commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu, program-program pembangunan banyak diturunkan
“dari atas” yang sifat top down dan masyarakat tinggal melaksanakan. Program itu direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa
melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. Kita menyadari bahwa perencanaan program semestinya
dimulai dengan suatu “penjajagan kebutuhan” need assessment masyarakat, namun hal itu sering dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survei penelitian
konvensional yang dilakukan oleh petugas lembaga, atau oleh ahli-ahli dari lembaga penelitian tertentu.
Dengan dilaksanakannya otonomi daerah maka program-program pembangunan bersifat bottom up, oleh karena itu model pembangunan
partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Model yang demikian itu menekankan pada
upaya pembangunan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat Sumodiningrat, 1999. Dapat dikemukakan bahwa suatu proyek
atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan.,
sehingga masyarakat setempat yang tidak hanya menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan
1
commit to user 2
mendorong masyarakat untuk mengarahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek atau program tersebut.
Untuk itu, diperlukan terobosan baru dalam pola perencanaan dan pola pembangunan, guna mempercepat proses pengentasan kemiskinan di
Indonesia. Perencanaan pembangunan partisipatif yang melibatkan seluruh stakeholders pembangunan diharapkan dapat memecahkan permasalahan
proses perencanaan penanggulangan seperti tersebut diatas. Proses perencanaan pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang
mendasari pada kebutuhan masyarakat setempat serta didukung peranserta aktif dari masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah hingga tersusunnya
dokumen perencanaan pembangunan. Pembangunan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdayaguna dan berhasil
guna apabila perencanaannya benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat, serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan
pelaksnaan pembangunan. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang – orang,
organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan
dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraannya. Melalui kadar partisipasi dan peran aktif masyarakat yang tinggi,
penguatan masyarakat sasaran program dapat terwujud. Menguatnya kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatakan taraf hidupnya, adalah
hasil atau dampak dari semua aktifitas program penanggulangan kemiskinan.
commit to user 3
Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: 1 dimensi pemberdayaan masyarakat miskin, 2 dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat miskin,
dan 3 dimensi perekonomian rakyat. Dimensi pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan kegiatan sosial
ekonominya. Dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui azas gotong royong, keswadayaan dan partisipasi. Dimensi perekonomian rakyat
dapat ditandai oleh tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan oleh masyarakat miskin itu sendiri.
.Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama oleh negara-negara yang sedang berkembang memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan
masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensional, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya Sumodiningrat,
1998: 26. Sementara itu, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tetap sama, walaupun pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubahan
kepemimpinan, yaitu makin tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini karena dalam mengatasi masalah kemiskianan masih terdapat beberapa
masalah, antaralain; 1 Koordinasi masih lemah, terutama dalam hal: pendataan, pendanaan dan kelembagaan; 2 Lemahnya koordinasi antar
program-program penanggulangan kemiskinan antara instansi pemerintah pusat dan daerah; 3 Lemahnya integrasi program pada tahap perencanaan,
sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, dan sinergi antar pelaku pemerintah, dunia usaha, masyarakat madani; 4 Belum optimalnya
kelembagaan di pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam
commit to user 4
bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangankerja. Keadaan ini menjadikan usaha penanggulangan tersebut
menjadi tidak tepat sasaran Suparlan, 1993. Menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor. Kebijakan pengentasan atau penanggulangan kemiskinan menurut
Sumodiningrat 1998: 46-47 dapat dikategorikan menjadi 2 dua, yaitu kebijakan tidak langsung, kebijakan yang langsung.. kebijakan tak langsung
meliputi 1 upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial, dan politik; 2 mengendalikan jumlah penduduk; 3 melestarikan
lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Kegiatan yang langsung mencakup: 1 pengembangan
data dasar data base dalam penentuan kelompok sasaran targeting; 2 penyedeiaan kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan; 3 penciptaan kesempatan kerja; 4 program pembangunan wilayah; dan 5 pelayanan perkreditan.
Pilihan strategi dalam menanggulangi masalah kemiskinan harus dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian
nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelebagaan, pemberdayaan sumber daya manusia
Sumodiningrat,1998. Program-program yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan
perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah
commit to user 5
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi
masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya.
Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus
terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang
diahadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu
didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat
tercapainya kemandirian Soegijoko dkk, 1997: 179. Arah baru strategi pembangunan diwujudkan dalam bentuk : 1 upaya pemihakan kepada yang
lemah dan pemberdayaan masyarakat, 2 pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan 3 modernisasi melalui penajaman arah perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat Sumodiningrat, 1999: 82. Penanggulangan kemiskinan harus senantiasa didasarkan pada
penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu. Setiap upaya penanggulangan
kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka Baswir,
1999: 18. Penanganan permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks
commit to user 6
membutuhkan kerja sama semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan kemiskinan yang salah satunya merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri PNPM, yang dirumuskan kembali upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi hingga pelestarian hasil-hasilnya. Didalam pelaksanaannya masyarakat yang mampu berpartisipasi tenaga dan
dana secara swadaaya, sedangkan yang kategori keluarga miskin mendapat manfaat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan tersebut baik langsung
maupun tidak langsung. Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan
penanggulan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : penyediaan dan perbaikan prasaranai, pendidikan, kesehatan,
peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal serta kegiatan ekonomi produktif kelompok Simpan Pinjam Perempuan SPP dialokasikan
dana bergulir secara kelompok tanpa agunan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat khususnya keluarga miskin, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah prosedur dan mempercepat akses permodalan kegiatan ekonomi produktif masyarakat khususnya keluarga
miskin, yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga upaya-upaya penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan dapat tercapai.
commit to user 7
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dalam program PNPM MP
terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen? 2. Bagaimana pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga
miskin di Kabupaten Sragen ? 3. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP
terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dalam program
PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? 2. Mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap
jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? 3. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program
PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen
commit to user 8
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya khasanah
keilmuan tentang pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sragen. 2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan.di
Kabupaten Sragen.
commit to user 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA