Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

(1)

TESIS

HUBUNGAN NILAI COPD ASSESMENT TEST (CAT) DAN

MODIFIED MEDICAL RESEARCH COUNCIL DYSPNEU SCALE (MMRC) DENGAN

DERAJAT OBSTRUKSI (VEP1) DAN FREKUENSI EKSASERBASI PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK STABIL DI POLI PARU

RSUP H. ADAM MALIK DAN RSU PIRNGADI MEDAN

DEWI MURNI MANIHURUK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

HUBUNGAN NILAI COPD ASSESMENT TEST (CAT) DAN

MODIFIED MEDICAL RESEARCH COUNCIL DYSPNEU SCALE (MMRC) DENGAN DERAJAT OBSTRUKSI (VEP1) DAN FREKUENSI EKSASERBASI PADA

PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK STABIL DI POLI PARU RSUP H. ADAM MALIK DAN RSU PIRNGADI MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Paru Dalam Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Pada Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DEWI MURNI MANIHURUK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (mMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di poli paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

Nama Peneliti : Dewi Murni Manihuruk

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Menyetujui Pembimbing

NIP:196105191989021001

dr.Pandiaman S.Pandia,M.Ked(Paru),Sp.P(K)

Anggota I Anggota II Koordinator Penelitian Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi

Dr.dr.Amira Tarigan,MKed(Paru) SpP(K). dr.Putri C.E,MSEpid,PhD Prof.dr.Tamsil Syafiuddin,SpP(K) NIP:196911071999032002 NIP: 197209011999032001 NIP:195211011980031005

Ketua Program Studi Ketua Departemen Ketua Tim Koordinator Departemen Pulmonologi & Pulmonologi & Program Pendidikan Kedokteran Respirasi Kedokteran Respirasi Dokter Spesialis Dr.dr.AmiraTarigan,MKed(Paru),SpP(K) Prof.dr.H.Luhur Soeroso,Sp.P(K)

NIP:196911071999032002 NIP:194407151974021001 NIP:195406201980111001 dr.H.ZainuddinAmir,MKed(Paru),SpP(K)


(4)

TESIS

PPDS MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA / RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Judul Penelitian : Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

Nama Peneliti : Dewi Murni Manihuruk

Fakultas : Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik dan Dokter Spesialis

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

Jangka Waktu : 4 (empat) bulan

Biaya Penelitian : Rp. 8.000.000,-

Lokasi Penelitian : RSUP Haji Adam Malik Medan dan RSU Pirngadi Medan

Pembimbing : dr. Pandiaman S. Pandia,M.Ked(Paru),Sp.P(K)

Dr.dr. Amira Permatasari Tarigan,M.Ked(Paru),Sp.P(K) dr. Putri C Eyanoer, MSEpid, PhD


(5)

PERNYATAAN

Judul Penelitian : Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (mMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di poli paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam rujukan.

Yang Menyatakan, Peneliti


(6)

Telah diuji pada

Tanggal 21 Oktober 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Prof. dr. H. Luhur Soeroso, Sp.P (K) Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P (K)

dr. Hilaluddin Sembiring, Sp.P (K), DTM&H dr. Zainuddin Amir, M.Ked (Paru), Sp.P (K) dr. Pantas Hasibuan, M.Ked (Paru), Sp.P (K) dr. Widirahardjo, Sp.P(K)

dr. Pandiaman Pandia, M.Ked (Paru), Sp.P(K)

DR. dr. Amira Permatasari Tarigan, M.Ked (Paru), Sp.P(K) dr. Parluhutan Siagian, M.Ked (Paru), Sp.P

dr. Bintang YM Sinaga, M.Ked (Paru), Sp.P(K) dr. Noni N Soeroso, M.Ked (Paru),Sp.P(K)


(7)

ABSTRAK

Objektif :

Untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan MMRC dengan derajat obstruksi VEP1 dan frekuensi eksaserbasi pada pasien PPOK stabil yang berobat ke poliklinik rawat jalan Paru di RSUP Haji Adam Malik, dan RSU Pirngadi Medan

Metode : Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan mengobservasi distribusi nilai CAT, skala mMRC, derajat obstruksi, dan frekuensi eksaserbasi dari pasien PPOK stabil juga menilai korelasi nilai CAT dan mMRC dengan derajat obstruksi dan eksaserbasi pada penderita PPOK stabil.

Hasil : Pada penelitian ini didapati bahwa semua penderita 100 orang. Penderita dengan nilai CAT ≥ 10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%). Penderita skala mMRC ≥2 yaitu sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai mMRC 0-1 sebanyak 40 orang (40%). Pada penelitian penderita dengan GOLD 3 yaitu sebanyak 50 orang (50%), selanjutnya GOLD 2 sebanyak 45 orang (45%), GOLD 4 sebanyak 5 orang (5%), tidak dijumpai pasien dengan GOLD 1. Pada penelitian ini terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak


(8)

ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak orang (45%). Didapati adanya korelasi antara CAT dengan VEP1 (p=0,000). Didapati adanya korelasi antara mMRC dengan VEP1 (p=0,001). Didapati adanya korelasi antara CAT dengan Eksaserbasi (p=0,042). Tidak ada korelasi antara mMRC dengan eksaserbasi. (p=0,343).

Kesimpulan : Nilai CAT berkorelasi dengan derajat VEP1 (p=0,000). Skala mMRC juga berkorelasi dengan derajat VEP1 (p=0,001). Nilai CAT berkorelasi dengan frekuensi eksaserbasi (p=0,042). Sedangkan skala mMRC tidak berkorelasi dengan eksaserbasi. (p=0,343). Dalam penilaian kelompok PPOK kita melihat gejala, derajat VEP1 dan frekuensi eksaserbasi karena penderita PPOK stabil mempunyai fenotipe yang berbeda.


(9)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi :

Nama Lengkap : dr. Dewi M.Manihuruk Tempat/tgl lahir : Medan / 11 Nopember 1976

Agama : Protestan

Alamat : Jl. Teladan No 1 Dumai

Email : dewimanihuruk76@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

SD N 0896365 tamat 1989 SMP N 1 Medan tamat 1992 SMU N 1 Medan tamat 1995 Dokter FK USU tamat 2001

Organisasi Profesi : Ikatan Dokter Indonesia


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tulisan akhir ini yang berjudul “Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di poli paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan”. Tulisan ini merupakan persyaratan dalam penyelesaian pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik dari guru-guru yang penulis hormati, teman sejawat asisten Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU, paramedis dan non medis, serta dorongan dari pihak keluarga. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Prof. dr. H. Luhur Soeroso, Sp.P(K) sebagai Ketua Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan, yang tiada henti-hentinya memberikan bimbingan ilmu pengetahuan, arahan, petunjuk serta nasehat dalam cara berpikir, bersikap dan berperilaku yang baik selama selama masa pendidikan, yang mana hal tersebut sangat berguna di masa yang akan datang.

Prof. dr. H. Tamsil Syafiuddin, Sp.P(K) sebagai koordinator penelitian ilmiah di Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Sumatera Utara,


(11)

yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, pengarahan dan masukan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan tulisan ini.

dr. H. Zainuddin Amir, Mked(Paru), Sp.P(K) sebagai Ketua TKP PPDS FK USU yang senantiasa tiada jemunya membantu, mendorong dan memotivasi serta membimbing dan menanamkan kedisiplinan, ketelitian, berpikir dan berwawasan ilmiah serta selalu mendorong penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

dr. Pantas Hasibuan, Mked(Paru), Sp.P(K) sebagai Sekretaris Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan, yang telah banyak memberikan penulis bantuan, masukan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.

dr. H. Pandiaman Pandia, Mked(Paru), Sp.P(K) sebagai pembimbing I penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan tehnis, masukan, dan dorongan semangat dalam penyempurnaan penelitian bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Dr. dr. Amira Permatasari Tarigan, Mked(Paru), Sp.P(K) sebagai Ketua Program Studi Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/RSUP H Adam Malik Medan, sekaligus pembimbing akademik dan juga sebagai pembimbing II dalam penelitian ini, yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, semangat, masukan, dan dorongan dalam penyempurnaan penelitian serta nasehat yang sangat berguna bagi penulis selama menjalani masa pendidikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

dr. Noni N Soeroso, Mked(Paru), Sp.P(K) sebagai Sekretaris Program Studi Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/RSUP H Adam Malik Medan, yang telah banyak memberikan bantuan, masukan, arahan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.


(12)

dr. Putri C Eyanoer, MSEpid,PhD sebagai pembimbing statistik yang telah banyak membantu dan membuka wawasan penulis dalam bidang statistik dan dengan penuh kesabaran memberi bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Penghargaan dan rasa terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada yang terhormat dr. H. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, Sp.P(K), dr. Widirahardjo, Sp.P(K), dr. Parluhutan Siagian, Mked(Paru),Sp.P, dr. Bintang YM Sinaga, Mked(Paru),Sp.P(K), dr. Setia Putra, Sp.P, dr. Netty Damanik, Sp.P, dr. Syamsul Bihar, Mked(Paru),Sp.P yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan pengarahan selama menjalani pendidikan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan Prof. dr. Gontar SpPD(K), Direktur RSUP H Adam Malik Medan dr. H. Lukmanul Hakim Sp.KK yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat peserta Program Studi Pendidikan Spesialisasi Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi, pegawai tata usaha, perawat/petugas poliklinik, ruang rawat inap, ruang bronkoskopi, instalasi perawatan intensif, instalasi gawat darurat RSUP H Adam Malik atas bantuan dan kerja sama yang baik selama menjalani pendidikan.

Dengan penuh rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda W. Manihuruk, Amd, dan Ibunda R. Panggabean, serta adik-adikku yang memberikan doa serta motivasi selama menjalani pendidikan spesialis ini.

Demikian juga kepada anak-anakku tersayang Rahel Anastasia dan Regina Clarissa yang penuh kesabaran dan pengorbanannya kepada penulis selama menjalani pendidikan.


