Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan merupakan salah satu sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi sekaligus guna memelihara kemantapan stabilitas nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna merealisasikan pertumbuhan ekonomi adalah melalui proses pengintegrasian antara sistem perekonomian, termasuk perdagangan dengan perkembangan teknologi informasi. Pada permulaan abad ke- 20, salah satu penemuan besar di bidang teknologi informasi yang sangat mempengaruhi perkembangan perekonomian adalah ditemukannya internet Interconnection Networking, sebagai media komunikasi yang cepat dan handal. Sistem perdagangan dengan memanfaatkan internet telah mengubah wajah dunia bisnis dari pola perdagangan tradisional kebentuk yang lebih modern, yaitu secara virtual. Mengenai hal ini Alinafiah dan Prasetyo menyatakan e-commerce lahir selain disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi informasi, juga karena tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang serba cepat, mudah, praktis, dan menghendaki kualitas lebih yang baik http:perkembanganinternet.mkn.com: diakses tanggal 15 Agustus 2010. Negara-negara maju, perkembangan e-commerce di Indonesia dari waktu ke waktu menunjukan peningkatan yang sangat signifikan, sekalipun dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Pasifik, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, Taiwan, perkembangan penggunaan internet di Indonesia masih jauh tertinggal. commit to user Teknologi internet memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perdagangan global dalam hal layanan service. Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain Ahmad Yahya Zein, 2008:45: 1. Electronic commerce memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan setiap saat pelanggan dapat mengakses seluruh informasi yang terus menerus. 2. Electronic commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual secara cepat dan tepat dan pendistribusian informasi yang disampaikan berlangsung secara periodik. 3. Electronic commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta informatif. 4. Electronic commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan yang cepat, mudah, aman dan akurat. Transaksi perdagangan melalui internet sangat menguntungkan banyak pihak, sehingga transaksi perdagangan ini sangat diminati, tidak saja bagi produsen tetapi juga konsumen. Bagi konsumen electronic commerce telah mengubah cara konsumen dalam memperoleh produk yang diinginkan, sedangkan bagi produsen, electronic commerce telah mempermudah proses pemasaran suatu produk. Michael Pattison mengemukakan, sebagaimana dikutip oleh Abu Bakar Munir yang menyatakan Abu bakar Munir, 2003:67: There are several features,which distinguish electronic commerce from business conducted by traditional means. In particular: 1. Electronic commerce establishes a global market-place, where traditional geographic boundaries are not only ignored, they are quite simply irrelevant. 2. Electronic commerce allows business to be conducted anonymously. 3. Rather than direct selling between parties, electronic commerce requires business to be conducted through the use of intermediaries of unknown trustworthiness. This means that the transactions are inherently insecure. Penggunaan internet dalam transaksi bisnis menjanjikan berbagai kemudahan, hal ini tidak berarti e-commerce adalah suatu sistem yang bebas dari permasalahan, karena bagaimanapun majunya teknologi tetap akan menyisakan commit to user berbagai permasalahan, khususnya bagi negara yang belum sepenuhnya mampu menguasai teknologi tersebut, seperti halnya Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga internasional, telah banyak kasus yang merugikan konsumen sebagai akibat dari penggunaan media internet dalam transaksi perdagangan, sebagai contoh satu dari setiap sepuluh kasus pengiriman barang dapat dipastikan terlambat atau tidak sampai kepada konsumen, dua orang pembeli buyers dari Hongkong dan Inggris menunggu sampai lima bulan untuk mendapatkan refund pembayaran kembali dari barang yang dibeli tapi tidak sesuai dengan pemesanan dan barangnya tidak dikirim, banyak penjual suppliers atau sellers yang tidak mampu memberikan kuitansi atau bukti transaksi dan lain- lain