32 ruangan yaitu konsultasi, ruang onkologi, ruang pemeriksaan BB, TB, dan
tensi, ruang perawat, ruang ginjal hipertensi dan ruang pemeriksaan gula darah. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di ruang tunggu
pasien diabetes melitus poli penyakit dalam dengan subyek sebanyak 55 responden. Pemeriksaan penyakit diabetes melitus dilakukan di hari
selasa dan rabu di setiap minggunya. Penyakit Diabetes melitus menempati urutan ke 2 dari 5 besar penyakit di poli penyakit dalam.
Berikut adalah 5 besar penyakit di poli penyakit dalam :
tabel 3. 5 besar penyakit di poli penyakit dalam
no Penyakit
Kode ICD Jumlah
pasien 1
Esensialprimer hipertensi I10
7.526 2
Non-insulin-dependent diabetes melitus tanpa komplikasi
E11.9 3.323
3 Diabetes yang tidak ditentukan
tanpa komplikasi E14.9
2.292 4
Osteoarthritis M19.9
2.159 5
Penyakit jantung tanpa hipertensi kongestif
I11.9 1.598
2. Poli Gizi
Poli gizi RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah poli klinik yang memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan status serta kode
etik yang berlaku dan melaksanakan fungsi pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sebaik-baiknya yang diabdikan bagi kepentingan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. RSUD Dr. Moewardi memberikan pelayanan gizi klinis, yang
memberikan pelayanan konsultasi gizi pasien rawat jalan, poliklinik cendana, dan konsultasi gizi pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan gizi
yang dilakukan yaitu pelayanan makan pasien VVIP, biasa, diet dan
33 formula WHO, konsultasi gizi ruang rawat inap, penyuluhan pada ibu
hamil dan menyusui, pengembangan gizi terapan dan konsultasi gizi rawat jalan. Berdasarkan data survey pendahuluan juga diketahui bahwa
jumlah seluruh pasien rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi pada bulan januari sampai juli 2015 sebanyak 3958. Di poli penyakit dalam pada
bulan agustus pasien diabetes melitus rawat jalan yang berkonsultasi gizi yaitu sebesar 9 orang.
B. Karakteristik Subyek Penelitian
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat potensial untuk dikendalikan melalui
pengelolaan DM. Diabetes Mellitus juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, oleh karena itu berhasil tidaknya
pengelolaan DM sangat tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar glukosa
darahnya dapat tetap terkendali Tjokroprawiro, 2006. Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang
berolahraga, bertambahnya
jumlah makanan
yang dikonsumsi,
meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan dari obat misalnya steroid Kilvert, 2010.
Subyek penelitian ini adalah pasien Diabetes Melitus Tipe II melakukan rawat jalan di poliklinik RSUD Dr.Moewardi Surakarta yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik subyek berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.
34
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
Laki-laki 20
36,4 Perempuan
35 63,6
Total 55
100
Hasil menunjukkan bahwa jumlah subyek untuk perempuan lebih banyak sebesar 63,6 dibanding dengan laki laki sebesar 36.4 karena perempuan
rentan terhadap suatu penyakit. Hal tersebut kemungkinan karena pada usia 40 tahun ke atas wanita sudah mengalami masa menapouse . Pada masa ini
estrogen dan progesteron naik turun tidak teratur. Estrogen berkurang dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga glukosa darah akan meningkat
Tandra, 2008.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Umur N
Minimum Maksimum
Mean Standar
Deviasi Umur
55 39
72 57.96
6.885
Hasil menunjukkan bahwa menurut umur penderita yang menderita Diabetes Melitus Tipe II yaitu di umur 57 tahun. Resiko untuk menderita
Diabetes Melitus meningkat seiring dengan meningkatnya umur : 45 harus dilakukan pemeriksaan Diabetes Melitus Perkeni dalam Astrine, 2012. Hal ini
disebabkan oleh komposisi tubuh yang berubah, penurunan kegiatan fisik coon, 1992 dalam iglay, 2007. Berdasarkan SKRT 2004, persentase
hiperglikemia pada umur 45 – 55 tahun lebih tinggi 2,2 dibandingkan
dengan kelompok umur 35 – 44 tahun.
35 Diabetes Melitus tipe II juga terjadi pada orang dengan usia diatas 55
tahun, hal ini berhubungan dengan bertambahnya usia seseorang akan bertambah pula berat badan mereka Touchette, 2005 dalam Astrine, 2012.
Menurut The Hormone Foundation, orang yang mengalami penuaan akan mengalami perubahan yaitu produksi dan sekresi hormon termasuk insulin
sehingga pada orang yang sudah tua rentan terkena Diabetes Melitus.
C. Distribusi Konsumsi Karbohidrat, Kolesterol dan Kadar Glukosa Darah
Distribusi hasil karbohidrat, kolesterol, kadar glukosa darah puasa GDP dan kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial GD2JPP dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Distribusi karbohidrat, kolesterol dan kadar glukosa darah Minimum
Maksimum Rata-rata
GDP mgdl 101
181 123.27
GD2JPP mgdl 128
315 175.49
Karbohidrat gram 108.35
308.92 230.2563
Kolesterol 15.00
453.70 210.9499
Deskripsi Kadar Glukosa Darah Puasa GDP memiliki nilai minimum 101 mgdl, nilai maksimal 181 mgdl, dan rata-rata 123,27 mgdl sedangkan
menurut Perkeni 2004 Kadar GDP normal yaitu 100 – 125 mgdl dan kadar
GDP tidak normal yaitu 125mgdl. Berdasarkan hasil rata – rata maka nilai
Kadar Glukosa Darah puasa termasuk dalam nilai normal. Kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial GD2JPP memiliki nilai minimum 128 mgdl, nilai
maksimal 315 mgdl dan rata- rata 175,49 mgdl, sedangkan menurut Perkeni 2004 Kadar GD2JPP Normal yaitu 140-199 mgdl dan Kadar
GD2JPP tidak normal yaitu 199mgdl. Berdasarkan nilai rata – rata maka