RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA DALAM MEREVITALISASI ALUN ALUN UTARA SURAKARTA

(1)

commit to user

i

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA

DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN UTARA

SURAKARTA

Disusun Oleh:

DESTA AMANA SHALIKHAH

D0107006

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si. NIP. 197505052008011033


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal :

Panitia Penguji:

1. Ketua : Drs. Agung Priyono, M.Si. (...)

NIP. 195504231981031002

2. Sekretaris : Drs. Ali, M.Si. (...)

NIP. 195408301985031002

3. Penguji : Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si. (...)

NIP. 197505052008011033

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN., SU NIP 195301281981031001


(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya selama ini. Terima kasih untuk dukungan dan doanya yang tiada henti. Semoga karya ini

dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan harapan kalian. Amin...

Kakak-kakakku (Mas Udin, Mbak Erni, Mas Dwi, Mbak Rila, Mbak Pipit, Pak Eko, Mbak Novi, Pak Budi); Keponakanku (Ersa, Rizka, Dea, Akbar, Hana, Nayla) dan semua keluarga

besarku yang dengan tulus selalu mendoakan, memberikan dukungan dan juga semangatnya,…

Mas Sahid, terima kasih atas dukungan, dorongan, dan juga doanya. Terima kasih juga telah mengajariku tentang kedewasaan…

Sahabat-sahabatku (Farah, Juli, Mifta, Tresty, Mas Hendra). Terima kasih, kalian selalu ada ketika aku dalam keadaan suka ataupun duka…

Teman-temanku AN 07.…

Almamaterku…


(5)

commit to user

v MOTTO

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S Al Baqarah 286)

“Sesungguhnya bersaman kesulitan ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim..

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta.”

Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat akedemis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini tanpa mengurangi rasa hormat dan dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing atas

bimbingan yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi.

2. Ibu Dra Suprapti dan Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbng akedemik

yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan FISIP UNS yang telah

memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini

4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi atas ilmu yang diberikan


(7)

commit to user

vii

5. Dosen-dosen penguji

6. Bapak Ir. Yohanes Bambang Sri Nugroho selaku Kepala Dinas Tata Ruang

Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

7. Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST selaku Kasi Tata Bangunan Dan

Lingkungan; Bapak Joko Supriyanto, ST dan Bapak Kayato Hardeni, S.S selaku staf bidang konservasi bangunan cagar budaya, dan para staf Dinas Tata Ruang Kota Surakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan data untuk penulisan skripsi ini.

8. KGPH Poeger selaku pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah bersedia

menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Sahabatku Farah, Juli, Mifta, Tresty, dan sahabat-sahabatku AN 07 yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya nanti. Semoga penulisan skripsi ini berguna untuk pengembangan dan penelitian sebelumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Penulis


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI …. ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ………. .... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perencanaan Strategis ……… 10

2. Revitalisasi ……… ... 36

3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta ... 38

B. Kerangka Pemikiran ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 46

2. Lokasi Penelitian ... 46


(9)

commit to user

ix

4. Teknik Pengambilan Sampel ... 48

5. Teknik Pengumpulan Data ... 48

6. Validitas Data ... 50

7. Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 53

1. Kondisi Umum DTRK Surakarta ... 53

1.1 Mandat, Tupoksi, DTRK ... 53

1.2 Visi dan Misi DTRK ... 55

1.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi DTRK ... 56

1.4 Struktur Organisasi DTRK ... 60

1.5 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan ... 62

2. Kondisi Umum Alun-Alun Utara Surakarta……… 71

B. Hasil Penelitian………. 74

B.1 Identifikasi Faktor Lingkungan……….. 75

1. Lingkungan Internal………. . 75

1.1 Kekuatan (Strength)………. 75

1.2 Kelemahan (Weakness)……… 79

2. Lingkungan Eksternal………... 81

2.1 Peluang (Oppotrunities)……… ... 81

2.2 Ancaman (Threat)………. 84

B.2 Identifikasi Isu Strategis………. 86

B.3 Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu………... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Proses Perencanaan Strategis ... 16

Gambar 2.2: Matriks SWOT ... 28

Gambar 2.3: Diagram Analisis SWOT ... 35

Gambar 2.4: Kerangka Pemikiran ………..………... 43

Gambar 3.1: Model Analisis Interaktif ... 52


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1: Daftar Pertanyaan Tes Litmus ... 33

Tabel 4.1: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Jenis Kelamin... 63

Tabel 4.2: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 64

Tabel 4.3: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Golongan Kepangkatan... 65

Tabel 4.4: Matriks Analisis SWOT ... 87

Tabel 4.5: Matriks Isu Strategis ... 90


(12)

commit to user

xii ABSTRAK

DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN UTARA SURAKARTA, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, 105 Halaman.

Alun-alun utara sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu aset budaya yang memiliki nilai historis. Seiring dengan perkembangan zaman alun-alun utara perlu diperhatikan agar nilai historis kawasan alun-alun sebagai cagar budaya tetap terjaga. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan revitalisasi. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara. Dengan menggunakan identifikasi faktor internal dan eksternal maka diperoleh isu-isu stretegis yang akan digunakan Dinas Tata Ruang Kota dalam melestarikan kawasan cagar budaya khususnya alun-alun utara Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang mengetahui permasalahan penelitian seperti Kepala Dinas Tata Ruang Kota, Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan, Staf Bidang Konservasi Lingkungan dan Cagar Budaya, serta pihak Keraton Kasunanan Surakarta. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Dokumentasi dilakukan terhadap dokumen ataupun

buku-buku pedoman yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan observasi yaitu pengamatan langsung mengenai kondisi di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dan alun-alun utara. Validitas data yang digunakan adalah tringgulasi data yakni menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisa datanya adalah analisis interaktif dengan komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian menunjukkan dari analisis lingkungan internal dan eksternal diperoleh isu yang paling strategis dengan skor 36 dari hasil tes litmus yaitu menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara. Isu strategis tersebut selanjutnya menjadi strategi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam merevitalisasi alun-alun utara dengan program strategisnya sebagai berikut: 1) Membuat kelembagaan mengenai pengelolaan bidang-bidang di kawasan alun-alun utara; 2) Menciptakan integritas di antara instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan revitalisasi sehingga dapat berjalan lancar; 3) Meningkatkan standart kerja dalam revitalisasi alun-alun utara secara efektif dan fleksibel untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Adapun saran dari penulis adalah sebaiknya segera dibentuk Perda cagar budaya dan para staf DTRK sebaiknya dibekali dengan diklat tentang cagar budaya.


(13)

commit to user

xiii ABSTRACT

DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, STRATEGIC PLAN AT DEPARTEMENT OF CITY PLANNING TO REVITALIZE NORTH PLAZA, Science Thesis, Administration Science, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2010, 105 pages.

North plaza is one part of Kasunanan Surakarta Palace that became one of cultured asset which have historical value. According to development era, north plaza Kasunanan palace Surakarta needed attention so the historical value of north plaza area still protected. The attention can give in revitalization. The research focus on how the strategic plan at department of city planning to revitalize of north plaza Kasunanan Palace Surakarta. This research aims to arrange the strategic plan at department of city planning to revitalize north plaza Kasunanan Palace Surakarta. Identification internal and external factor are used to get strategic issues will be used by department of city planning to conserve the culture preserve especially north plaza.

This research method is descriptive kualitative. Technic are used for collecting data are interview, observation, and documentation. Interview have been done with people who have understand with this research problem which is the chief of department of city planning, the chief of building and environmental, the staff of conservation of culture preserve and environmental, and official from Kasunanan Surakarta Palace. This research used purposive sampling to determine the respondent. Documentation is collected from guidelines book that have connectivity with this research. Meanwhile observation that has been used is direct observation it is about condition in department of city planning and north plaza. Validity data that used is trianggulasi data it is to examine the same data from other sources. Technic that used for analyze data is interactive analysis with component analysis are reduction data, presentation data, and conclusion making. The result of the research show that from internal and external environment analysis got the most strategic issue with 36 score from litmus test, it is make corporation with connectivity instansi to optimal the potention from north plaza. The strategic issue become strategic that used by department of city planning to revitalize the north plaza with the strategic programs are: 1) To make institution about management sectors in north plaza area; 2) To create integrity between institutions in revitalizing to make it run well; 3) To improve labor standard in revitalization of the north plaza with effective and flexibel to get an optimal result.