(13)

Akhirnya pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan, kekhilafan dan kesalahan yang pernah penulis perbuat selama ini. Semoga ilmu, keterampilan dan pembinaan kedisiplinan yang penulis dapatkan selama ini dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa dan mendapatkan berkah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR TESIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR ISTILAH ... ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Epidemiologi PPOK... 6

2.2. Definisi PPOK ... 8

2.3. Patologi PPOK ... 8

2.4. Patogenesis PPOK ... 9


(15)

2.6. Diagnosis PPOK ... 13

2.6.1. Penilaian Spirometri ... 14

2.6.2. COPD Assesment Test (CAT) ... 16

2.6.3. Medical Research Council (MMRC)... 19

2.6.4. Penilaian Risiko Eksaserbasi ... 22

2.6.5. Penilaian Kombinasi PPOK ... 23

2.7. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 3.1. Desain Penelitian ... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel ... 25

3.3.1. Populasi Penelitian ... 25

3.3.2. Sampel Penelitian... 25

3.3.3. Perkiraan Besar Sampel ... 26

3.4. Kerangka Operasional ... 27

3.5. Definisi Operasional ... 29

3.6. Prosedur Pengambilan Data ... 29

3.7. Pengolahan Data ... 29

3.8. Analisa Data ... 29

3.9. Jadwal Kegiatan ... 30

3.10. Perkiraan Biaya Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 32


(16)

4.1.1. Karakteristik subjek penelitian ... 32

4.1.2. Analisa statistik ... 37

4.2. Pembahasan ... 4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN ...


(17)

DAFTAR ISTILAH

BTS : British Thoracic Society

CCQ : The COPD Clinical Questionare

COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease CRQ : Chronic Respiratory Diseases Questionare

ERS : Europen Respiratory Society

GOLD : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

KPT : Kapasitas Paru Total

KV : Kapasitas Vital

KVP : Kapasitas Vital Paksa

MMRC : Modified Medical Research Council PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik

CAT : COPD Assesment Test

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SGRQ : The St George’s Respiratory Questionare VEP1 : Volume Ekpirasi Paksa Detik Pertama IB : Indeks Brinkman


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi derajat keparahan PPOK ... 13

Tabel 2. Klasifikasi derajat hambatan aliran udara pada PPOK ... 14

Tabel 3. Lembar praktis penggunaan CAT ... 17

Tabel 4. Modified Medical Research Council Dyspneu score ... 19

Tabel 5. Penilaian Kombinasi PPOK ... 22

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan jenis kelamin ... 36

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan IB ... 37

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan nilai CAT ... 38

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan skala mMRC .... 39

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan eksaserbasi ... 39

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi PPOK stabil Berdasarkan VEP1 ... 40

Tabel 4.7. Hubungan antara CAT dengan VEP1 ... 40

Tabel 4.8. Hubungan antara mMRC dengan VEP1 ... 41

Tabel 4.9. Hubungan antara CAT dengan eksaserbasi ... 41


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Patogenesis PPOK... 9

Gambar 2 Mekanisme hambatan aliran udara pada PPOK ... 11

Gambar 3 Hubungan antara penilaian gejala, klasifikasi spirometri dan risiko eksaserbasi ... 21


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.mMRC Dyspnoe Scale LAMPIRAN 2.Kuesioner CAT

LAMPIRAN 3.Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian LAMPIRAN 4.Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan LAMPIRAN 5.Rekapitulasi data penelitian


(21)

ABSTRAK

Objektif :

Untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan MMRC dengan derajat obstruksi VEP1 dan frekuensi eksaserbasi pada pasien PPOK stabil yang berobat ke poliklinik rawat jalan Paru di RSUP Haji Adam Malik, dan RSU Pirngadi Medan

Metode : Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan mengobservasi distribusi nilai CAT, skala mMRC, derajat obstruksi, dan frekuensi eksaserbasi dari pasien PPOK stabil juga menilai korelasi nilai CAT dan mMRC dengan derajat obstruksi dan eksaserbasi pada penderita PPOK stabil.

Hasil : Pada penelitian ini didapati bahwa semua penderita 100 orang. Penderita dengan nilai CAT ≥ 10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%). Penderita skala mMRC ≥2 yaitu sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai mMRC 0-1 sebanyak 40 orang (40%). Pada penelitian penderita dengan GOLD 3 yaitu sebanyak 50 orang (50%), selanjutnya GOLD 2 sebanyak 45 orang (45%), GOLD 4 sebanyak 5 orang (5%), tidak dijumpai pasien dengan GOLD 1. Pada penelitian ini terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak


(22)

ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak orang (45%). Didapati adanya korelasi antara CAT dengan VEP1 (p=0,000). Didapati adanya korelasi antara mMRC dengan VEP1 (p=0,001). Didapati adanya korelasi antara CAT dengan Eksaserbasi (p=0,042). Tidak ada korelasi antara mMRC dengan eksaserbasi. (p=0,343).

Kesimpulan : Nilai CAT berkorelasi dengan derajat VEP1 (p=0,000). Skala mMRC juga berkorelasi dengan derajat VEP1 (p=0,001). Nilai CAT berkorelasi dengan frekuensi eksaserbasi (p=0,042). Sedangkan skala mMRC tidak berkorelasi dengan eksaserbasi. (p=0,343). Dalam penilaian kelompok PPOK kita melihat gejala, derajat VEP1 dan frekuensi eksaserbasi karena penderita PPOK stabil mempunyai fenotipe yang berbeda.


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. PPOK akan memiliki dampak pada berbagai aspek kehidupan (medis maupun non medis), baik secara individual maupun komunitas.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 210 juta orang di dunia menderita PPOK. Pada tahun 2005 lebih dari 3 juta meninggal akibat PPOK, jumlah itu sama artinya dengan 5% dari seluruh kematian di dunia. WHO memperkirakan terjadinya peningkatan angka kematian akibat PPOK lebih dari 30% dalam 10 tahun, bila intervensi untuk mengurangi faktor risiko, khusunya pajanan asap rokok tidak dilakukan dengan baik, pada tahun 2020 PPOK bahkan diperkirakan menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga di dunia.1,2,3

Selama satu dekade terakhir telah banyak terjadi perubahan pada pemahaman tentang PPOK. Terdapat perubahan yang sangat mendasar pada GOLD 2014, revisi terbaru dimutakhirkan dengan pengetahuan baru. Kekuatan pertama bertumpu pada tujuan pengobatan. Kekuatan kedua memperkenalkan sistem klasifikasi keparahan PPOK berbasis pada VEP1. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi


(24)

kualitas hidup. Masalah eksaserbasi terbukti berpengaruh buruk pada kualitas hidup pasien, memperburuk inflamasi di jalan napas maupun sistemik. Riwayat eksaserbasi sebelumnya merupakan suatu prediktor tunggal untuk meramalkan mudahnya terjadi eksaserbasi berikutnya. 1,2,3

Menururt GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) yang direvisi pada tahun 2014, penilaian beratnya gejala pada pasien PPOK dihitung berdasarkan kuesioner yang sudah divalidasi yaitu COPD Assesment Test (CAT ) dan Modified Medical Research Council (mMRC). CAT merupakan kuesioner berisi 8 pertanyaan yang dapat menilai aspek kualitas hidup penderita PPOK. Sedangkan skor mMRC digunakan untuk menilai derajat sesak napas pada penderita PPOK.1walaupun CAT hanya terdiri dari beberapa pertanyaan saja, namun sudah mencakup area luas yang dapat menilai kualitas hidup pasien. CAT juga telah terbukti tetap efektif dipergunakan secara berulang dan menilai secara selektif pada semua stadium PPOK. Sesak napas bersifat persisten serta progresif, gejala Sesak napas harus dievaluasi secara rutin pada penderita PPOK. Sesak napas biasanya dinilai dengan menghitung fungsi paru dengan cara spirometri, namun untuk menilai sesak napas pada penderita PPOK dapat juga digunakan kuesioner mMRC.1,3,4

Berdasarkan hasil penelitian Ghobadi H dkk. di Iran tahun 2011 menyatakan adanya hubungan antara nilai CAT dengan derajat obstruksi melalui pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dimana didapati adanya hubungan antara penurunan derajat obstruksi dengan penurunan kualitas hidup yang dinilai dengan CAT, dijumpai derajat obstruksi sangat berat (GOLD IV) nilai CAT tinggi.7 Berdasarkan penelitian Han KM dkk. pada tahun 2012


(25)

dijumpai hubungan antara gejala pada penderita PPOK dari kulitas hidup dari nilai CAT, skala sesak napas yang dinilai dengan MMRC terhadap derajat obstruksi dan risiko eksaserbasi.8

Hartono S. dalam penelitian cross sectional tahun 2011 didapati dari 92 orang CAT level rendah sebanyak 2 orang, CAT level sedang sebanyak 35 orang, CAT tinggi sebanyak 51 orang, CAT level sangat tinggi sebanyak 4 orang.13Berdasarkan penelitian Anwar D dkk. tahun 2011 di rumah sakit M. Djamil Padang didapat kesimpulan semakin tinggi derajat sesak napas berdasarkan kuesioner mMRC , makin tinggi derajat PPOK dan makin rendah VEP1.14

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara nilai CAT dan mMRC dengan derajat obstruksi VEP1 dan frekuensi eksaserbasi pada pasien PPOK stabil yang berobat ke poliklinik rawat jalan Paru di RSUP Haji Adam Malik, dan RSU

Pirngadi Medan . 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut apakah pasien PPOK stabil yang mempunyai nilai CAT dan derajat MMRC berkorelasi positif ataupun negatif dengan derajat obstruksi dan frekuensi eksaserbasi 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan MMRC dengan derajat obstruksi VEP1 dan frekuensi eksaserbasi pada pasien PPOK stabil yang berobat ke poliklinik rawat jalan Paru di RSUP Haji Adam Malik, dan RSU Pirngadi Medan .


(26)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi Indeks Brinkman pada PPOK stabil

2. Mengetahui distribusi frekuensi nilai CAT pada PPOK stabil

3. Mengetahui distribusi frekuensi skala modified Medical Research Council (MMRC) pada PPOK stabil

4. Mengetahui distribusi frekuensi eksaserbasi pada PPOK stabil

5. Mengetahui distribusi frekuensi derajat VEP1 pada PPOK stabil 1.4. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik adalah meningkatkan pengetahuan peneliti hubungan antara kualitas hidup melalui nilai COPD Assesment Test (CAT), gejala sesak napas MMRC, dengan derajat obstruksi dan frekuensi eksaserbasi.

2. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan yang lebih cepat dan tepat dengan risiko eksaserbasi terkecil bagi pasien.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data sekunder untuk penelitian PPOK lebih lanjut


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EPIDEMIOLOGI

Saat ini penyakit paru obstruksi kronik (PPOK ) merupakan masalah kesehatan global. Data prevalensi, morbiditas, dan mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara akibat pembakaran kayu, gas dan partikel berbahaya.2,3,4

GOLD memperkirakan PPOK sebagai penyebab kematian ke-6 pada tahun 1990, akan meningkat menjadi penyebab kematian ke-3 pada 2020 di seluruh dunia.1 PPOK menjadi salah satu gangguan kualitas hidup pada usia lanjut. Meningkatnya polusi udara dan pencemaran lingkungan oleh industri serta kebiasaan merokok merupakan penyebab utama PPOK sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penurunan progresifitas paru.2,4,5

Pada tahun 1990 PPOK merupakan penyebab ke-12 hilangnya Disability Adjusted Life Years (DALYs). Diperkirakan pada tahun 2020, PPOK menduduki urutan kelima hilangnya DALYs. PPOK mengenai lebih dari 16 juta orang Amerika Serikat, lebih dari 2,5 juta orang di Italia, lebih dari 30 juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Total biaya akibat keadaan ini lebih dari 30 juta milyar dolar di Amerika Serikat. Angka kesakitan secara klasik didasarkan pada jumlah kunjungan ke dokter, kunjungan ke ruang gawat


(28)

darurat dan rawat inap. Kesakitan yang diakibatkan oleh PPOK juga dipengaruhi oleh penyakit-penyakit penyerta (komorbid) yang secara tidak langsung berhubungan dengan PPOK.2,4,5

Di Indonesia, PPOK merupakan masalah kesehatan umum dan menyerang sekitar 10% penduduk usia 40 tahun ke atas. Jumlah kasus PPOK memiliki kecenderungan untuk meningkat. Berdasarkan pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, PPOK menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut,yaitu kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70%), pertambahan penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an, industrialisasi, polusi udara di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan.2,4,5

Berbeda dengan definisi PPOK sebelumnya yang hanya lebih menekankan pada inflamasi kronik jalan napas dan pengaruhnya secara sistemik, definisi terbaru 2014 yang dikembangkan oleh Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) menekankan pengaruh eksaserbasi dan penyakit komorbid pada keparahan penyakit secara individual. Dengan demikian pendalaman tentang eksaserbasi pada PPOK menjadi sangat penting.1,2

Revisi GOLD 2014 terdapat perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan publikasi sebelumnya. Perbedaan tersebut terutama didasari oleh banyaknya publikasi penelitian tentang


(29)

PPOK dengan skala besar selama 10 tahun terakhir. Perubahan paradigma pendekatan pengelolaan PPOK diharapkan dapat memberikan hasil maksimal berdasarkan hasil penelitian yang ada, sehingga lebih ilmiah dan berbasis bukti.1,2

2.2. DEFINISI PPOK

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diob ati, dengan ciri adanya hambatan aliran udara yang menetap (persisten) yang biasanya progresif dan disertai peningkatan respon inflamasi yang kronik pada paru dan saluran pernapasan terhadap gas atau partikel yang berbahaya (noxious). Eksaserbasi dan komorbiditi mengakibatkan keseluruhan keparahan pada penderita. Definisi yang baru ini tidak lagi menyebut hambatan aliran udara yang reversibel sebagian.1,2

Sedangkan menurut ATS/ERS (American Thoracic Society/ Europen Respiratry Society) mendefinisikan PPOK sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas yang umumnya bersifat progresif, berhubungan dengan bronkitis kronis atau emfisema, dan dapat disertai dengan hiperaktivitas dari saluran napas yang reversibel. PPOK adalah kelainan spesifik dengan perlambatan arus udara ekspirasi maksimal yang terjadi akibat kombinasi penyakit jalan napas dan emfisema, umumnya perjalanan penyakit kronik progresif dan irreversibel serta tidak menunjukan perubahan yang berarti dalam pengamatan beberapa bulan.3,4,


(30)

2.3. PATOLOGI PPOK

Perubahan-perubahan patologik yang khas untuk PPOK dijumpai disaluran napas proksimal, saluran napas perifer, parenkim paru dan vaskular paru. Perubahan tersebut tersebut berupa inflamasi kronik dengan peningkatan jumlah sel-sel inflamasi di berbagai bagian paru yang menimbulkan kerusakan dan perubahan struktural akibat cedera dan perbaikan berulang.13,14,15

Saluran napas proksimal (trakea, bronkus diameter >2 mm), sel inflamasi yaitu terjadi peningkatan makrofag dan limfosit T CD8+ (sitotoksik), sedangkan neutrofil atau eosinofil sedikit. Perubahan yang terjadi yaitu peningkatan sel goblet, pembesaran kelenjar submukosa dan metaplasia sel epitel skuamosa. Saluran napas perifer (bronkiolus diameter < 2 mm), sel inlamasi yang berperan yaitu terjadi peningkatan makrofag, limfosit T (CD 8+> CD 4+), limfosit B, folikel limfoid, fibroblast, dan sedikit peningkatan netrofil dan eosinofil.13,14,16

Parenkim paru (bronkiolus pernapasan dan alveolus), sel inflamasi yang berperan yaitu terjadi peningkatan makrofag dan limfosit T (CD8+). Perubahan struktur yang terjadi yaitu kerusakan alveolus, apoptosis sel epitel dan endotel. Emfisema sentrilobular yaitu dilatasi dan kerusakan alveolus dan bronkiolus; paling sering terlihat pada perokok. Emfisema panasinar yaitu kerusakan alveolus dan bronkiolus; paling sering terlihat pada kekurangan alfa-1 antitripsin. Pembuluh darah paru, sel inflamasi yang berperan yaitu peningkatan makrofag dan limfosit.Perubahan struktur berupa penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan otot polos (hipertensi pulmonal).15,16,17


(31)

2.4. PATOGENESIS PPOK

Patogenesis PPOK sangat kompleks, yang disebabkan oleh inflamasi kronik akibat pajanan zat toksik, disregulasi oksidan dan anti oksidan, ketidakseimbangan protease dan antiprotease. Merokok adalah faktor risiko utama PPOK walaupun partikel nuxious inhalasi lain dan berbagai gas juga memberikan kontribusi.3,4,5

Gambar 1. Patogenesis PPOK3,4

Pajanan gas beracun mengaktifkan makrofag alveolar dan sel epitel jalan napas dalam membentuk faktor kemotaktik, penglepasan faktor kemotaktik menginduksi mekanisme infiltrasi sel-sel hematopoetik pada paru yang dapat menimbulkan kerusakan struktur paru. Infiltrasi sel ini dapat menjadi sumber faktor kemotaktik yang baru dan memperpanjang reaksi inflamasi paru menjadi penyakit kronik dan progresif.15,16 Ketidakseimbangan proteinase dan antiproteinase serta ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan berperan dalam patologi PPOK. Proteinase


(32)

menginduksi inflamasi paru, destruksi parenkim dan perubahan struktur paru. Kim & Kadel. menemukan peningkatan jumlah neutrofil yang nekrosis di jalan napas penderita PPOK dapat menyebabkan penglepasan elastase dan reactive oxygen species (ROS) yang menyebabkan hipersekresi mukus.14,15,16

Respons epitel jalan napas terhadap pajanan gas atau asap rokok berupa peningkatan jumlah kemokin seperti IL-8, macrophage inflamatory protein-1 α (MIP1-α) dan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). Peningkatan jumlah Limfosit T yang didominasi oleh CD8+ tidak hanya ditemukan pada jaringan paru tetapi juga pada kelenjar limfe paratrakeal. Sel sitotoksik CD8+ menyebabkan destruksi parenkim paru dengan melepaskan perforin dan granzymes. CD8+ pada pusat jalan napas merupakan sumber IL-4 dan IL-3 yang menyebabkan hipersekresi mukus pada penderita bronkitis kronik.13,15,16

2.5. PATOFISIOLOGI PPOK

Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologis yang mendasari PPOK sampai terjadinya gejala yang khas. Misalnya penurunan VEP1 yang disebabkan peradangan dan penyempitan dan pada saluran napas besar, dan saluran napas perifer, sementara transfer gas menurun terjadi akibat kerusakan parenkim paru pada emfisema.

Tingkat peradangan, fibrosis dan cairan eksudat di lumen saluran napas kecil berkorelasi dengan penurunan VEP1 dan rasio VEP1/KVP .Penurunan VEP1 merupakan gejala yang khas pada PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi. Hiperinflasi mengurangi kapasitas inpirasi seperti peningkatan kapasitas residual fungsional, khususnya selama latihan, yang terlihat sebagai sesak napas dan


(33)

keterbatasan kapasitas latihan. Hiperinflasi yang berkembang pada awal penyakit merupakan mekanisme utama timbulnya sesak napas pada aktivitas.16,17

Gambar 2. Mekanisme hambatan aliran udara pada PPOK2

2.5.1.Mekanisme Pertukaran gas

Pada PPOK yang lanjut kombinasi dari obstruksi saluran napas perifer, destruksi parenkim dan kelainan pembuluh darah pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk pertukaran gas, menyebabkan hipoksemia pada tahap lanjut penyakit juga menyebabkan hiperkapni. Korelasi antara tes fungsi paru rutin dan gas darah arteri memburuk. Ketidaksamaan rasio ventilasi/perfusi merupakan mekanisme utama yang menyebabkan hipoksemia pada PPOK, dengan tanpa melihat tingkatan penyakit. Hiperkapnia kronik biasanya menunjukkan disfungsi otot inspirasi dan hipoventilasi alveolar.13,14,16

2.5.2. Hipertensi Pulmonal

Inflamasi

Penyakit saluran napas kecil

- Inflamasi saluran napas

Kerusakan parenkim - Hilangnya ikatan alveolus

Penurunan elastisitas


(34)

Hipertensi pulmonal ringan sampai menengah dapat terjadi pada PPOK karena vasokrintiksi yang diakibatkan hipoksia dari arteri pulmonal yang kecil, yang mengakibatkan perubahan struktural termasuk hiperplasia intima dan selanjutnya hipertropi otot polos dan hiperplasia. Adanya respon inflamasi dalam pembuluh darah sering terlihat di saluran napas dan merupakan bukti dari disfungsi sel endotel. Hilangnya kapiler pulmonal pada emfisema dapat menyebabkan peningkatan tekanan sirkulasi pulmonal. Progresitas hipertensi pulmonal dapat menyebabkan hipertropi ventrikel kanan dan biasanya menjadi gagal jantung kanan14,.15,16 2.6. DIAGNOSIS

Penderita dengan keluhan sesak napas, batuk kronis atau berdahak serta riwayat paparan faktor risiko perlu dicurigai menderita PPOK. Gejala utamanya adalah sesak napas, batuk, wheezing dan peningkatan produksi sputum. Gejala bisa tidak tampak sampai kira-kira 10 tahun sejak awal merokok.2,6 Pada penderita dini, pemeriksaan fisik umumnya tidak dijumpai kelainan, sedangkan pada inspeksi biasanya terdapat kelainan, berupa 3,4,5

1. Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucut).

