentuk bangunan, dinilai penting bukan hanya sebagai sebuah identitas kota dan negara,
tapi juga bernilai ekonomi serta memberi dampak sosial.
commit to user
Kondisi yang terjadi saat ini adalah banyaknya peninggalan sejarah atau heritage yang tidak terawat keadaanya atau bahkan terbengkalai. Selain kumuh
dan tidak terawat, banyak situs dan benda bersejarah yang berubah fungsi, bahkan ada yang hilang. Hal ini sangat memprihatinkan, karena nilai dan fungsi asli
benda bersejarah menjadi hilang. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat menjadi saksi sejarah di masa lampau sama sekali banyak yang tidak
mendapatkan perhatian cukup serius dari pemerintah, dan tinggal menunggu waktu untuk punah dengan sendirinya. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih
kurang menjadi kendala dalam pelestarian budaya ataupun obyek wisata yang lain. Pada umumnya bangunan yang berpotensi wisata itu dibiarkan kotor, tidak
terawat tanpa solusi yang disepakati. Keadaan ini juga terjadi di kota Surakarta yang notabene mempunyai banyak sekali warisan peninggalan bangunan
bersejarah yang berpotensi untuk dijadikan wisata heritage. Kota Surakarta sebagai kota bersejarah yang lahir pada masa kerajaan
masih memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah diantaranya alun-alun utara. Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman
dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih
perang gladi yudha bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah sabda raja kepada kawula rakyat. Wikipedia Indonesia,
ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 27 Oktober 2010 Kawasan Alun-alun Surakarta sebagai salah satu peninggalan budaya dan
sejarah di Kota Surakarta pada dasarnya merupakan suatu kawasan yang memiliki
commit to user
nilai historis dan merupakan sebuah kawasan yang memiliki warisan yang berupa bangunan dan desain arsitektur tertentu yang mencirikan keadaan masa lalu
ataupun kondisi yang ada pada masa tersebut. Kawasan ini dulunya merupakan bagian dari salah satu pusat pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah Keraton
Surakarta. Alun-alun utara, yang merupakan salah satu dari dua nama alun-alun
yaitu alun-alun utara dan alun-alun selatan, yang menjadi salah satu bagian dari Keraton Surakarta merupakan obyek wisata heritage yang menarik di Surakarta.
Selain merupakan bangunan heritage, alun-alun utara Surakarta juga menawarkan wisata religi dan budaya, yang mempunyai nilai dan potensi ekonomi karena di
alun-alun utara lebih sering digunakan untuk berbagai acara kerajaan, misalnya sekaten, malam satu Sura.
Sebagai suatu tempat dalam bentuk tanah lapang, alun-alun utara mengalami perkembangan dalam pemanfaatannya., dimana pada masa Kerajaan
dulu alun-alun digunakan untuk acara kerajaan kemudian seiring dengan perkembangan zaman alun-alun digunakan sebagai ruang publik yang dapat
diakses oleh semua kalangan. Namun dengan dijadikannya alun-alun sebagai public space ruang publik, malah menjadi bahan permasalahan bagi pemerintah
setempat. Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan pemanfaatan alun-alun utara sebagai ruang publik antara lain:
1. Tertutupnya keberadaan alun-alun sebagai kawasan yang mempunyai nilai historis tinggi. Hal ini dikarenakan munculnya pedagang informal
commit to user
misalnya pedagang kaki lima yang nantinya akan mendatangkan masalah terhadap kelestarian kawasan alun-alun utara Surakarta.
2. Lunturnya makna kompleks bangunan keraton dan alun-alun sebagai cagar budaya. Penyebabnya adalah alun-alun yang dulunya sedemikian pesatnya
menjadi pelataran PKL dan parkir kendaraan wisata. 3. Munculnya kontradiksi dan konflik kepentingan antara aspek ekonomi
untuk mempertahankan sektor informal dengan aspek budaya untuk mempertahankan obyek pariwisata Keraton Surakarta.
4. Adanya kecenderungan pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan sebagian orang yang menjadikan makna penggunaannya bergeser.
5. Hilangnya wajah kawasan alun-alun sebagai kawasan cagar budaya sebagai dampak perkembangan aktivitas perdagangan dan nonbudaya
lainnya. 6. Hilangnya kesan estetika dan kesan monumental kawasan alun-alun
karena aktivitas perdagangan telah menimbulkan kekumuhan dan kekotoran pada wajah kawasan.
http:google.com.alasan-revitalisasi- alun-alun-utara-Surakarta
, 27 Oktober 2010 Dengan adanya beragam permasalahan yang ada di alun-alun utara
Surakarta, perlu adanya upaya perbaikan lingkungan, yaitu dengan revitalisasi. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian
kota yang dulunya pernah hidupvital, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran
www.google.com definisi-revitalisasi, 11 Oktober 2010. Hal
tersebut diperlukan mengingat bahwa kawasan bersejarah cagar budaya yang
commit to user
tidak tertata dengan baik dikhawatirkan nantinya akan semakin buruk kondisinya apabila tidak dilakukan penanganan yang serius. Kondisi yang demikian juga
merupakan ancaman yang serius bagi kota secara tidak langsung karena dapat mempercepat penurunan kualitas fungsional, visual, maupun lingkungan. Untuk
itu, pelestarian dan revitalisasi alun-alun utara menjadi salah satu program pemerintah kota Surakarta dalam rangka mewujudkan citra Solo sebagai Kota
Budaya. Upaya revitalisasi mengandung tiga hal pokok, yaitu: 1. Meningkatkan vitalitas yang ada
2. Menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar 3. Memberikan vitalitas baru
Strategi revitalisasi bagi kawasan bersejarah dipandang penting mengingat:
1. Revitalisasi tidak hanya semata-mata melindungi kawasan historis, melainkan juga mewadahi sejumlah fungsi lain, sebagai kawasan strategis
yang harus mampu memberi pengaruh bagi kawasan di sekitarnya, memiliki dinamika perubahan tinggi serta mampu pula menyerap investasi
dalam jumlah besar, sehingga konservasi terhadap area historis–kultural menjadi sangat diperlukan.
2. Keberadaan asset historis yang tak lagi mendapat dukungan besar oleh komunitasnya sering dianggap sebagai hal yang tidak fungsional dan
terabaikan diantara sejumlah besar kepentingan pragmatis, sehingga revitalisasi untuk mendapatkan kembali daya hidup suatu asset historis
juga mutlak dibutuhkan.
commit to user
Usaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah dengan dukungan semua pihak baik masyarakat ataupun pemerintah kota merupakan usaha yang harus
dihargai. Hal itu sudah mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak pemerintah Kota Surakarta dan masyarakat luas dengan revitalisasi. Menurut Bapak Jaka,
Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Tata Ruang Kota Surakarta mengatakan bahwa
“Upaya revitalisasi alun-alun utara Surakarta dilakukan dengan dasar untuk mengembalikan kebudayaan seperti fungsinya semula, menjaga
keamanan dari para pedagang, selain itu revitalisasi ini juga digunakan untuk mengembalikan image alun-alun sebagai bagian dari keraton
Surakarta yang sejalan dengan perwujudan harapan dan cita-cita Kota Solo dan pemerintah Kota sebagai penyelenggaranya”.
Dalam mewujudkan harapan dan cita-cita kota Solo, maka pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Tata Ruang Kota Surakarta harus siap menghadapi
kondisi lingkungan internal dan eksternal, yaitu dengan memperhatikan adanya hambatan atau kendala yang mungkin timbul dalam revitalisasi alun-alun utara
serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam kedua lingkungan tersebut. Sehingga pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan dengan efektif
dan strategis. Adanya undang-undang nomor 32 tentang pelaksanaan pemerintahan
daerah dapat dijadikan peluang dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta. Karena dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka
pemerintah daerah diberikan hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah, termasuk di dalamnya pengelolaan sektor tata kota dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara.
commit to user
Tata kota mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan daerah. Hal tersebut dikarenakan tata kota merupakan sektor vital
dalam proses pembangunan sebuah kota dan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya. Apabila tata kota tertata rapi dan dapat berjalan dengan baik, maka
pembangunan di kota tersebut akan dapat berjalan dengan lancar, begitu pula dengan sektor lain seperti ekonomi, pariwisata, dan sebagainya akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Selain adanya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan
revitalisasi, munculnya hambatan juga harus diperhatikan. Hambatan pelaksanaan revitalisasi diantaranya adalah karena adanya faktor biaya. Keterbatasan biaya
yang dimiliki oleh pemerintah, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
Dengan adanya peluang dan tantangan tersebut, maka Dinas Tata Ruang Kota harus jeli dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
Kejelian dan kecermatan dalam pelaksanaan revitalisasi diperlukan agar dapat mewujudkan revitalisasi yang efektif dan strategis. Upaya untuk melaksanakan
revitalisasi dengan efisien dan strategis adalah dengan membuat suatu perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang
disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholders tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi
Michael Allison dan Jude Kaye, 2005:1. Perencanaan strategis khususnya digunakan untuk mempertajam fokus organisasi agar semua sumber organisasi
digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi. Dengan perencanaan
commit to user
strategis, dapat digunakan untuk menentukan strategi yang paling tepat dari revitalisasi alun-alun utara Surakarta.
B. Rumusan Masalah