As far suggestions is should be formed have to make regional regulation about culture heritage and department of city planning staff provided education and training on culture heritage.


(14)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Tidak hanya budaya yang lahir pada zaman sekarang, tetapi juga budaya yang lahir pada zaman dahulu. Kerajaan-kerajaan yang hidup di Indonesia pada zaman dahulu telah melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah. Bukti peninggalan bersejarah pada masa kerajaan dapat dilihat dari adanya benda-benda dan bangunan-bangunan yang khas dengan corak kehidupan kerajaan. Semua bukti peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia baik peninggalan pada masa purba, masa kerajaan, dan masa penjajahan semakin memperkaya obyek wisata di Indonesia, yang kesemuanya menjadi andalan dan penggerak laju perekonomian bangsa ini.

Budaya tidak hanya mencerminkan identitas suatu negara, tetapi juga menjadi obyek wisata utama di seantero dunia. Tidak sedikit wisatawan yang tertarik pada hasil peninggalan masa lampau di kota bersejarah, kota tua pada

setiap negara yang mereka kunjungi. Trend wisata tersebut diberi nama heritage

tourism atau cultural heritage tourism. Salah satu daya tarik pariwisata yang menarik di Indonesia adalah wisata peninggalan sejarah atau yang disebut wisata heritage. Heritage, atau wisata berupa berbagai peninggalan dalam segala bentuk bangunan, dinilai penting bukan hanya sebagai sebuah identitas kota dan negara, tapi juga bernilai ekonomi serta memberi dampak sosial.


(15)

commit to user

Kondisi yang terjadi saat ini adalah banyaknya peninggalan sejarah atau heritage yang tidak terawat keadaanya atau bahkan terbengkalai. Selain kumuh dan tidak terawat, banyak situs dan benda bersejarah yang berubah fungsi, bahkan ada yang hilang. Hal ini sangat memprihatinkan, karena nilai dan fungsi asli benda bersejarah menjadi hilang. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat menjadi saksi sejarah di masa lampau sama sekali banyak yang tidak mendapatkan perhatian cukup serius dari pemerintah, dan tinggal menunggu waktu untuk punah dengan sendirinya. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang menjadi kendala dalam pelestarian budaya ataupun obyek wisata yang lain. Pada umumnya bangunan yang berpotensi wisata itu dibiarkan kotor, tidak terawat tanpa solusi yang disepakati. Keadaan ini juga terjadi di kota Surakarta yang notabene mempunyai banyak sekali warisan peninggalan bangunan bersejarah yang berpotensi untuk dijadikan wisata heritage.

Kota Surakarta sebagai kota bersejarah yang lahir pada masa kerajaan masih memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah diantaranya alun-alun utara. Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih

perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara

dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat). (Wikipedia Indonesia,

ensiklopedia bebas berbahasaIndonesia, 27 Oktober 2010)

Kawasan Alun-alun Surakarta sebagai salah satu peninggalan budaya dan sejarah di Kota Surakarta pada dasarnya merupakan suatu kawasan yang memiliki


(16)

commit to user

nilai historis dan merupakan sebuah kawasan yang memiliki warisan yang berupa

bangunan dan desain arsitektur tertentu yang mencirikan keadaan masa lalu

ataupun kondisi yang ada pada masa tersebut. Kawasan ini dulunya merupakan

bagian dari salah satu pusat pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah (Keraton

Surakarta).

Alun-alun utara, yang merupakan salah satu dari dua nama alun-alun yaitu alun-alun utara dan alun-alun selatan, yang menjadi salah satu bagian dari Keraton Surakarta merupakan obyek wisata heritage yang menarik di Surakarta. Selain merupakan bangunan heritage, alun-alun utara Surakarta juga menawarkan wisata religi dan budaya, yang mempunyai nilai dan potensi ekonomi karena di alun-alun utara lebih sering digunakan untuk berbagai acara kerajaan, misalnya sekaten, malam satu Sura.

Sebagai suatu tempat dalam bentuk tanah lapang, alun-alun utara mengalami perkembangan dalam pemanfaatannya., dimana pada masa Kerajaan dulu alun-alun digunakan untuk acara kerajaan kemudian seiring dengan perkembangan zaman alun-alun digunakan sebagai ruang publik yang dapat diakses oleh semua kalangan. Namun dengan dijadikannya alun-alun sebagai

public space (ruang publik), malah menjadi bahan permasalahan bagi pemerintah setempat. Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan pemanfaatan alun-alun utara sebagai ruang publik antara lain:

1. Tertutupnya keberadaan alun-alun sebagai kawasan yang mempunyai nilai


(17)

commit to user

misalnya pedagang kaki lima yang nantinya akan mendatangkan masalah terhadap kelestarian kawasan alun-alun utara Surakarta.

2. Lunturnya makna kompleks bangunan keraton dan alun-alun sebagai cagar

budaya. Penyebabnya adalah alun-alun yang dulunya sedemikian pesatnya menjadi pelataran PKL dan parkir kendaraan wisata.

3. Munculnya kontradiksi dan konflik kepentingan antara aspek ekonomi

untuk mempertahankan sektor informal dengan aspek budaya untuk mempertahankan obyek pariwisata Keraton Surakarta.

4. Adanya kecenderungan pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan

sebagian orang yang menjadikan makna penggunaannya bergeser.

5. Hilangnya wajah kawasan alun-alun sebagai kawasan cagar budaya

sebagai dampak perkembangan aktivitas perdagangan dan nonbudaya lainnya.

6. Hilangnya kesan estetika dan kesan monumental kawasan alun-alun

karena aktivitas perdagangan telah menimbulkan kekumuhan dan

kekotoran pada wajah kawasan. (

http://google.com.alasan-revitalisasi-alun-alun-utara-Surakarta, 27 Oktober 2010)

Dengan adanya beragam permasalahan yang ada di alun-alun utara Surakarta, perlu adanya upaya perbaikan lingkungan, yaitu dengan revitalisasi. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup/vital, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran (www.google.com definisi-revitalisasi, 11 Oktober 2010). Hal


(18)

commit to user

tidak tertata dengan baik dikhawatirkan nantinya akan semakin buruk kondisinya apabila tidak dilakukan penanganan yang serius. Kondisi yang demikian juga merupakan ancaman yang serius bagi kota secara tidak langsung karena dapat mempercepat penurunan kualitas fungsional, visual, maupun lingkungan. Untuk itu, pelestarian dan revitalisasi alun-alun utara menjadi salah satu program pemerintah kota Surakarta dalam rangka mewujudkan citra Solo sebagai Kota Budaya. Upaya revitalisasi mengandung tiga hal pokok, yaitu:

1. Meningkatkan vitalitas yang ada

2. Menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar

3. Memberikan vitalitas baru

Strategi revitalisasi bagi kawasan bersejarah dipandang penting mengingat:

1. Revitalisasi tidak hanya semata-mata melindungi kawasan historis,

melainkan juga mewadahi sejumlah fungsi lain, sebagai kawasan strategis yang harus mampu memberi pengaruh bagi kawasan di sekitarnya, memiliki dinamika perubahan tinggi serta mampu pula menyerap investasi dalam jumlah besar, sehingga konservasi terhadap area historis–kultural menjadi sangat diperlukan.

2. Keberadaan asset historis yang tak lagi mendapat dukungan besar oleh

komunitasnya sering dianggap sebagai hal yang tidak fungsional dan terabaikan diantara sejumlah besar kepentingan pragmatis, sehingga revitalisasi untuk mendapatkan kembali daya hidup suatu asset historis juga mutlak dibutuhkan.


(19)

commit to user

Usaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah dengan dukungan semua pihak baik masyarakat ataupun pemerintah kota merupakan usaha yang harus dihargai. Hal itu sudah mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak pemerintah Kota Surakarta dan masyarakat luas dengan revitalisasi. Menurut Bapak Jaka, Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Tata Ruang Kota Surakarta mengatakan bahwa

“Upaya revitalisasi alun-alun utara Surakarta dilakukan dengan dasar untuk mengembalikan kebudayaan seperti fungsinya semula, menjaga keamanan dari para pedagang, selain itu revitalisasi ini juga digunakan

untuk mengembalikan image alun-alun sebagai bagian dari keraton

Surakarta yang sejalan dengan perwujudan harapan dan cita-cita Kota Solo dan pemerintah Kota sebagai penyelenggaranya”.

Dalam mewujudkan harapan dan cita-cita kota Solo, maka pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Tata Ruang Kota Surakarta harus siap menghadapi kondisi lingkungan internal dan eksternal, yaitu dengan memperhatikan adanya hambatan atau kendala yang mungkin timbul dalam revitalisasi alun-alun utara serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam kedua lingkungan tersebut. Sehingga pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan dengan efektif dan strategis.

Adanya undang-undang nomor 32 tentang pelaksanaan pemerintahan daerah dapat dijadikan peluang dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta. Karena dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka pemerintah daerah diberikan hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah, termasuk di dalamnya pengelolaan sektor tata kota dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.


(20)

commit to user

Tata kota mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan daerah. Hal tersebut dikarenakan tata kota merupakan sektor vital dalam proses pembangunan sebuah kota dan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya. Apabila tata kota tertata rapi dan dapat berjalan dengan baik, maka pembangunan di kota tersebut akan dapat berjalan dengan lancar, begitu pula dengan sektor lain seperti ekonomi, pariwisata, dan sebagainya akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Selain adanya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan revitalisasi, munculnya hambatan juga harus diperhatikan. Hambatan pelaksanaan revitalisasi diantaranya adalah karena adanya faktor biaya. Keterbatasan biaya yang dimiliki oleh pemerintah, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Dengan adanya peluang dan tantangan tersebut, maka Dinas Tata Ruang Kota harus jeli dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta. Kejelian dan kecermatan dalam pelaksanaan revitalisasi diperlukan agar dapat mewujudkan revitalisasi yang efektif dan strategis. Upaya untuk melaksanakan revitalisasi dengan efisien dan strategis adalah dengan membuat suatu perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang

disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholders tentang

prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi (Michael Allison dan Jude Kaye, 2005:1). Perencanaan strategis khususnya digunakan untuk mempertajam fokus organisasi agar semua sumber organisasi digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi. Dengan perencanaan


(21)

commit to user

strategis, dapat digunakan untuk menentukan strategi yang paling tepat dari revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

Bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui strategi yang paling tepat untuk digunakan Dinas Tata Ruang

Kota dalam merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta.

2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran mengenai strategi yang paling tepat dalam

melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

2. Memberikan sumbangan kepada Dinas Tata Ruang Kota berupa

pemikiran, saran-saran dalam melaksanakan revitalisasi dan dalam


(22)

commit to user

3. Bagi penulis dapat menambah khasanah llmu pengetahuan, wawasan, dan


(23)

commit to user

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis pada dasarnya adalah bagian dari manajemen strategis, yaitu sebagai langkah awal dari manajemen strategis. Pemikiran tersebut senada dengan pendapat John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr (2008:5) yang menyatakan bahwa:

“Manajemen strategis sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan dan tindakan terkait strategi perusahaan.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2005:149) yang mendefinisikan manajemen strategi sebagai berikut:

“Manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipal) agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam usaha menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi”.

Selain kedua pendapat diatas, pendapat yang menjelaskan perencanaan strategi sebagai bagian dari manajemen strategi juga diungkapkan oleh Steiss (dalam J. Salusu, 2003:500) bahwa perencanaan stratejik sebagai komponen dari manajemen stratejik bertugas untuk memperjelas tujuan dan sasaran, memilih berbagai kebijaksanaan, terutama dalam memperoleh dan mengalokasikan sumber


(24)

commit to user

daya, serta menciptakan suatu pedoman dalam menterjemahkan kebijaksanaan organisasi.

Dari beberapa pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa perencanaan strategis merupakan tahap yang paling penting dalam proses manajemen strategis karena perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana, tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat oleh pimpinan puncak untuk diimplementasikan seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang pada dasarnya mendorong organisasi untuk dapat melakukan tugasnya dengan lebih baik.

Definisi mengenai perencanaan strategis secara lebih jelas seperti yang dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (dalam Bryson 2007: 4-5) sebagai berikut:

“Perencanaan strategis sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan-tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu”.

Michael Allinson dan Jude Kaye (2005:1) menjelaskan perencanaan strategis kalau dirumuskan secara sederhana adalah sebuah alat manajemen, dan sama dengan setiap alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu maksud saja, yaitu menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik. Perencanaan strategis dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan prioritasnya sebagai jawaban terhadap lingkungan yang berubah dan untuk memastikan agar anggota-anggota organisasi itu bekerja kearah tujuan yang sama. Pendek kata, perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati


(25)

commit to user

organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan koperasi.

Selain pendapat-pendapat diatas, masih ada lagi definisi perencanaan

strategis dalam International Journal European Planning Studies yaitu:

“Strategic planning as the formulation of long-term organizational goals and objectives, including the selection of the appropriate strategies to achieve these goals and objectives”. (Vol 17, No 2, page 2)

Perencanaan strategis merupakan perumusan tujuan organisasi jangka panjang dan sasaran, termasuk pemilihan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Selain itu, penjelasan tentang rencana strategi yang lain adalah dalam

International Journal California Management Review:

“Strategic planning is a set of processes used by organizations for the purposes of gaining a better view of the future, reaching a common understanding among different parties about how the organization should proceed, and aligning different interests toward a shared goal.”(Vol 51, No 2, page 3)

Perencanaan strategis adalah serangkaian proses yang digunakan oleh organisasi untuk tujuan mendapatkan pandangan yang lebih baik di masa depan, mencapai pemahaman bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana organisasi tersebut harus dilanjutkan, dan menyelaraskan kepentingan yang berbeda menuju tujuan bersama.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa perencanaan strategis penting dilakukan bagi suatu organisasi agar dapat melaksanakan tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dengan lancar.


(26)

commit to user

Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi mampu melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal dan internalnya, sehingga organisasi-organisasi tersebut dapat mengantisipasi perubahan lingkungannya. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. (Freddy Rangkuti, 2009:3)

Selain memiliki tujuan, perencanaan strategis juga memiliki beberapa manfaat bagi suatu organisasi, yaitu:

a) Berfikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif;

b) Memperjelas arah masa depan;

c) Menciptakan prioritas;

d) Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan;

e) Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan

keputusan;

f) Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang

berada di bawah kontrol organisasi;

g) Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;

h) Memecahkan masalah utama organisasi;

i) Memperbaiki kinerja organisasi;

j) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;

k) Membangun kerja kelompok dan keahlian. (Bryson, 2007:12-13)

Menurut Bryson, meski perencanaan strategis dapat memberikan seluruh manfaat di atas, tidak ada jaminan semuanya akan tersedia. Karena satu hal,


(27)

commit to user

perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur, dan alat. Para perencana perlu bersikap sangat hati-hati mengenai bagaimana mereka ikut serta dalam perencanaan strategis, karena tidak semua pendekatan memiliki kegunaan yang sama, karena beberapa syarat mempengaruhi keberhasilan penggunaan masing-masing pendekatan.