http:rmarpaung.tripod.com ElectronicCommerce.doc, diakses: 28 Agustus 2010. Kondisi ini tentunya akan merugikan baik bagi produsen terlebih konsumen yang memiliki posisi tawar bargaining position lebih rendah. Hal yang sama dikemukakan Riyeke Ustadiyanto saat menyatakan besarnya nilai transaksi electronic commerce di dunia masih dibayangi masalah “kurang amannya” unsecure transaksi online ini. Internet telah menimbulkan berbagai masalah terutama yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan hukum yang mengatur transaksi tersebut Riyeke Ustadiyanto, 2002:93. Apabila permasalahan-permasalahan di atas tidak segera diselesaikan secara memadai tidak tertutup kemungkinan kepercayaan masyarakat pada sistem e- commerce akan hilang, akibatnya pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna menyelesaikan masalah-masalah di atas adalah dengan digunakannya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, efisien, disertai biaya murah. Penggunaan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, efisien serta berbiaya murah merupakan hal yang tidak dapat ditunda- tunda lagi realisasinya guna terwujudnya kepercayaan para pihak produsen atau merchant dan konsumen pada sistem electronic commerce http : www.hukum online.com, Makalah Ahmad Zakaria atau J: arbitrase 20onlineatau arbitrase- online-terobosan-baru-di html, diakses: 31 Agustus 2010. commit to user Pentingnya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, efisien, dan berbiaya murah agar segera diterapkan, dilatarbelakangi kenyataan bahwa transaksi electronic commerce sangat rentan terhadap lahirnya berbagai sengketa atau masalah diantara para pihak, sebagai akibat dari saling berjauhannya domisili para pihak yang bertransaksi serta bahasa, budaya dan sistem hukum yang berbeda serta adanya keinginan untuk menyelesaikan setiap sengketa melalui mekanisme penyelesaian sengketa alternatif Alternative Dispute Resolution dalam hal ini arbitrase, dilatarbelakangi masih banyaknya ditemukan berbagai kelemahan dari penyelesaian sengketa melalui sistem peradilan litigasi, seperti Yahya Ahmad Zein, 2009:67: 1. litigasi memaksa para pihak bberada pada posisi yang ekstrim dan memerlukan pembelaan advocacy; 2. litigasi mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, sehingga mendorong para pihak untuk melakukan penyelidikan terhadap kelemahan- kelemahan pihak lainnya; 3. proses litigasi memakan waktu yang lama dan memakan biaya yang mahal; 4. hakim seringkali bertindak tidak netral dan kurang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mendasari penyelesaian suatu masalah hukum baru. Kelemahan di atas jelas bahwa penyelesaian melalui jalur peradilan atau litigasi sangat berlawanan dengan hakikat dari electronic commerce sebagai suatu sistem perdagangan virtual maya yang membutuhkan sistem yang efektif dan efisien. Mekanisme penyelesaian sengketa bisnis yang sifatnya konvensional atau tradisional sangat dibatasi oleh letak geografis dan hukum tempat aktivitas bisnis dilakukan. Penentuan mengenai hukum serta pengadilan yurisdiksi manakah yang berwenang memeriksaatau mengadili suatu sengketa, sering menjadi masalah pada saat para pihak akan membuat suatu kontrak, sekalipun akhirnya, dalam transaksi konvensional penentuan hukum mana yang akan berlaku relatif lebih mudah ditentukan. Kondisi di atas sangat berlainan pada saat transaksi perdagangan terjadi di dunia maya cyberspace, pertanyaan yang sering timbul adalah hukum serta yurisdiksi manakah yang akan digunakan apabila dikemudian hari muncul commit to user sengketa di antara para pihak, sedangkan dalam cyberspace setiap interaksi tidak dibatasi oleh batas wilayah borderless. Oleh karena itu, adanya kebutuhan terhadap suatu lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan setiap sengketa bisnis e-commerce merupakan hal yang tidak dapat ditunda-tunda lagi pelaksanaannya. Imamulhadi, 2001:80. Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa di bidang e- commerce melalui arbitrase persoalan yang mungkin muncul adalah mengenai hukum yang berlaku mengingat transaksi dilakukan melalui media internet. Dari uraian diatas penulis mencoba untuk mengangkat persoalan mengenai PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL E-COMMERCE MELALUI ARBITRASE.

B. Perumusan Masalah