2. Barrel chest (diameter anteroposterior dan transversal sebanding). 3. Penggunaan otot bantu napas.

4. Hipertrofi otot bantu napas. 5. Pelebaran sela iga.

6. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai.

Pada palpasi biasanya ditemukan fremitus melemah, sedangkan pada perkusi hipersonor dan letak diafragma rendah, auskultasi suara pernapasan vesikuler melemah, normal atau ekspirasi memanjang yang dapat disertai dengan ronkhi atau mengi pada waktu bernapas biasa


(35)

atau pada ekspirasi paksa. Diagnosis PPOK juga pada gambaran radiologis foto toraks penderita PPOK ditemukan salah satu gambaran berupa :diafragma mendatar, corakan bronkovaskular meningkat, hiperinflasi, sela iga melebar atau jantung pendulum. Diagnosis harus dikonfirmasi dengan spirometri. Nilai VEP1/KVP setelah pemberian bronkodilator < 0.70 menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara persisten.2,4,5

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Keparahan PPOK dari Beberapa Panduan5

ATS 1995 ERS 1995 BTS 1997 GOLD 2001 GOLD 2008 Derajat I

50≤ VEP1

Ringan

70≤ VEP1

Ringan 60≤VEP1<80 Derajat 0 (beresiko) Derajat I (Ringan) 80≥VEP1 Derajat I

(Ringan) 80≥VEP1 Derajat II 35≤ VEP1<50 Sedang 50≤ VEP1<70 Sedang 40≤ VEP1<60 Derajat IIa (Sedang) 50≤VEP1<80 Derajat IIb 30≤VEP1<50 Derajat II (Sedang) 50≤VEP1<80 Derajat III (Berat) 30≤VEP1<50 Derajat III VEP1 < 35 Berat VEP1<50 Berat VEP1<40 Derajat III (Berat) VEP1 <50 & gagal napas atau

gagal jantung kanan atau

VEP1<30

Derajat IV (Sangat berat)

VEP1 <50 & gagal napas atau

gagal jantung kanan atau

VEP1<30

2.6.1. Penilaian Spirometri

Spirometri merupakan baku emas untuk mendiagnosa PPOK. Spirometri merupakan alat yang sangat penting dalam mendiagnosa dan mengetahui tingkat keparahan dari penderita PPOK. Pada pengukuran spirometri penderita PPOK, didapat penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik (VEP1) dan penurunan kapasitas vital paksa (KVP). Nilai VEP1/KVP selalu kurang dari


(36)

70% nilai normal. VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Pemeriksaan VEP1 dan rasio VEP1 dan KVP merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana, dapat diulang dan akurat untuk menilai obstruksi saluran napas.3,4,5 Nilai dasar dari diagnosis PPOK dengan spirometri adalah perbandingan volume ekspirasi paksa detik pertama ( VEP1) dengan kapasitas vital paksa (KVP) dibawah 0.70 ( VEP1 / KVP < 0.70 ) dan beratnya PPOK dari nilai VEP1 < 80, 50, atau 30% dari nilai prediksi.

Tabel 2. Klasifikasi derajat hambatan aliran udara pada PPOK (berdasarkan VEP1 paska bronkodilator)1

Pada pasien dengan VEP1/ KVP < 0.70 GOLD 1:

GOLD 2: GOLD 3: GOLD 4:

Ringan Sedang Berat

Sangat Berat

VEP1 ≥ 80 % prediksi

50 % ≤ VEP1 < 80 % prediksi 30 % ≤ VEP1 < 50 % prediksi VEP1 < 30 % prediksi

Menurut penelitian Hurst dkk. pada tahun 2010 didapatkan eksaserbasi akan lebih sering terjadi dengan semakin meningkatnya tingkat keparahan PPOK, dengan angka eksaserbasi pada tahun pertama pengamatan adalah 22% pada pasien PPOK derajat- 2, pada derajat -3, sebanyak 33% , dan pada derajat 4 sebanyak 47%.12


(37)

2.6.2.COPD Assesment Test (CAT )

Kualitas hidup adalah kebahagian dan kepuasaan yang dialami setiap individu dengan pertimbangan aspek kehidupan yang penting, dimana kebahagian dan kepuasan mengarah kepada bagaimana individu merasakan mutu dari status fungsional fisik sehari hari dan perspektif psikologis.25

Menurut WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu akan posisinya dalam konteks kehidupan sistem nilai dan budaya dalam hal kehidupannya yang berhubungan dengan tujuan, harapan, standard dan kepentingan, dimana mencakup secara luas dan kompleks seperti kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan dengan lingkungannya.26 Kualitas hidup bidang kesehatan telah menjadi target penting pada pasien-pasien PPOK.

Beberapa instrument yang dapat digunakan dalam menilai kualitas hidup pada penderita PPOK cukup banyak, diantaranya adalah : St George’s Respiratory Questionaire (SGRQ), Clinical COPD Questionnaire (CCQ), Chronic Respiratory Disease Questionnaire (CRQ), SF-36 Health Survey, dan CAT (COPD assessment Test). Menurut GOLD 2011 kualitas hidup penderita PPOK dinilai dengan CAT. Menurut Jones dkk. tahun 2009 CAT merupakan lembar penilaian yang mudah dan ringkas, dapat dipergunakan dalam praktik kedokteran sehari-hari, merupakan lembar penilaian yang dapat digunakan untuk menilai seluruh aspek pada penderita PPOK.30 Validasi terhadap CAT telah dilakukan di Amerika Serikat dan di beberapa negara di Eropa, diharapkan juga efektif di Asia. 25,26,28

Kuesioner CAT terdiri dari 8 butir pertanyaan . Skor 0-40, sesuai dengan St George Respiratory Questionaire (SGRQ). Setiap pertanyaan memiliki nilai dari 0 sampai 5, 0 artinya kondisinya sangat baik dan 5 berarti kondisinya sangat tidak baik. Namun lembar penilaian


(38)

tidak memberikan nilai ukur terhadap skor 0-5 untuk setiap pertanyaan yang sudah ada, oleh karena itu untuk memudahkan proses pengisian lembar CAT, maka peneliti memberi penjelasan terhadap makna skor 0-5 dari setiap lembar penilaian CAT. 27,28,29

Delapan pertanyaan tersebut adalah 25,26,27

1. Kondisi batuk penderita

2. Kondisi dahak penderita

3. Apakah ada rasa berat di dada

4. Bagaimana kondisi sesak napas saat mendaki/naik tangga

5. Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari

6. Apakah ada kekhawatiran untuk keluar dari rumah akibat penyakit yang dideritanya

7. Apakah penderita dapat tidur dengan nyenyak atau tidak


(39)

Tabel 3. Lembar Praktis Penggunaan COPD Assessment Test (CAT)28 Skor

CAT

Level Gambaran Klinis Terhadap Skor CAT

Penatalaksanaan Yang Mungkin Dilakukan

>30 Sanga t Tingg i

Pada kondisi ini pasien sangat sulit untuk melakukan aktifitasnya, setiap hari ia akan tergangggu akan penyakit PPOK nya. Pasien juga akan sulit walau hanya melakukan aktifitas seperti mandi, atau sekedar keluar dari

rumah. Bahkan terkadang pasien akan

sulit untuk meninggalkan tempat

tidur atau kursinya. Pada kondisi ini, pasien sering merasa telah menjadi manusia yang tidak berguna

Pasien harus mendapat perhatian yang serius.

- Harus mendapat pengobatan dari spesialis

- Pertimbangkan

pemberian obat tambahan

- Rujuk ke

rehabilitasi paru - Pertimbangkan pendekatan pengobatan terbaik untuk mencegah terjadinya eksaserbasi

>20 Tingg i

PPOK mengganggu hampir seluruh aktifitasnya. Pasien


(40)

akan merasa sesak walau hanya mandi, memakai baju atau berjalan di sekitar rumahnya. Pasien juga terkadang merasa sesak saat berbicara. Pasien sering merasa lelah dan merasa nyeri di dada yang dapat mengganggu tidur mereka. Pada keadaan ini pasien merasa semua aktifitas memerlukan tenaga yang besar. Terkadang pasien juga merasa stress dan panik terhadap keadaan penyakitnya 10-20 Sedan g PPK merupakan masalah utama pasien ini. Mereka kadang memiliki beberapa hari yang baik dalam satu minggu, tetapi tetap mengeluhkan selalu adanya batuk disertai dahak setiap hari, dan mengalami satu atau lebih eksaserbasi setiap

- Periksa pengobatan yang telah diberikan selama ini. Sudah optimal atau belum.

- Rujuk ke pusat

rehabilitasi paru - Pertimbangkan

pendekatan

pengobatan terbaik untuk mencegah


(41)

tahunnya. Pasien sering terbangun dari tidur karena keluhan sesak nafas. Pasien hanya dapat melakukan aktifitas harian dengan perlahan-lahan

- Periksa faktor

pemberat. Apakah pasien masih merokok?

< 10 Renda h

Pasien tidak terlalu mengeluhkan gejala PPOK, tetapi terkadang mengganggu aktifitas.Pasien mengeluhkan adanya batuk dalam beberapa hari setiap minggunya, dan mengalami sesak

napas ketika berolahraga atau

bekerja keras. Pasien juga mudahmengalami kelelahan.

- Berhenti merokok - Vaksinasi

influenza setiap tahun

- Cegah terpapar

dengan faktor resiko - Berikan pengobatan sesuai dengan hasil pemeriksaan

Berdasarkan hasil penelitian Shafig dkk. menyatakan bahwa nilai CAT bisa digunakan untuk memantau perkembangan eksaserbasi dan membantu memulangkan pasien PPOK yang dirawat di rumah sakit.11

2.6.3. Modified Medical Research Council (mMRC)

Mekanisme sesak napas pada PPOK oleh karena kebutuhan ventilasi yang meningkat akibat peningkatan ruang rugi fisiologi, hipoksia, hiperkapnia, onset awal asidosis laktat, penekanan pergerakan saluran napas, hiperinflasi, kelemahan otot napas dan kelemahan otot ekstremitas oleh karena efek sistemik.8,20


(42)

Terdapat banyak skala untuk menilai sesak seperti skala sesak napas menurut ATS, Transient Dyspneu Index, Baseline Dyspneu index, dan skala besar Borg. 21,22,23 Menurut Bestall JC dkk. pada tahun 1999 modifikasi skala sesak napas mMRC merupakan skala yang mudah dan validasinya telah dibuktikan di Inggris. Skala ini terdiri atas lima poin.11 Skala ini berdasarkan satu pandangan tentang tindakan yang bisa menimbulkan sesak napas, seperti berjalan. mMRC dikembangkan oleh Mahler DA pada tahun 2006 sebagai pengukuran untuk sesak napas. Skala mMRC telah terbukti mampu mengklassifikasikan keparahan sesak napas.18,19

Berdasarkan GOLD 2014 parameter yang dipakai untuk sesak napas yang berasal dari Modified Medical Research Council for Dyspneu (mMRC) dengan alasan skor mMRC dapat memperkirakan kemungkinan ketahanan hidup diantara penderita-penderita PPOK. Sesak napas diukur berdasarkan skor dari skala Modified Medical Research Council Dyspneu scale (mMRC

Scale), dilakukan dengan wawancara dan mengisi kuisioner, yaitu : 28 Tabel.4 Modified Medical Research Council Dyspneu score.28 Derajat Deskripsi

0 Tidak bermasalah dengan sesak, kecuali dengan latihan berat

1 Sesak napas apabila terburu-buru atau menaiki bukit yang agak tinggi 2 Berjalan pelan atau berhenti sejenak untuk bernapas.