Rencana strategis sangat beragam dalam bentuk dan isi. Bentuk yang paling sederhana mungkin tidak lebih dari suatu pernyataan tidak tertulis dalam pikiran para pembuat keputusan tentang misi organisasi dan apa yang seharusya dilakukan organisasi. Namun pada umumnya dalam organisasi yang berskala besar biasanya seorang pemimpin tidak memiliki informasi yang sangat detail mengingat besarnya sumber daya yang harus dikelolanya. Sehingga ia membutuhkan rencana untuk menjalankan organisasinya. Perencanaan strategis bukanlah tujuan dalam perencanaan strategis itu sendiri, tetapi semata-mata merupakan kumpulan konsep untuk membantu para pemimpin membuat keputusan penting dan melakukan tindakan penting. Bahkan jika suatu proses perencanaan strategis menimbulkan kesulitan dalam cara berfikir dan bertindak strategis, proses perencanaan harus dikesampingkan bukan pemikiran dan tindakannya! (Bryson, 2007:54). Jadi yang lebih diutamakan adalah apakah perencanaan strategis tersebut dapat membantu pimpinan untuk dapat bertindak strategis, bisa saja sebuah organisasi tidak membutuhkan rencana strategis sebab memiliki seorang pemimpin yang mampu bertindak secara strategis. Namun bagitu, Bryson beranggapan bahwa keberhasilan perencanaaan strategis juga ditentukan oleh proses perencanaan itu sendiri.


(28)

commit to user

Proses perencanaan strategis menurut Bryson (2007:55) terdiri dari delapan langkah, yaitu:

1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.

2. Mengidentifikasikan mandat organisasi.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman

5. Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan

6. Mengidentifikasikan isu strategis yang dihadapi organisasi.

7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

Delapan langkah di atas harus mengarah pada tindakan, hasil, dan evaluasi. Selain itu tindakan, hasil, dan evaluasi harus muncul di tiap-tiap langkah dalam proses. Dengan kata lain, implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu hingga akhir, tetapi harus menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus menerus. Pendek kata, selain delapan langkah tersebut, masih terdapat implementasi dan evaluasi yang harus muncul dalam setiap langkah.

Alur proses perencanaan strategis digambarkan dalam bagan sebagai berikut:


(29)

(30)

commit to user

Penjelasan mengenai proses perencanaan strategis delapan langkah adalah sebagai berikut:

1. Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan strategis.

Tujuannya adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang

penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini

(opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.

Kesepakatan yang dimaksud adalah mencakup maksud upaya

perencanaan, langkah-langkah yang dilalui dalam proses, bentuk dan jadwal pembuatan laporan; peran, fungsi, keanggotaan kelompok yang berwenang mengatahui upaya tersebut; peran, fungsi, dan keanggotaan tim perencana strategis; komitmen dari semua sumber daya yang diperlukan bagi keberhasilan perencanaan strategis.

2. Memperjelas mandat organisasi

Mandat organisasi adalah tugas yang harus dijalankan oleh organisasi, dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh organisasi. Dengan mengetahui mandat, maka dapat memperjelas arah organisasi di masa depan, mandat ada yang bersifat formal, misalnya berupa undang-undang, perjanjian, peraturan. Sedangkan bentuk mandat yang lain adalah mandat informal misalnya berupa nilai-nilai sosial, cita-cita yang hidup di tengah organisasi.


(31)

commit to user

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi

Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandat organisasi akan memberikan pembenaran sosial bagi keberadaan organisasi. Memperjelas misi/maksud berarti menetapkan di mana dan bagaimana organisasi akan berkompetisi. Dalam organisasi publik dan nirlaba sebelum menetapkan misi harus melakukan analisis terhadap stakeholders, karena kunci keberhasilan dalam organisasi publik dan nirlaba adalah kepuasan stakeholders.

4. Menilai Lingkungan eksternal

Tim perencana harus mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi. Sebenarnya, faktor ‘di dalam’ merupakan faktor yang di kontrol oleh organisasi dan faktor ‘di luar’ adalah faktor yang tidak dikontrol oleh organisasi.

Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan memantau pelbagai kekuatan dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial, dan tekhnologi. PESTs, merupakan akronim yang tepat bagi kekuatan dan kecenderungan ini, karena organisasi biasanya harus berubah sebagai jawaban terhadap kekuatan ataupun kecenderungan itu dan perubahan boleh jadi sangat menyakitkan. Di samping PESTs, tim perencana strategis juga harus memantau kelompok stakeholders yang beragam termasuk klien, pelanggan, pembayar, pesaing, dan kolaborator.


(32)

commit to user

5. Menilai Lingkungan eksternal

Untuk dapat mengenali kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi

dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process), dan

kinerja (outputs). Kinerja sebagai faktor penting dalam organisasi, karena

tanpa informasi kinerja dapat menciptakan dan memperkeras konflik organisasional yang penting. Tanpa kriteria dan informasi kinerja tidak ada cara untuk mengevaluasi keefektifan relatif strategi alternatif, alokasi sumber daya, desain organisasi, dan distribusi kekuasaan.

6. Mengidentifikasikan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi.

Lima unsur pertama dari proses perencanaan strategis secara bersama-sama melahirkan isu keenam, identifikasi isu strategis. Identifikasi isu

sttrategis berkaitan dengan persoalan kebijakan penting yang

mempengaruhi mandat, misi dan nilai, tingkat dan campuran produk atau pelayanan, klien, pengguna atau pembayar, biaya keuangan dan manajemen organisasi.

Perencanaan strategis memfokuskan pada tercapainya “percampuran” yang terbaik antara organisasi dan lingkungannya. Oleh karena itu antara mandat dan lingkungan eksternalnya dapat dipikirkan sebagai perencanaan dari luar ke dalam. Sedangkan perhatian kepada misi dan nilai-nilai maupun lingkungan internal dapat dianggap sebagai perencanaan dari dalam ke luar. Dengan demikian, langkah identifikasi isu strategis benar-benar penting untuk kelangsungan, keberhasilan, dan keefektifan organisasi.


(33)

commit to user

7. Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu-Isu.

Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus mengerjakan hal itu. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategi, dan juga untuk menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan.

Dalam hal ini, organisasi hendaknya mengembangkan deskripsi mengenai

bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil

mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensi yang dimiliki. Yang termasuk dalam deskripsi tersebut adalah misi organisasi, strategi dasarnya, kriteria kinerjanya, beberapa aturan keputusan penting, dan standart etika yang diharapkan oleh seluruh pegawai.

Selain dari delapan langkah yang telah diuraikan di atas, masih ada lagi tahapan yang harus ditempuh dalam proses perencanaan strategis. Tahapan tersebut adalah tindakan atau lebih dikenal dengan implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi atau pengendalian.

Implementasi strategi adalah proses menjalankan strategi dan kebijakan menjadi tindakan yang nyata atau kegiatan yang dapat dilaksanakan secara realistis. Yang termasuk dalam kegiatan implementasi strategi adalah penyusunan program, anggaran, dan prosedur. (Freddy Rangkuti, 2009:183-184)


(34)

commit to user

Sedangkan evaluasi strategi adalah bentuk khusus dari pengendalian organisasi yang memfokuskan kepada pengawasan dan evaluasi proses manajemen strategis dengan maksud untuk meyakinkan bahwa hal tersebut secara fungsi bisa berjalan. Pengendalian bertujuan untuk membuat sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. (Crown, 2007:137)

Berdasarkan delapan langkah proses perencanaan strategis di atas, dan juga mendasarkan pada visi dan misi yang dimiliki Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, maka penelitian perencanaan strategis ini menggunakan tiga langkah pokok, yaitu:

1. Analisis lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal

2. Identifikasi isu strategis

3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.

Uraiannya sebagai berikut:

1. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah:

“Satu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan

untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan tantangan (threats)

yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya”. (Crown, 2007:38).

Allison dan Kaye (2005:15) menjelaskan bahwa:

“Analisis lingkungan mengharuskan pengumpulan informasi mutakhir tentang kekuatan dan kelemahan internal organisasi, dan peluang serta ancaman eksternalnya – penilaian yang akan memperhalus dan mungkin menyusun ulang daftar pertanyaan kritis yang dihadapi organisasi dan yang harus dihadapi oleh rencana strategis itu”.


(35)

commit to user

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anaisis lingkungan berkaitan dengan lingkungan organisasi yang harus diidentifikasi agar dapat mencapai tujuan organisasi.

Lingkungan organisasi yang dimaksud adalah lingkungan organisasi internal dan lingkungan organisasi ekternal, yang keduanya perlu dianalisis. Tujuan dari analisis lingkungan tersebut adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi.

Analisis lingkungan internal merupakan langkah untuk mengenali kondisi dan situasi di dalam organisasi yang terkait dengan mandat, tugas dan fungsi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan internal memiliki dua sisi, yaitu:

1. Kekuatan

Merupakan situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keunggulan strategik dalam mencapai sasarannya.

2. Kelemahan

Adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.

Kategori yang termasuk dalam lingkungan internal menurut Bryson (2007:145) adalah:

a. Sumber daya (input)


(36)

commit to user

c. Kinerja (output)

Sedangkan menurut Crown (2007:42-43) komponen–komponen yang ada dalam lingkungan internal yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Aspek organisasi

- Jaringan komunikasi

- Struktur organisasi

- Hirarki tujuan

- Policy, prosedur, aturan

- Kemampuan tim manajemen

b. Aspek Pemasaran

- Segmentasi pasar

- Strategi produk

- Strategi harga

- Strategi promosi

- Strategi distribusi

c. Aspek Keuangan

- Likuiditas

- Profitabilitas

- Aktivitas

- Peluang investasi

d. Aspek Personel

- Hubungan ketenagakerjaan


(37)

commit to user

- Program pelatihan

- Sistem penilaian performance

- Sistem insentif

- Tingkat absensi dan turnover karyawan

e. Aspek Produksi

- Layout fasilitas pabrik

- Penelitian dan pengembangan

- Penggunaan tekhnologi

- Pembelian bahan mentah

- Pengontrolan inventori

- Penggunaan sub-kontraktor.

Selain Crown dan Bryson, komponen variabel internal juga dijelaskan oleh David Hunger dan Thomas L.Wheelen (2003:113) secara lebih ringkas, yaitu:

a. Kekuatan ekonomi

b. Kekuatan tekhnologi

c. Kekuatan hukum-politik

d. Kekuatan sosio-kulutral.

Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengenali kondisi dan situasi yang ada di luar organisasi agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Lingkungan eksternal terdiri dari dua sisi, yaitu:


(38)

commit to user

1. Peluang

Adalah situasi dan faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya.

2. Ancaman

Yaitu faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.

Bryson (2007:142) membagi lingkungan eksternal dalam empat kategori yaitu:

a. Politik

b. Ekonomi

c. Sosial

d. Tekhnologi, yang selanjutnya keempat kategori disingkat menjadi PESTs.

Sedangkan menurut Crown (2007:41) komponen lingkungan eksternal terdiri dari:

a. General environment

Terdiri dari komponen-komponen yang pada umumnya memiliki cakupan yang luas dan tidak bisa segera diaplikasikan untuk mengelola organisasi. Komponen tersebut adalah:

- Komponen sosial

Menjelaskan karakteristik dari masyarakat dimana organisasi berada.

- Komponen ekonomi

Menunjukkan bagaimana sumber daya didistribusikan dan digunakan.


(39)

commit to user

- Komponen politik

Berisi semua elemen yang berhubungan dengan atau berurusan dengan pemerintah.

- Komponen hukum

Berisi aturan-aturan yang harus dipenuhi.

- Komponen tekhnologi

Berisi pendekatan-pendekatan baru untuk memproduksi barang/jasa.

b. Opration environment

Terdiri dari komponen yang relatif lebih memberikan pengaruh spesifik dan lebih cepat untuk pengelolaan organisasi. Komponennya meliputi:

- Komponen pelanggan

Menunjukkan karakteristik dan perilaku dari mereka yang membeli barang atau jasa perusahaan.

- Komponen persaingan

Menujukkan dengan siapa organisasi/perusahaan harus berperang dalam rangka memperoleh sumber daya.

- Komponen tenaga kerja

Terdiri dari faktor yang mempengaruhi supply tenaga kerja untuk melakukan aktivitas-aktivitas organisasi.

- Komponen internasional

Terdiri dari semua faktor yang berhubungan dengan operasi internasional perusahaan.


(40)

commit to user

David Hunger dan Thomas L. Wheleen (2003:113) menjelaskan lebih ringkas mengenai komponen lingkungan eksternal yaitu:

a. Komunitas f. Pemerintah

b. Pesaing g. Kelompok kepentingan

c. Kreditur h. Pemegang saham

d. Pelanggan i. Pemasok

e. Karyawan/Serikat Pekerja j. Asosiasi perdagangan

Langkah analisis faktor lingkungan dalam penelitian perencanaan strategis yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan analisis SWOT. Pengertian analisis SWOT adalah sebagai berikut:

Menurut Freddy Rangkuti (2009:18-19) yang dimaksud dengan analisis SWOT adalah:

“Identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan stategi perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari lingkungan Internal

Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan

Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan

antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threaths)

dengan faktor internal kekuaan (strengths) dan kelemahan (weakness)”.

John A. Pearch dan Richard B. Robinson, Jr (2008:200) menjelaskan bahwa:

“SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness

(kelemahan) internal dari suatu peusahaan serta Opportunities (peluang)

dan Threath (ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT (SWOT analysis) merupakan teknik histori yang terkenal dimana para manejer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman”.


(41)

commit to user

Dengan demikian analisis SWOT dapat memberikan gambaran mengenai situasi strategi perusahaan yang dilakukan dengan membandingkan antara lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi organisasi. Alat yang digunakan untk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan dikenal dengan nama “matriks SWOT”.

Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT digambaran sebagai berikut:

Gambar 2.2 Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan

internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkn

peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman


(42)

commit to user

§ Strategi SO (Strenght-Opportunities)

Yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatan peluang sebesar-besarnya.

§ Strategi ST (Strenght-Threats)

Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

§ Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

§ Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimakan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2. Identifikasi Isu Strategis

Proses identifikasi isu strategis merupakan proses yang vital dalam perencanaan strategis. Dikatakan vital karena identifikasi isu strategis sangat berpengaruh pada keputusan yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi itu mengerjakannya. Peran identifikasi isu strategis yang sangat penting dalam proses perencanaan strategis senada dengan pendapat dari Bryson (2007:161);

“Identifikasi isu strategis adalah jantung dalam proses perencanaan strategis, yang sekaligus merupakan pilihan kebijakan pokok yang mempengaruhi mandat, misi, nilai organisasi, tingkat dan perpaduan produk atau jasa, klien atau pemakai biaya keuangan, organisasi, atau manajemen”.


(43)

commit to user

Identifikasi isu strategis memiliki tujuan untuk mengidentifikasikan pilihan kebijakan pokok yang dilakukan oleh organisasi. Adapun manfaat yang diperoleh dengan mengidentifikasikan isu strategis adalah:

a) Perhatian difokuskan kepada apa yang benar-benar penting. Arti penting

dari manfaat ini jangan diremehkan.

b) Perhatian difokuskan kepada isu, bukan jawaban. Semua konflik serius

yang sering muncul adalah tentang solusi terhadap masalah tanpa satupun kejelasan mengenai apa masalahnya.

c) Identifikasi isu biasanya menciptakan semacam ketegangan yang berguna

yang diperlukan untuk mendorong perubahan organisasi.

d) Identifikasi isu strategis harus memberikan petunjuk yang bermanfaat

mengenai bagaimana memecahkan isu.

e) Memperjelas proses perencanaan strategis bagi para partisipan.

Selain beberapa manfaat di atas, identifikasi isu juga membantu mengenali bahwa ada tiga macam bentuk isu strategis, yaitu;

1. Isu yang tidak membutuhkan tindakan sekarang, tetapi isu tersebut harus

terus dipantau.

2. Isu-isu yang bisa ditangani sebagai bagian dari lingkaran perencanaan

strategis regular organisasi.

3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan karenanya tidak bisa


(44)

commit to user

Untuk dapat mengidentifikasikan isu strategis, perlu adanya pendekatan. Pendekatan tersebut menurut Barry seperti yang dikutip oleh Bryson (2007:171) dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Pendekatan langsung

Pendekatan langsung mungkin yang paling berguna bagi sebagian besar organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba. Dalam pendekatan ini perencana bergerak lurus dari peninjauan terhadap mandat, misi, dan SWOTs hingga identifikasi isu strategis.