3 Berhenti untuk bernapas setelah berjalan selama 100 meter


(43)

2.6.4. Penilaian Risiko Eksaserbasi

PPOK sering disertai eksaserbasi, suatu peristiwa yang dialami diperjalanan alamiah penyakit. PPOK eksaserbasi didefinisi sebagai peristiwa akut yang ditandai perburukan keluhan respirasi di luar variasi dari hari ke hari yang dan memerlukan perubahan terapi. Dampak eksaserbasi mempunyai efek negatif pada kualitas hidup, selain itu eksaserbasi mempercepat penurunan faal paru, dikaitkan dengan mortalitas terutama yang memerlukan rawat inap

Eksaserbasi yang terjadi sangat menurunkan kualitas hidup dan derajat kesehatan pasien PPOK, oleh karena itu penatalaksanaan dan evaluasi yang tepat sangatlah penting untuk mencegah terjadinya eksaserbasi.1,28,33 Eksaserbasi pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan, atau timbulnya komplikasi.2,5

.1,32

Gejala eksaserbasi adalah sebagai berikut:2,5

1. Sesak napas bertambah

2. Produksi sputum meningkat

3. Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen) Eksaserbasi akut dibagi menjadi tiga:

1. Tipe I ( eksaserbasi berat ), memiliki 3 gejala di atas

2. Tipe II (eksaserbasi sedang ), memiliki 2 gejala di atas

3. Tipe III (eksaserbasi ringan ), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi


(44)

atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% nilai dasar, atau frekuensi nadi > 20 % nilai dasar.2,3,5

Menurut penelitian Seemungal dkk. pada tahun 1998 efek dari eksaserbasi yang sering akan menurunkan kualitas hidup yang dinilai melalui St George’s Respiratory Questionaire (SGRQ) yang relevan dengan nilai CAT. Menurut penelitian Donaldson dkk. pada tahun 2002 dijumpai hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan penurunan fungsi faal paru, dimana pasien-pasien PPOK yang sering masuk rawatan rumah sakit akan terjadi penuran faal paru yang signifikan. 33,34

Menurut GOLD 2014 penilaian gabungan didasarkan pada jumlah eksaserbasi selama 12 bulan sebelumnya: 0 atau 1,tidak rawat inap masuk risiko rendah, 2 atau lebih rawat inap masuk kategori risiko tinggi. Eksaserbasi terbukti berpengaruh buruk pada kualitas hidup pasien.1

2.6.5. Penilaian Kombinasi PPOK

Menurut GOLD 2014 penilaian didasarkan derajat keluhan, derajat abnormal spirometri, risiko eksaserbasi, dan identifikasi komorbid. Penilaian PPOK berdasarkan GOLD 2014 seperti terlihat pada gambar 3.1


(45)

Gambar 3. Hubungan antara penilaian gejala, klasifikasi spirometri dan risiko eksaserbasi.1

Dampak PPOK pada pasien secara individu diperoleh dengan menggabungkan penilaian gejala, klasifikasi spirometri dan risiko eksaserbasi. Pertama tentukan skor gejala dengan mMRC

atau CAT, apabila masuk kotak kiri berarti gejala sedikit, apabila masuk kotak kanan berarti gejala banyak. Kemudian tentukan skor risiko eksaserbasi, apabila masuk kotak bawah berarti risiko rendah, kotak atas berarti risiko tinggi.1 Kesimpulan penilaian sebagai berikut: Tabel 5. Penilaian kombinasi PPOK1

`Kategori Pasien

Karakteristik Klasifikasi

Spirometri

Eksaserbasi per tahun

mMRC CAT

A Risiko rendah,

gejala sedikit

GOLD 1-2 ≤ 1 0-1 <10

B Risiko rendah,

gejala banyak

GOLD 1-2 ≤ 1 ≥2 ≥ 10

C Risiko tinggi,

gejala sedikit

GOLD 3-4 ≥2 0-1 <10

D Risiko tinggi,

gejala banyak


(46)

Tujuan dari penilaian PPOK adalah untuk menentukan terapi, keparahan penyakit, dampaknya

terhadap status kesehatan pasiendan risiko kejadian eksaserbasi.1,5

1.7. KERANGKA KONSEP

Asap Rokok

Inflamasi kronis

Risiko Eksaserbasi

PPOK

Hambatan aliran udara PPOK Stabil

Sesak Napas Penurunan

kualitas Hidup Penurunan Faal

Paru (VEP1)

mMRC CAT

Uji Spirometri Derajat obstruksi : - GOLD 1 (ringan)

- GOLD 2 (sedang)

Kelompok PPOK Kelompok A Kelompok B PPOK


(47)

Keterangan:

Variabel dalam penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Desain

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan mengobservasi distribusi nilai CAT, skala mMRC, derajat obstruksi, dan frekuensi eksaserbasi dari pasien PPOK stabil juga menilai korelasi nilai CAT dan mMRC dengan derajat obstruksi dan eksaserbasi pada penderita PPOK stabil.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan. Penelitian dilaksanakan selama kurun waktu 4 bulan tahun 2014

3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua penderita PPOK stabil yang berobat di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan .

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi :


(48)

2. Umur lebih besar atau sama dengan 40 - 80 tahun.

3. Setelah prosedur penelitian dijelaskan kepada penderita, penderita bersedia menandatangani informed consent yang ada.

b. Kriteria eksklusi :

1. Menderita Asma, Sindroma Obstruksi Pasca TB paru (SOPT), atau riwayat TB paru.

2. Menderita penyakit diabetes melitus

3. Menderita penyakit hernia

4. Menderita gangguan psikiatrik. 3.3.3 Besar Sampel

Sebanyak 100 pasien PPOK stabil yang berkunjung pada bulan April sampai bulan Juli 2014 di Poliklinik Paru RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Pirngadi Medan.


(49)

3.4. Kerangka Operasional

Pasien PPOK stabil di poli rawat jalan RSUP Pirngadi Medan

Derajat obstruksi (VEP1)

frekuensi eksaserbasi Pasien PPOK stabil

di poli rawat jalan RSU HAM Medan

Kelompok PPOK Stabil (GOLD 2014)

- Kelompok A

- Kelompok B

Nilai MMRC Nilai CAT


(50)

3.5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara dan alat

ukur

Kategori Skala

1. Pasien PPOK stabil

Adalah pasien PPOK yang memenuhi kondisi

berikut :

Kondisi batuk tidak meningkat

Dahak jernih/tidak berwarna

Tidak dalam keadaan demam

Penggunaan

bronkodilator sesuai rencana pengobatan

Anamnese

2. Penilaian spirometri

Derajat hambatan aliran udara pada pasien PPOK yang didapat dengan

Spirometri 1.GOLD 1: VEP1

≥ 80 % prediksi

2.GOLD 2: 50 % ≤


(51)

menggunakan alat spirometri melalui prosedur yang dianjurkan. Pada pasien PPOK stabil dengan VEP1/ KVP < 0.70, derajat obstruksi saluran napas berdasarkan Global Obstructive Lung Diseases (GOLD) 2014

VEP1 < 80 % prediksi

3.GOLD 3: 30 % ≤ VEP1 < 50 % prediksi

4.GOLD 4: VEP1 < 30 % prediksi

3. CAT (COPD Assessment Test)

Merupakan

penilaian terhadap kualitas hidup pasien

PPOK serta keparahan derajat penyakitnya Kuesioner dengan 8 buah pertanyaan mengenai kualitas hidup (terlampir)

1.Sangat Tinggi : nilai CAT > 30 2.Tinggi : nilai CAT > 20 3.Sedang : nilai CAT 10-20 4.Rendah : nilai CAT < 10

Ordinal

4. Modified Medical Research Council Dyspneu scale (mMRC

Scale) Merupakan penilaian terhadap ketidakmampuan respirasi. Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan yang dijawab oleh pasien sesuai dengan keadaannya Menurut GOLD 2014mMRC 1.Banyak :diatas 2 gejala banyak 2.Sedikit: mMRC 0-1 g

Ordinal

5. Eksaserbasi Risiko eksaserbasi diambil dari data, berdasarkan berapa kali dalam setahun pasien di rawat di rumah sakit karena

Data rekam medis

Berdasarkan GOLD 2014 diklasifikasikan atas: eksaserbasi 0 atau 1 risiko

rendah, 2 atau lebih


(52)

eksaserbasi. masuk kategori risiko tinggi

3.6. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peserta penelitian menandatangani surat Informed Consent.

2. Penderita PPOK stabil ditegakkan berdasarkan:Anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan spirometri (rasio VEP1/KVP < 0.70).

3. Data awal peserta dicatat berupa: nama, umur, tempat / tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok, riwayat merokok, lama menderita PPOK, pemakaian obat bronkodilator sehari-hari.

4. Dilakukan penilaian derajat obstruksi saluran napas dengan menilai VEP1 pada hasil spirometri

5. Dilakukan penilaian kuesioner CAT dan mMRC

6. Dilakukan pendataan berdasarkan berapa kali dalam setahun pasien di rawat di rumah sakit karena eksaserbasi.

3.7. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut :


(53)

- Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

- Coding : untuk mengkuatifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangkapengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.

- .Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data.

3.8. Analisa Data

Data dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi dari karakteristik yang ingin diketahui. Untuk melihat korelasi antara nilai CAT dan mMRC terhadap derajat hambatan aliran udara dan frekuensi eksaserbasi dilakukan uji korelasi spearman’s rho dikarenakan distribusi data yang tidak normal.

3.9. Jadwal Kegiatan

No KEGIATAN I II III IV

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Laporan

5 Seminar Hasil


(54)

a. Pengumpulan kepustakaan Rp. 1.000.000,-

b. Pembuatan proposal Rp. 1.000.000,-

c. Seminar proposal Rp. 2.000.000,-

d. Pembuatan dan penggandaan laporan Rp. 1.000.000,-

e. Biaya tim penelitian Rp. 1 .000.000,-

f. Seminar hasil penelitian

Jumlah Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000,-


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan. Penelitian dilaksanakan selama kurun waktu 4 bulan tahun 2014. Jumlah penderita PPOK stabil yang mengikuti penelitian ini sebanyak 100 orang. Dengan jumlah 80 orang pasien di Poli PPOK RSHAM dan 20 orang pasien di poli Paru RSU Pirngadi Medan. Setelah dilakukan penjelasan mengenai penelitian dan menandatangani surat persetujuan tindakan medik, maka penderita PPOK stabil yang setuju dilakukan pemeriksaan spirometri, mengisi kuesioner CAT, dan mMRC. Hasil penelitian dianalisa secara statistik dan ditampilkan dalam bentuk tabel seperti tersebut di bawah ini.

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari tabel 4.1. didapati semua penderita PPOK adalah laki-laki, sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan umur, didapati kelompok terbanyak yaitu umur >60 tahun sebanyak 47 orang (47%), selanjutnya umur 51-60 sebanyak 41 orang (41%), paling sedikit dijumpai pada rentang umur 40-50 tahun sebanyak 12 orang (12%).

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan umur

Kelompok Umur (thn) n %

40 – 50 12 12.00

51 – 60 41 41.00

> 60 47 47.00


(56)

Tabel 4.2. hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan Indeks Brinkman didapatkan terbanyak pada Indeks Brinkman berat yaitu sebanyak 66 orang (66%), selanjutnya Indeks Brinkman sedang sebanyak 34 orang (34%).

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan nilai IB

Derajat IB n %

Sedang (200 – 599) 34 34.00

Berat (> 600) 66 66.00

Total 100 100.00

Dari tabel 4.3. hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan nilai CAT didapati penderita terbanyak dengan nilai CAT ≥ 10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%).

Tabel 4.3. Data distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan CAT

Kelompok CAT N %

< 10 40 40.00

≥ 10 60 60.00

Total 100 100.00

Dari tabel 4.4. hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan skala mMRC penderita terbanyak dengan skala mMRC didapatkan terbanyak pada nilai mMRC ≥2 yaitu sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai mMRC 0-1 sebanyak 40 orang (40%).


(57)

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan skala mMRC

Kelompok mMRC N %

0 – 1 40 40.00

≥ 2 60 60.00

Total 100 100.00

Dari tabel 4.5 hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan derajat obstruksi saluran napas, didapati terbanyak pada GOLD 3-4 yaitu sebanyak 55 orang (55%), sedangkan GOLD 1-2 sebanyak 45 orang (45%).

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan derajat obstruksi saluran napas

FEV1 n %

GOLD 1-2 45 45.00

GOLD 3-4 55 55.00

Total 100 100.00

Dari table 4.6. hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan jumlah eksaserbasi, terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak orang (45%).

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan eksaserbasi

Kelompok Eksaserbasi N %

≤ 1 45 45.00

≥ 2 55 55.00


(58)

Dari tabel 4.7. hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK didapati yang terbanyak adalah penderita PPOK Grup D yaitu sebanyak 35 orang (35%), selanjutnya PPOK grup B sebanyak 25 orang (25%), dan yang paling sedikit adalah penderita PPOK Grup A dan C yaitu masing-masing sebanyak 20 orang (20%).

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK C 20 orang D 35 orang A 20 orang B 25 orang Gejala Mmrc 0-1 Mmrc 2 CAT <10 CAT 10

4.1.2. Analisa Statistik

Pada penelitian ini dilakukan analisa statistik untuk melihat beberapa korelasi antara karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini. Dari table 4.7. hasil uji korelasi spearman Rho menunjukkan adanya korelasi antara nilai CAT dengan VEP1 (p<0,05).

Tabel 4.7. Hubungan antara CAT dengan VEP1

Variabel Mean Median SD CI 95 % P

Low Up

CAT 12.4 10.00 4.7 11.50 13.4

0.000

FEV1 49.3 48.00 14 46.53 52.1

Uji Correlations Spearman's rho

R is ik o G OL D 1 2 3 4 ≥2 1 0 R is ik o R iw aya t eks as er ba si


(59)

Pada tabel 4.8. hasil uji korelasi spearman Rho menunjukkan adanya korelasi antara nilai mMRC dengan VEP1 (p<0,05).

Tabel 4.8. Hubungan antara mMRC dengan VEP1

Variabel Mean Median SD CI 95 % p

Low Up

Mmrc 1.88 2.00 0.8 1.72 2.04

0.001

FEV1 49.3 48.00 14 46.53 52.1

Uji Correlations Spearman's rho

Pada tabel 4.9. hasil uji korelasi spearman Rho menunjukkan adanya korelasi antara nilai CAT dengan eksaserbasi (p<0,05.)

Tabel 4.9. Hubungan antara CAT dengan Eksaserbasi

Variabel Mean Median SD 95 % CI p

Low Up

CAT 12.41 10.00 4.716 11.47 13.35

0.042 Eksaserbasi 1.09 1.00 0.900 0.91 1.27

Uji Correlations Spearman's rho

Pada tabel 4.10. hasil uji korelasi spearman Rho menunjukkan tidak ada korelasi antara nilai mMRC dengan eksaserbasi (p>0,05).

Tabel 4.10. Hubungan antara mMRC dengan Eksaserbasi

Variabel Mean Median SD 95 % CI P

Low Up

mMRC 1.82 2.00 0.770 1.67 1.97

0.343 Eksaserbasi 1.09 1.00 0.900 0.91 1.27


(60)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Semua peserta penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan umur, didapati kelompok terbanyak yaitu umur >60 tahun sebanyak 47 orang (47%), selanjutnya umur 51-60 sebanyak 41 orang (41%), paling sedikit dijumpai pada rentang umur 40-50 tahun sebanyak 12 orang (12%). Sama dengan penelitian oleh Anwar dkk. (2011) dimana semua peserta penelitiannya adalah laki.14 Pada banyak negara yang disurvey, prevalensi PPOK pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan disebabkan kecenderungan merokok pada laki-laki-laki-laki masih jauh lebih tinggi dibanding pada perempuan.32

Pada penelitian ini didapati bahwa semua penderita mempunyai kebiasaan merokok, yang terbanyak adalah penderita dengan Indeks Brinkman berat sebanyak 66 orang (66%), selanjutnya Indeks Brinkman sedang sebanyak 34 orang (34%). Tidak dijumpai penderita PPOK stabil dengan IB ringan. Sesuai dengan penelitian Anwar dkk. (2011) mendapatkan penderita

PPOK terbanyak dengan Indeks Brinkman berat yaitu sebesar 48%.14 Pada hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan nilai

CAT didapati penderita terbanyak dengan nilai CAT ≥10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%). Pada penelitian ini didapati bahwa penderita terbanyak dengan nilai CAT Sesuai dengan penelitian Hartono S. dalam penelitian cross sectional tahun 2011 didapati dari 92 orang CAT level rendah sebanyak 2 orang, CAT level sedang sebanyak 35 orang, CAT tinggi sebanyak 51 orang, CAT level sangat tinggi sebanyak 4 orang.13 Pada penelitian Jones dkk. di beberapa negara seperti Belgia didapatkan CAT ringan 24%, CAT sedang 38%, CAT berat 27% dan CAT sangat berat 11%.32


(61)

Pada penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan skala

mMRC penderita terbanyak dengan skala mMRC didapatkan terbanyak pada nilai mMRC ≥ 2 yaitu sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai mMRC 0-1 sebanyak 40 orang (40%). Sesuai dengan penelitian Anwar D dkk. tahun 2011 di rumah sakit M. Djamil Padang di dapat kesimpulatn semakin tinggi derajat sesak napas berdasarkan kuesioner mMRC, makin tinggi derajat PPOK.14 Menurut Bestall JC dkk. pada tahun 1999 modifikasi skala sesak napas mMRC merupakan skala yang mudah dan validasinya telah dibuktikan di Inggris.11

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan derajat obstruksi saluran napas, didapati terbanyak pada GOLD 3-4 yaitu sebanyak 55 orang (55%), sedangkan GOLD 1-2 sebanyak 45 orang (45%). Menurut penelitian Hurst dkk. pada tahun 2010 didapatkan eksaserbasi akan lebih sering terjadi dengan semakin meningkatnya tingkat keparahan PPOK, dengan angka eksaserbasi pada tahun pertama pengamatan adalah 22% pada pasien PPOK derajat- 2, pada derajat -3, sebanyak 33% , dan pada derajat 4 sebanyak 47%, tidak dijumpai derajat 1.12

Hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan jumlah eksaserbasi, terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak orang (45%). Sesuai dengan penelitian Donaldson dkk. pada tahun 2002 dijumpai hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan penurunan fungsi faal paru, dimana pasien-pasien PPOK yang sering masuk rawatan rumah sakit akan terjadi penurunan faal paru yang signifikan. ,34

Hasil penelitian terlihat distribusi frekuensi penderita PPOK stabil berdasarkan kelompok PPOK didapati yang terbanyak adalah penderita PPOK Grup D yaitu sebanyak 35 orang (35%),


(62)

selanjutnya PPOK grup B sebanyak 25 orang (25%), dan yang paling sedikit adalah penderita PPOK Grup A dan C yaitu masing-masing sebanyak 20 orang (20%).

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara CAT dan VEP1 dilakukan uji Correlations Spearman's rho diperoleh nilai p<0,05 maka

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara mMRC dan VEP1 dilakukan uji Correlations Spearman's rho diperoleh

dapat disimpulkan ada korelasi antara CAT dengan VEP1. Sesuai dengan hasil penelitian Ghobadi H dkk. di Iran tahun 2011 menyatakan adanya hubungan antara nilai CAT dengan derajat obstruksi melalui pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dimana didapati adanya hubungan antara penurunan derajat obstruksi dengan penurunan kualitas hidup yang dinilai dengan CAT, dijumpai derajat obstruksi sangat berat (GOLD IV) nilai CAT tinggi.7 Berdasarkan penelitian Han KM dkk. pada tahun 2012 dijumpai hubungan antara gejala pada penderita PPOK dari kulitas hidup dari nilai CAT, skala sesak napas yang dinilai dengan MMRC terhadap derajat obstruksi dan risiko eksaserbasi.8

nilai p<0,05 maka

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara CAT dengan eksaserbasi dilakukan uji Correlations Spearman's rho diperoleh

dapat disimpulkan ada korelasi antara mMRC dengan VEP1. Menurut penelitian Anwar D dkk. tahun 2011 di rumah sakit M. Djamil Padang di dapat kesimpulan semakin tinggi derajat sesak napas berdasarkan kuesioner mMRC, makin tinggi derajat PPOK.14

nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan ada korelasi antara CAT dengan eksaserbasi. Sesuai dengan penelitian Seemungal dkk. pada tahun 1998 efek dari eksaserbasi yang sering akan menurunkan kualitas hidup yang dinilai melalui St George’s Respiratory Questionaire (SGRQ) yang relevan dengan nilai CAT.33 Menurut penelitian


(63)

Hartono S. dalam penelitian cross sectional tahun 2011 dalam mengisi kuesioner CAT pasien harus benar-benar diberitahu tentang angka-angka dalam penilaian CAT.13

Dalam penelitian ini untuk melihat korelasi antara mMRC dan eksaserbasi dilakukan uji Correlations Spearman's rho diperoleh nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara mMRC dengan eksaserbasi. Penelitian Donaldson dkk. pada tahun 2002 dijumpai hubungan antara frekuensi eksaserbasi dengan penurunan fungsi faal paru, dimana pasien-pasien PPOK yang sering masuk rawatan rumah sakit akan terjadi penurunan faal paru yang signifikan. ,34


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Semua penderita PPOK adalah laki-laki sebanyak 100 orang.

2. Pada penelitian ini didapati bahwa semua penderita mempunyai kebiasaan merokok, yang

terbanyak adalah penderita dengan Indeks Brinkman berat sebanyak 66 orang (66%), selanjutnya Indeks Brinkman sedang sebanyak 34 orang (34%).

3. Penderita terbanyak dengan nilai CAT ≥ 10 sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai CAT < 10 sebanyak 40 orang (40%).

4. Skala mMRC penderita terbanyak dengan skala mMRC ≥2 yaitu sebanyak 60 orang (60%), sedangkan nilai mMRC 0-1 sebanyak 40 orang (40%).

5. Pada penelitian didapati terbanyak pada GOLD 3-4 yaitu sebanyak 55 orang (55%), sedangkan GOLD 1-2 sebanyak 45 orang (45%).

6. Pada penelitian ini terbanyak adalah penderita yang mengalami satu kali rawat inap atau lebih sebanyak orang (55%), sedangkan satu kali atau tidak ada eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir yaitu sebanyak orang (45%).


(65)

7. Didapati adanya korelasi antara CAT dengan VEP1 (p=0,000)

8. Didapati adanyakorelasi antara mMRC dengan VEP1 (p=0,001).

9. Didapati adanya korelasi antara CAT dengan Eksaserbasi (p=0,042).

10. Tidak ada korelasi antara mMRC dengan eksaserbasi. (p=0,343).

SARAN

1. Dalam mengisi kuesioner CAT, dan mMRC kita perlu menerangkan dengan bahasa yang dimengerti kepada pasien sebelum mengisi kuesioner ini,karena masih jarang pasien mengisi kuesioner seperti ini.

2. Dalam menilai frekuensi eksaserbasi perlu dilakukan penelitian dengan mengikuti (kohort) supaya kita bisa mengikuti kapan pasien ekaserbasi.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease updated 2014

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2010; hal:1-75

3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease updated 2008

4. Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease, NHLBI/WHO Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) workshop summary (2001).

5. Ivor MA, Lowry J, Bourbeau J, Borycki E. Assesment of COPD. In: Bourbeau J. Nault D, Borycki E, eds. Comperehensive management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. London: BC Decker In; 2002:19-31.

6. Maranatha D. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S. Edt. Departemen Ilmu Penyakit Paru.Surabaya, 2010; hal.37-53

7. Ghobadi H, Sadeghieh S, Kameli A, Lari SM, The Relationship between COPD Assessment Test (CAT) Scores and Severity of Airflow Obstruction in Stable COPD Patients฀2012 NRITLD, National Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease, Iran ISSN: 1735-0344 Tanaffos 2012; 11(2): 22-26

8. Han MK, Everett CD, Dransfiel MT, Washco GR, Regan EA, Bowler RP, Beatyet T,et al. GOLD 2011 disease severity classifiCATion in COPD Gene: a prospective cohort study. Division of Pulmonary and critical care, University of Michigan,published online August 2012 ; S2213-2600(12)70044-9

9. Shafiq I, Hugget K, Idris L, Rudran, Shaw T J, Use of COPD assessment (CAT) test in monitoring acute exacerbations. Thoracic medicine, United kingdom

10. Donal AM. Mechanisme and measurement of dyspnea in chronic obstructive pulmonary disease. Proc Am Thorac Soc 2006, 3:234-238

11. Bestall JC, Paul EA, Garrod R, Garnham R, Jones, P. W, & Wedzicha, J. A. Usefulness of the Medical Research Council (MRC) dyspnoea scale as a measure of disability in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Thorax, 1999:54, 581-586.


(67)

12. Hurst RJ, Vestbo J, Anzueto A, Locantore N, Mullerova H,Singer TR, Miller B, et al. Susceptibility to exacerbation in chronic obstructive pulmonary disease. N Eng J Med 2010 ;363 : 1128-1138

13.Hartono S. Nilai COPD Assessment Test (CAT) penderita penyakit paru obstruktif kronis stabil di poli paru RSUP H. Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.2011.h.20-21

14. Anwar D, Chan Y, Basyar M, Hubungan derajat sesak napas penderita penyakit paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif kronik. Departemen pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi Kedokteran Universitas Andalas Padang. J.Respir Indo Vol 32, No 4, Oktober 2012: Hal 200-2007

15. American Thoracic Society. Standards for diagnosis and management of patients with COPD.2004.14-37

16. Bartolome R. Celli. Update on the Management of COPD. Chest 2008;133;1451-62.

17. Fitriani F, Antariksa B, Wiyono WH, Yunus F. Penyakit paru obstruksi kronik sebagai penyakit sistemik. J Respir Indo 2007; 27: 48-55.

18. Barnes PJ, Shapiro SD, Pauwels RA. Chronic obstructive pulmonary disease: molecular and cellular mechanisms.Eur Respir J. 2003; 22: 672-688.

19. Barnes PJ, New approaches to COPD . Eur Respir J. 2005; 14:94:2-11.

20. Raherison C, Girodet PO. Epidemiology of COPD. Eur Respir Rev 2009; 18114; 213-221. 21.Mador, J.M., Rodis, A., & Magalang, U.J. Reproducibility of borg scale measurements of

dyspnea during exercise in patients with COPD. Chest, 1995:107, 1590-1597.

22. Rasmin M, Aniwidyaningsih. Pendekatan khusus sesak napas : Departemen Pulmonologi & Ilmu Ked.Respirasi FKUI-RS Persahabatan. Jakarta

23. Borg, G.A. Psychophysical bases of perceived exertion. Medicine and Science in Sports and Exercise, 1982: 14, 377–381.

24. Gift, A. Dyspnea: Measurement and management. American Review of Respiratory Disease, 1986:133, A163.


(1)

Nama

Umur

Kelompok Umur 1. 40 – 50

tahun 2. 51 – 60

tahun 3. > 60

tahun Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan MR Derajat IB 1. Ringan (0 –

199) 2. Sedang (200 –

599) 3. Berat (> 600)

CAT CAT

1. < 10 2. ≥

10

mMRC Eksaserbasi FEV1

FEV1 (GOLD) 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat 4. Sangat berat GRUP 1. A 2. B 3. C 4. D

1 Mahmud 73 > 60 tahun Laki-laki O79410 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 49 Berat C 2 Ferdinand Panjaitan 66 > 60 tahun Laki-laki 527574 Berat (> 600) 9 ≥10 2 0 56 Sedang B 3 Sofyan 65 > 60 tahun Laki-laki 555562 Berat (> 600) 10 >= 10 2 2 42 Berat D 4 Timbul Sinaga 62 > 60 tahun Laki-laki 532215 Berat (> 600) 10 >= 10 2 2 34 Berat D 5 Sahat sihombing 66 > 60 tahun Laki-laki 519077 Berat (> 600) 10 >= 10 2 2 30 Sangat berat D 6 Kalvin Barus 54 51 – 60 tahun Laki-laki 523347 Berat (> 600) 20 >= 10 3 2 26 Sangat berat D 7 Pinondang Sitompul 53 51 – 60 tahun Laki-laki 371711 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 39 Berat C 8 Robert Simanungkalit 72 > 60 tahun Laki-laki 249840 Berat (> 600) 20 >= 10 3 3 22 Sangat berat D 9 Makmur Sinuhaji 62 > 60 tahun Laki-laki 490684 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 67 Sedang A 10 Syarifuddin 59 51 – 60 tahun Laki-laki 532647 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 39 Berat C 11 Lukman 74 > 60 tahun Laki-laki 556569 Berat (> 600) 20 >= 10 2 0 55 Sedang B 12 Haposan 43 40 – 50 tahun Laki-laki 474668 Sedang (200 – 599) 10 >= 10 2 1 65 Sedang B 13 keliling ginting 66 > 60 tahun Laki-laki 291972 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 65 Sedang A 14 Muhardi 56 51 – 60 tahun Laki-laki 462488 Sedang (200 – 599) 9 < 10 1 2 45 Berat C 15 Joria 57 51 – 60 tahun Laki-laki 453667 Berat (> 600) 8 < 10 1 1 34 Berat C 16 usaha Tarigan 84 > 60 tahun Laki-laki 217153 Berat (> 600) 21 >= 10 3 2 44 Berat D


(2)