2. Pendekatan Sasaran

Merupakan pendekatan yang lebih terikat dengan teori perencanaan tradisional, dimana pertama-tama organisasi membangun tujuan dan sasaran bagi dirinya sendiri dan kemudian mengidentifikasikan isu-isu atau mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

3. Pendekatan visi keberhasilan

Merupakan pendekatan dimana organisasi diminta untuk mengembangkan gambaran terbaik tentang dirinya sendiri di masa depan ketika organisasi memenuhi misinya dan mencapai keberhasilan. Pendekatan ini amat bermanfaat jika organisasi sulit mengidentifikasikan isu-isu strategis secara langsung.

Apabila isu tersebut telah diidentifikasi, isu tersebut harus diurutkan berdasarkan prioritas, logis, atau urutan temporal sebagai pendahuluan bagi pengembangan strategi. Untuk mengembangkan beberapa ukuran tentang


(45)

commit to user

bagaimana strategi isu tersebut, maka digunakan Test Litmus atau “Litmus test” yang telah dikembangkan oleh Hennepin.

Tes Litmus digunakan untuk menyaring isu-isu strategis. Di dalam tes litmus, setiap isu strategis yang telah diidentifikasi kemudian diberi 13 pertanyaan yang selanjutnya diberi penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu yang paling strategis. Sedangkan isu yang memiliki skor terendah adalah isu operasional. Penilaianya adalah sebagai berikut:

a) Skor 1, untuk isu yang bersifat operasional

b) Skor 2, untuk isu yang cukup strategis

c) Skor 3, untuk isu yang sangat strategis.

Dari hasil perkalian antara jumlah soal dan skor, dipeoleh nilai terendah adalah 13 dan nilai tertinggi adalah 39. Sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Nilai 13-21, berarti isu tersebut kurang strategis.

b) Nilai 22-30, berarti isu tersebut cukup strategis


(46)

commit to user Table 2.1

Daftar Pertanyaan Test Litmus

No. Pertanyaan (1) (2) (3)

1. Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis yang ada dihadapan anda?

Sekarang Satu tahun Dua tahun/lebih dari sekarang 2. Seberapa luas isu akan berpengaruh

pada organisasi anda?

Unit atau divisi tunggal

Beberapa divisi

Seluruh departemen 3. Seberapa banyak resiko/peluang

keuangan organisasi anda?

Kecil Sedang Besar 4. Apakah strategi pemecahan isu

membutuhkan:

a) Pengembangan sarana dan program pelayanan baru b) Perubahan signifikan dalam

sumber-sumber atau jumlah pajak?

c) Perubahan signifikan dalam ketetapan atau peraturan? d) Penambahan atau modifikasi

fasilitas?

e) Penambahan staf yang signifikan?

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya 5. Bagaiman pendekatan terbaik bagi

pemecahan isu?

Jelas, siap untuk diimplentasikan

Parameter luas, agak terperinci

Terbuka luas

6. Tingkat manajemen manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu? Pengawas Staf lini Kepala Difisi Kepala Departeman 7. Konsekuensi apakah yang mungkin

terjadi bila isu itu tidak diselesaikan?

Ada gangguan, inefisiensi Kekacauan pelayanan, kehilangan sumber dana Kekacauan pelayanan jika pjg, biaya bsr, merostnya penghasilan 8. Seberapa banyak departeman lain

dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan?

Tidak ada Satu-tiga 4 atau lebih

9. Bagaimana sensifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religious, dan kultural?

Lunak Sedang Keras


(47)

commit to user

3. Perumusan Strategi untuk Mengelola Isu

Menurut Allison dan Jude Kaye (2005:3) strategi merupakan prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi mencakup pilihan-pilihan tentang bagimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi.

Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan dari misi, guna menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategi.

Di dalam analisis SWOT, strategi dibedakan menjadi empat macam, yaitu strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-arround, dan strategi defensive. Keempat strategi analisis SWOT digambarkan sebagai berikut:


(48)

commit to user Gambar 2.3

Diagram Analisis SWOT

3. Mendukung 1. Mendukung

Strategi turn-arround strategi agesif

4.

4. Mendukung 2. Mendukung

Strategi defensive strategi diversifikasi

(Sumber: Freddy Rangkuti, 2009:19)

Kuadran 1: strategi yang agresif

Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi berbagai peluang lingkungan di mana dimiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai peluang tersebut. Strategi ini mengacu pada strategi pertumbuhan, dan diterapkan dalam kondisi di mana organisasi dalam situasi yang menguntungkan.

Kuadran 2: strategi diversifikasi

Yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekarang untuk membuka peluang jangka panjang dan menghadapi situasi lingkungan tidak menguntungkan dalam produk atau pasar lain atau baru.

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL


(49)

commit to user

Kuadran 3: strategi turn-around

Merupakan strategi yang ditetapkan untuk mengambil berbagai langkah untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.

Kuadran 4: strategi defensive

Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi kondisi yang paling buruk karena harus menghadapi tantangan besar yang bersumber pada lingkungan dan pada waktu yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan. Caranya adalah dengan mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan dalam produk atau pasar.

Jadi merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategi atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapai dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya.

2. Revitalisasi

Revitalisasi berasal dari kata re-vital-isasi. Kata re berarti kembali, kata

vital berarti penting dan kata isasi berarti proses. Jadi menurut bahasa, kata revitalisasi berarti mementingkan kembali, dengan kata lain memfungsikan kembali.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), revitalisasi berarti perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai kegiatan.


(50)

commit to user

Sedangkan di dalam SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997 menyebutkan revitalisasi adalah merubah fungsi yang lebih sesuai, tanpa melakukan perubahan menyeluruh atau hanya mengakibatkan dampak sekecil mungkin. Revitalisasi sering disamakan artinya dengan adaptasi karena berupa penyesuaian, yaitu menyesuaikan dengan perubahan zaman.

Sesuai dengan SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997, revitalisasi merupakan bagian dari kegiatan konservasi. Konservasi sendiri diartikan sebagai proses pengelolaan suatu tempat, khususnya menyangkut bagunan kuno atau bersejarah, agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik, mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, atau revitalisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa revitalisasi merupakan suatu usaha untuk menghidupkan kembali suatu tempat atau bangunan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan revitalisasi bertujuan untuk mengubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai.

Tujuan dari kegiatan konservasi yang di dalamnya termasuk kegiatan revitalisasi sesuai dengan SK Walikota No 646/166/1/1997 adalah:

a) Untuk menjaga, mempertahankan, dan mewariskan peninggalan budaya

berupa bangunan kuno/bersejarah.

b) Menjamin terwujudnya keberagaman atau variasi lingkungan binaan

sebagai tuntutan budaya masyarakat.

c) Meningkatkan nilai ekonomis bangunan kuno/bersejarah.

d) Menumbuhkan rasa kebanggaan dan kepercayaan diri yang kuat bagi


(51)

commit to user 3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta

Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian suatu bangunan. Pelestarian bangunan berkaitan erat dengan identitas budaya suatu daerah. Alun-alun utara Surakarta yang menjadi identitas budaya di Kota Surakarta perlu mendapatkan revitalisasi yang nantinya akan mengembalikan fungsi alun-alun seperti sediakala.

Revitalisasi alun-alun utara Surakarta dapat berarti pemfungsian kembali atau pemanfaatan kembali serta pemberdayaan alun-alun utara seperti semula agar lebih sesuai tanpa merubah secara keseluruhan makna alun-alun utara Surakarta seperti saat pertama kali dibangun. Alun-alun utara yang saat ini sebagai ruang publik dan dapat dimanfaatkan oleh semua orang, diharapkan dapat dihidupkan dan dilestarikan kembali bersamaan dengan adanya revitalisasi yang dilakukan tesebut. Dalam palaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta, Dinas Tata Ruang Kota tidak akan melakukan perubahan fisik yang signifikan, karena hanya berupa pelestarian saja, dan pelaksanaan revitalisasi diawali dengan perbaikan saluran irigasi kawasan gladak sebelah timur. (Solopos, 22 September 2010).

Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara Surakarta. Rencana strategis sendiri diartikan sebagai suatu upaya yang telah diproses sedemikian rupa dengan melihat kondisi lingkungan organisasi yang ada, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi organisasi untuk dapat melakukan tugas-tugasnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.


(52)

commit to user

Perencanaan strategis memiliki tujuan agar organisasi dalam melakukan tugasnya dengan melihat kondisi lingkungan di sekitarnya baik internal maupun eksternal sehingga organisasi tersebut mampu mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada. Perencanaan strategis penting untuk diketahui bagi suatu organisasi agar dapat memfokuskan pada visi dan misinya sehingga dapat melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan organisasi dengan lancar. Selain memiliki tujuan yang bagus, perencanaan strategis juga dapat memberikan manfaat yang baik bagi organisasi pelaksananya.

Di dalam penelitian ini, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam merevitalisasi alun-alun utara menggunakan tiga langkah yang merupakan bagian dari proses perencanaan strategis menurut Bryson. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Analisis lingkungan

Proses analisis lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang ada di sekitar organisasi dalam rangka merevitalisasi alun-alun utara. Analisis lingkungan ini dilakukan dengan mengamati dan memperhatikan adanya kondisi lingkungan internal yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal, yaitu dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang mungkin timbul selama proses revitalisasi.

Di dalam penelitian ini, analisis lingkungan disajikan dengan menggunakan matriks SWOT, yang digunakan untuk mengidentifikasikan kondisi lingkungan dari sisi internal dan eksternal. SWOT merupakan


(53)

commit to user

singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities

(peluang), dan Threats (ancaman).

2. Identifikasi isu strategis.

Setelah proses analisis lingkungan dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi isu yang ada. Identifikasi isu berguna untuk mengetahui apakah isu-isu yang ada selama proses revitalisasi merupakan isu strategis atau isu operasional. Pengkategorian kedalam isu strategis atau isu operasional dilakukan dengan menggunakan tes litmus.

3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi yang telah diidentifikasi untuk mengelola isu-isu yang ada. Merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategi atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternative-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapai dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya. Dengan merumuskan strategi akan didapatkan strategi mana yang paling tepat untuk memecahkan isu yang ada.

Di dalam penelitian ini, selain dipahami mengenai perencanaan strategis, maka juga diperlukan pemahaman mengenai revitalisasi. Revitalisasi diartikan sebagai upaya memanfaatkan kembali suatu obyek agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, revitalisasi alun-alun utara adalah upaya untuk memanfaatkan kembali alun-alun utara agar dapat berfungsi kembali sebagai


(54)

commit to user

mana maknanya. Dengan demikian, penelitian dengan judul Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta maksudnya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota Surakarta untuk memanfaatkan kembali bangunan alun-alun utara Surakarta agar dapat memiliki fungsi yang lebih sesuai dengan memperhatikan kondisi lingkungan internal organisasi yang meliputi kekuatan dan kelemahan serta kondisi lingkungan eksternal organisasi yang meliputi peluang dan ancaman, serta mendasarkan pada visi, misi dan mandat Dinas Tata Ruang Kota Surakarta agar dapat sesuai dengan tujuan dan sasarannya.


(55)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ditetapkan sebagai dasar dalam pengembangan berbagai konsep maupun teori yang digunakan dalam penelitian ini dan hubungannya dengan masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran yang ditetapkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan konsep perencanaan stategis.

Dalam penelitian ini membahas tentang salah satu potensi pariwisata yang ada di Kota Surakarta yaitu alun-alun utara. Alun-alun utara merupakan salah satu cagar budaya peninggalan sejarah yang merupakan bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta. Sebagai bagian dari sejarah yang menjadi salah satu simbol daerah Surakarta, kondisi alun-alun utara Surakarta saat ini dapat dikatakan tidak

terawat, dan kadang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak

bertanggungjawab. Untuk itulah pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Tata Ruang Kota melakukan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Pelaksanaan revitalisasi yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota memerlukan suatu perencanaan strategis, karena dengan perencanaan strategis dapat membantu Dinas Tata Ruang Kota mengetahui adanya kelemahan dan kekuatan, serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam proses revitalisasi.

Proses perencanaan strategis dalam penelitian ini mengacu pada konsep perencanaan strategis dari Bryson, dimana hal-hal yang akan dilakukan adalah analisis lingkungan organisasi yang bersangkutan, identifikasi isu strategis, dan perumusan strategis untuk mengelola isu. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

commit to user Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Konseptualisasi:

a. Faktor internal: situasi dan kondisi dalam organisasi yang saling

mempengaruhi dan terkait dengan misi, mandat, tugas, dan fungsi organisasi dalam mencapai tujuan.

b. Faktor eksternal: berbagai kecenderungan lingkungan dari luar organisasi

yang tidak dikendalikan oleh organisasi.

c. Analisis SWOT: metode yang dikembangkan untuk membantu

memformulasikan suatu strategi.

Mandat, visi, misi Dinas Tata Tuang Kota

Lingkungan Internal Dinas Tata Ruang Kota

Lingkungan Eksternal Dinas Tata Ruang Kota

Analisis SWOT

Identiikasi Isu Strategis

Strategi Revitalisasi Alun-Alun Utara


(57)

commit to user

d. Identifikasi isu strategi: pilihan kebijakan pokok yang mempengaruhi mandat,

misi, nilai organisasi, tingkat dan perpaduan produk atau jasa, klien atau pemakai, biaya, keuangan, organisasi, atau manajemen.

e. Strategi: pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan

gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Penjelasan:

Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta, diperlukan suatu perencanaan strategis agar dapat mengetahui kondisi lingkungan yang ada selama proses revitalisasi. Penyusunan rencana strategis yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan alur berfikir penulis (gambar 2.4) adalah Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam melakukan revitalisasi harus melihat adanya kondisi lingkungan yang meliputi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Selain itu, pelaksanaan revitalisasi juga harus didasarkan pada mandat, visi, dan misi dari Dinas Tata Ruang Kota Surakarta. Dari kondisi lingkungan yang ada baik internal maupun eksternal kemudian dianalisis. Penganalisisanya adalah menggunakan analisis SWOT, yaitu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan (dalam lingkungan internal) serta peluang dan ancaman (dalam lingkungan eksternal). Setelah analisis lingkungan dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan isu strategis. Pengidentifikasian isu-isu yang ada adalah dengan tes litmus. Dengan mengidentifikasikan isu strategis akan dapat diketahui isu mana yang strategis


(58)

commit to user

atau tidak strategis, untuk kemudian isu tersebut dikelola hingga menjadi strategi revitalisasi.


(59)

commit to user

53 BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi

1. Kondisi Umum Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

1.1 Mandat, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan sebagai perwujudan Good Governance dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta sebagai salah satu organisasi penyelenggara pemerintahan daerah Surakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah. Selain itu, terdapat pula Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, khususnya Bab IV bagian kedelapan. Sebagai perwujudan semangat untuk melaksanakan otonomi daerah dalam rangka menunjang


(60)

commit to user

kelancaran penyelenggaraan tugas, peraturan-peraturan tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata kerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta.

Tugas Pokok Dinas tata Ruang Kota Surakarta adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Sedangkan fungsi Dinas Tata Ruang Kota adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengembangan kota dan tata ruang

kota

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pengembangan kota dan tata ruang kota

3. Pembinaan dan fasilitas di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota;

4. Pelaksanaan tugas di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kota dan

tata ruang kota;

6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas;

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.


(61)

commit to user

1.2 Visi dan Misi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta a. Visi

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Dinas Tata Ruang Kota merumuskan visinya sebagai berikut:

“Terwujudnya penataan ruang kota Solo yang berkarakter budaya dan berwawasan lingkungan.”

1. Penataan ruang artinya proses melaksanakan tata ruang

2. Berkarakter budaya artinya memiliki sifat dan sikap yang khas dan jelas sesuai

budaya

3. Kota Solo artinya kota yang berhubungan dengan aspek sejarah

4. Berwawasan lingkungan artinya berpedoman pada kualitas lingkungan yang

meliputi kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan keindahan.

Intinya visi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta senantiasa memberikan arah dan pandangan dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan bangunan baik yang dilakukan oleh masyarakat, swasta, ataupun pemerintah.

b. Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat


(1)

commit to user

Isu strategis mengenai menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara merupakan isu yang paling strategis di antara isu-isu yang lain. Hal tersebut di dasarkan pada hasil tes litmus yang menunjukkan bahwa isu tersebut memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan skor isu-isu strategis yang lain yaitu 36. Isu strategis menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara telah dirumuskan menjadi beberapa program dan kegiatan seperti yang telah diuraikan di atas. Dengan adanya program-program beserta kegiatan-kegiatan tersebut akan dapat menciptakan suatu kebersamaan dan saling membantu dalam penyelesaian revitalisasi alun-alun utara.

Kerjasama antara Dinas Tata Ruang Kota dengan instansi terkait dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Nomor: 650.05/01.24/I/2010 tentang Pembentukan Tim Teknis Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan Pekerjaan Penataan Kawasan Gladag dan Alun-Alun Utara Kota Surakarta (Tahap I) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2010. Bentuk kerjasama dalam kegiatan ini adalah adanya pembentukan tim teknis pelaksana revitalisasi alun-alun utara.

Tim teknis yang dibentuk dalam kegiatan revitalisasi alun-alun utara adalah perwakilan dari beberapa instansi dengan terkait. Anggota dari tim teknis tersebut terdiri dari instansi-instansi yang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dalam kegiatan revitalisasi alun-alun utara. Anggotanya terdiri dari Dinas Tata Ruang Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan, Keraton Kasunanan Surakarta, Bappeda.


(2)

commit to user

Pembentukan tim teknis tersebut diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan revitalisasi alun-alun utara. Tim tekhnis diharapkan dapat bekerja sesuai dengan tugasnya dalam Keputusan Kepala DTRK Nomor: 650.05/01.24/I/2010 sehingga pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan lancar. Tugas dari tim teknis dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara secara keseluruhan adalah:

1. Membantu penggunaan anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan obyek pariwisata unggulan pekerjaan penataan kawasan gladag dan alun-alun utara kota Surakarta tahun 2010 di Dinas Tata Ruang Kota; 2. Melakukan pendataan teknis dan non teknis untuk bahan perencanaan; 3. Memberi masukan-masukan pada tahap perencanaan;

4. Memeriksa dokumen pelaksanaan perencanaan (kontrak) untuk persiapan pelaksanaan fisik di lapangan;

5. Menampung permasalahan yang timbul di lapangan dan membantu memecahkan masalah.

Sedangkan tugas untuk masing-masing dinas adalah berdasarkan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dari masing-masing dinas. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Jaka Santosa Agustanta, ST selaku ketua dalam tim teknis kegiatan revitalisasi alun-alun utara yaitu:

“Kalau untuk tugas per dinas ya disesuaikan dengan tupoksi dari masing-masing dinas. Jadi mereka (dinas) sudah tahu apa yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.” (wawancara 23 Desember 2010)

Lebih lanjut Bapak Jaka Santosa Agustanta, ST mengatakan bahwa: “Terkait dengan seperti apa tugas yang dilaksanakan dari masing-masing dinas itu biasanya mereka (dinas) memberikan masukan-masukan yang sesuai dengan


(3)

commit to user

bidangnya masing-masing. Seperti misalnya untuk jalan di sekitar kawasan alun-alun utara itu DTRK mau merubah dengan mengganti jalan berupa paving. Namun Dishub memberikan masukan bahwa jika diganti dengan paving maka akan merusak struktur jalan. Begitu pula dengan DKP ataupun dinas yang lain mereka memberi masukan dan menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan tupoksi dinas masing-masing.” (wawancara 23 Desember 2010)

Wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan tim teknis dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara bekerja sesuai dengan tupoksi dari masing-masing dinas ataupun instansi terkait. Dengan pembagian tugas sesuai denagn bidangnya masing-masing maka permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan benar karena ditangani oleh ahlinya sendiri-sendiri. Sehingga pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.

Pembentukan tim teknis dalam mewujudkan kerjasama yang dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Kota dengan berbagai dinas lain seperti Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perhubungan dan berbagai dinas lain menjadi salah satu program dan juga kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Kota untuk mengoptimalkan pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari isu strategi menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara karena merupakan bagian dari program pembentukan kelembagaan mengenai pengelolan bidang-bidang di kawasan alun-alun utara.

Program-program yang belum dijalankan maupun yang masih dalam proses di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta diharapkan akan mampu mengubah iklim penataan alun-alun utara yang lebih inovatif dan modern sehingga dapat berdampak positif bagi karakter pariwisata dan kepribadian Kota Surakarta sekaligus yang terpenting adalah memperkuat citra Keraton Kasunanan Surakarta.


(4)

commit to user

Berdasarkan dari penelitian di atas maka analisis hasil penelitian dapat terangkum dalam matriks sebagai berikut:


(5)

commit to user

Tabel 4.6 Tabel Hasil Analisis

No. ISU-ISU STRATEGIS STRATEGI ANALISIS PROGRAM

1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Melalui komitmen dari DTRK dan dengan memanfaatkan kesadaran masyarakat dapat mendukung upaya

pengembangan alun-alun utara Menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk

mengoptimalkan potensi alun-alun utara

Mengusulkan diklat tentang cagar budaya bagi para pegawai khususnya pegawai di lapangan. Mengupayakan bantuan dana dari berbagai pihak agar pelaksanaan alun-alun dapat berjalan lancar

Melalui evaluasi yang teratur dapat digunakan unatuk

mengantispasi dampak bencana dan mencari alternative kendala Adanya komitmen dari DTRK dalam mengembangkan kawasan alun-alun utara maka dapat dilakukan sosialisai gerakan cinta cagar budaya di Kota Solo begitu pula di kawasan alun-alun utara. Mengusulkan terbentuknya Peraturan Daerah tentang cagar budaya agar budaya di Kota Solo dapat lebih terawat. Melibatkan lagi unsur masyarakat yang dapat mendukung revitalisasi alun-alun utara 1 2 3 Membuat kelembagaan mengenai pengelolaan bidang-bidang di kawasan alun-alun utara.

Menciptakan integritas di antara

instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan revitalisasi sehingga dapat berjalan lancar. Meningkatkan standart kerja dalam

revitalisasi alun-alun utara secara efektif dan fleksibel untuk mendapatkan hasil yang optimal

Maksudnya adalah Dinas Tata Ruang Kota dalam melaksanakan revitalisasi membentuk suatu kelembagaan secara bersama dengan berbagai instansi mengenai pengelolaan bidang-bidang yang ada di kawasan alun-alun utara. Dengan pembentukan kelembagaan maka instansi-instansi dapat mengelola bidangnya masing-masing sesuai dengan tugasnya. Sehingga pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan efektif dan efisien.

Maksud strategi ini adalah menciptakan suatu persatuan atau kebersamaan antar instansi-instansi dalam penyelesaian kegiatan revitalisasi alun-alun utara. Sehingga akan semakin memperlancar kegiatan revitalisasi tersebut. Dengan adanya suatu

kebersamaan maka akan mewujudkan

pencapaian hasil secara maksimal.

Dinas Tata Ruang Kota perlu meningkatkan standart kerja sebagai tolok ukur pencapaian hasil kerja dengan menggunakan wawasan dan pengalaman-pengalamannya dalam melakukan revitalisasi dengan tujuan

mendapatkan hasil yang maksimal pada revitalisasi alun-alun utara 1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2

Membentuk team work dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara

Pembagian peran sesuai dengan bdangnya masing-masing.

Mengadakan forum komunikasi dengan instansi terkait dan unsur pendukung

Menjalin hubungan baik dengan unsur pendukung

Melakukan

sosialisasi dengan pihak yang berpengaruh

Melakukan evaluasi secara rutin berdasarkan

schedulisasi dan

progress revitalisasi


(6)