17 masihol simanulang 76 > 60 tahun Laki-laki 574914 Berat (> 600) 8 < 10 3 0 65 Sedang A 18 Robinson Sitepu 70 > 60 tahun Laki-laki 574541 Sedang (200 – 599) 20 >= 10 2 2 43 Berat D 19 Edward siagian 70 > 60 tahun Laki-laki 226022 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 1 65 Sedang B 20 H.Amran Hasibuan 68 > 60 tahun Laki-laki 579832 Berat (> 600) 8 < 10 2 0 64 Sedang A 21 langsir keliat 67 > 60 tahun Laki-laki 280499 Berat (> 600) 9 < 10 1 1 64 Sedang A 22 RD beruat 50 40 – 50 tahun Laki-laki 129025 Berat (> 600) 9 <10 2 1 45 Berat C 23 M.Syukur harahap 67 > 60 tahun Laki-laki 424657 Berat (> 600) 15 >= 10 3 2 30 Berat D 24 Salihar seling 57 51 – 60 tahun Laki-laki 573423 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 49 Berat C 25 Bengkel Tarigan 70 > 60 tahun Laki-laki 136894 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 45 Berat C 26 semun 70 > 60 tahun Laki-laki 200356 Berat (> 600) 18 >= 10 2 2 35 Berat D 27 Timbul napitupulu 68 > 60 tahun Laki-laki 578217 Berat (> 600) 10 >= 10 2 0 68 Sedang B 28 Sabar milala 57 51 – 60 tahun Laki-laki 541417 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 45 Berat C 29 Frach fedas 48 40 – 50 tahun Laki-laki 431542 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 0 63 Sedang B 30 Maruli Tarigan 58 51 – 60 tahun Laki-laki 226932 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 45 Berat C 31 Harbin 45 40 – 50 tahun Laki-laki 580762 Sedang (200 – 599) 10 >= 10 1 2 43 Berat C 32 semangat Sembiring 70 > 60 tahun Laki-laki 329324 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 1 35 Berat D 33 Asmal 48 40 – 50 tahun Laki-laki 552328 Sedang (200 – 599) 9 < 10 2 1 65 Sedang B 34 Sopar Sirait 60 51 – 60 tahun Laki-laki 581081 Berat (> 600) 8 < 10 1 1 45 Berat C 35 Harangan Napitupulu 70 > 60 tahun Laki-laki 475286 Berat (> 600) 19 >= 10 2 2 42 Berat D 36 Tualim Sihotang 80 > 60 tahun Laki-laki 592123 Berat (> 600) 12 >= 10 3 2 23 Sangat berat D 37 Dalimin 58 51 – 60 tahun Laki-laki 581668 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 1 65 Sedang A


(3)

38 Pictor Purba 60 51 – 60 tahun Laki-laki 421155 Berat (> 600) 9 < 10 1 1 39 Berat C 39 Osen Karo-karo 60 51 – 60 tahun Laki-laki 430468 Berat (> 600) 17 >= 10 2 2 64 Sedang B 40 Petinda 65 > 60 tahun Laki-laki 0 Sedang (200 – 599) 10 >= 10 2 1 61 Sedang B 41 Tambar Sitepu 70 > 60 tahun Laki-laki 273690 Sedang (200 – 599) 9 < 10 1 2 59 Sedang C 42 Benteng 55 51 – 60 tahun Laki-laki 396790 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 1 63 sedang B 43 Syahril Ayang 58 51 – 60 tahun Laki-laki 572246 Berat (> 600) 20 >= 10 1 3 24 Berat D 44 Semangat Sitepu 59 51 – 60 tahun Laki-laki 41520 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 56 Sedang A 45 Rustanel 60 51 – 60 tahun Laki-laki 546013 Berat (> 600) 12 >= 10 1 2 34 Berat D 46 Sujakiriyanto 50 40 – 50 tahun Laki-laki 385095 Berat (> 600) 8 <10 1 0 65 Sedang A 47 Josep Purba 60 51 – 60 tahun Laki-laki 471640 Sedang (200 – 599) 9 < 10 1 2 46 Berat C 48 Ludwig Wilmar H. 57 51 – 60 tahun Laki-laki 312138 Berat (> 600) 20 >= 10 2 0 34 Berat D 49 Jonas Napitu 50 40 – 50 tahun Laki-laki 209839 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 45 Berat C 50 Mareden Hrp 60 51 – 60 tahun Laki-laki 463771 Berat (> 600) 6 < 10 1 1 57 Berat C 51 Sukiman Simanjuntak 65 > 60 tahun Laki-laki 423693 Sedang (200 – 599) 8 < 10 2 0 65 Sedang A 52 Setedi Trg 60 51 – 60 tahun Laki-laki 581303 Sedang (200 – 599) 9 <10 3 2 56 Sedang A 53 Syakban Lubis 54 51 – 60 tahun Laki-laki 5627 Sedang (200 – 599) 19 >= 10 3 2 34 Berat D 54 Subur Sinulingga 49 40 – 50 tahun Laki-laki 544938 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 70 Sedang A 55 Zulkarnain Nst 60 51 – 60 tahun Laki-laki 257559 Sedang (200 – 599) 15 >= 10 2 0 65 Sedang B 56 Nippon Ginting 69 > 60 tahun Laki-laki 514988 Sedang (200 – 599) 9 < 10 1 2 45 Berat C 57 polmen 55 51 – 60 tahun Laki-laki 374710 Sedang (200 – 599) 10 >= 10 3 2 31 Berat D 58 Imanuddin Zakir 60 51 – 60 tahun Laki-laki 456828 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 47 Berat C


(4)

59 M.syukur 67 > 60 tahun Laki-laki 578583 Berat (> 600) 10 >= 10 2 1 40 Berat D 60 Syamsul Ali Bachdar 65 > 60 tahun Laki-laki 562298 Berat (> 600) 20 >= 10 3 2 62 Sedang B 61 A Wahid Pulungan 67 > 60 tahun Laki-laki 47390 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 1 60 Sedang A 62 Bilmar Manurung 55 51 – 60 tahun Laki-laki 502640 Sedang (200 – 599) 16 >= 10 3 1 65 Sedang B 63 Thamrin Panggabean 56 51 – 60 tahun Laki-laki 534205 Berat (> 600) 12 >= 10 3 2 27 Sangat berat D 64 Rata sinuraya 60 51 – 60 tahun Laki-laki 569701 Berat (> 600) 10 >= 10 2 0 71 Sedang B 65 Rachmadsyah 65 > 60 tahun Laki-laki 54.49.44 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 64 Sedang A 66 luanton 58 51 – 60 tahun Laki-laki 54.17.15 Sedang (200 – 599) 19 >= 10 2 3 31 Sangat berat D 67 Luat Sinaga 57 51 – 60 tahun Laki-laki 0 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 1 43 Berat C 68 Nayam Sembiring 60 51 – 60 tahun Laki-laki 582554 Berat (> 600) 10 >= 10 1 1 57 Sedang B 69 Gel gel Sembiring 69 > 60 tahun Laki-laki 33600 Berat (> 600) 10 >= 10 2 1 65 Sedang B 70 Kamaluddin Tampubolon 70 > 60 tahun Laki-laki 446072 Berat (> 600) 12 >= 10 2 0 67 Sedang B 71 Stedi Tarigan 65 > 60 tahun Laki-laki 587303 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 1 31 Sangat berat D 72 Turgos Silitonga 56 51 – 60 tahun Laki-laki 395516 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 3 0 61 Sedang B 73 Usman 70 > 60 tahun Laki-laki 390162 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 70 Sedang A 74 Tingkap 40 40 – 50 tahun Laki-laki 513499 Berat (> 600) 10 >= 10 2 1 45 Sedang B 75 Weasley Manurung 70 > 60 tahun Laki-laki 553795 Sedang (200 – 599) 18 >= 10 2 1 37 Berat D 76 Arben Simbolon 60 51 – 60 tahun Laki-laki 583499 Berat (> 600) 8 < 10 1 2 34 Sedang C 77 Mangadar panjaitan 53 51 – 60 tahun Laki-laki 402159 Sedang (200 – 599) 16 >= 10 1 2 47 Sedang D 78 Ngadap Purba 56 51 – 60 tahun Laki-laki 491892 Sedang (200 – 599) 20 >= 10 2 1 65 Sedang B 79 Bage Mau Sitepu 70 > 60 tahun Laki-laki 203426 Berat (> 600) 10 >= 10 3 0 23 Sangat berat D


(5)

80 Saul Tangi 56 51 – 60 tahun Laki-laki 328856 Sedang (200 – 599) 8 < 10 2 1 67 Sedang A 81 Semangat Sembiring 58 51 – 60 tahun Laki-laki 329324 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 0 67 Sedang A 82 Masyukur harahap 70 > 60 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 10 >= 10 3 1 50 Sedang B 83 M.Haris 73 > 60 tahun Laki-laki 280499 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 57 Sedang A 84 M. Hasugian 48 40 – 50 tahun Laki-laki 502870 Berat (> 600) 19 >= 10 3 2 31 Berat D 85 Kasminsyah 45 40 – 50 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 8 < 10 1 0 64 Sedang A 86 Sabungan Silitonga 56 51 – 60 tahun Laki-laki 547775 Sedang (200 – 599) 20 >= 10 3 1 39 Berat D 87 Saul Tarigan 80 > 60 tahun Laki-laki 328856 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 0 58 Sedang A 88 Israel Naibaho 76 > 60 tahun Laki-laki 265967 Sedang (200 – 599) 15 >= 10 3 1 43 Sangat berat D 89 Damei Tarigan 45 40 – 50 tahun Laki-laki 585753 Sedang (200 – 599) 8 < 10 1 0 67 Sedang A 90 Johanes Tarigan 75 > 60 tahun Laki-laki 577028 Berat (> 600) 18 >= 10 2 1 45 Berat D 91 A.Harwan Basir 64 > 60 tahun Laki-laki 448805 Berat (> 600) 19 >= 10 3 2 24 Berat D 92 Darwin Girsang 55 51 – 60 tahun Laki-laki 583822 Berat (> 600) 20 >= 10 2 1 31 Berat D 93 Martua Hasibuan 64 > 60 tahun Laki-laki 375910 Berat (> 600) 18 >= 10 2 2 35 Berat D 94 Husin Ali 68 > 60 tahun Laki-laki 233825 Berat (> 600) 20 >= 10 3 2 39 Berat D 95 Indun 59 51 – 60 tahun Laki-laki 286788 Berat (> 600) 10 >= 10 3 0 54 Sedang B 96 sabam siregar 80 > 60 tahun Laki-laki 241324 Berat (> 600) 10 >= 10 2 0 65 Sedang B 97 Badri 56 51 – 60 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 16 >= 10 3 2 34 Berat D 98 sabam siregar 84 > 60 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 18 >= 10 2 1 49 Berat D 99 mhd.Yunus 82 > 60 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 10 >= 10 3 2 45 Berat D 100 taufik lubis 54 51 – 60 tahun Laki-laki 0 Berat (> 600) 10 >= 10 2 1 66 Sedang B


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 18

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 1

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 4

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 17

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan Chapter III V

0 0 22

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 5

Hubungan Pola Kuman Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan

0 0 5

Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. EPIDEMIOLOGI - Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam

0 0 20

Hubungan Nilai COPD Assesment Test (CAT) dan Modified Medical Research Council Dyspnea scale (MMRC) Dengan Derajat Obstruksi (VEP1) dan Frekuensi Eksaserbasi Pada Penderita PPOK Stabil di Poli Paru RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan

0 0 20