commit to user 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Partisipatif
1. Pengertian Pembangunan Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua
paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005. Paradigma modernisasi
mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang
menunjang proses perubahan. Menurut Tikson 2005 membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,
keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian
pembangunan. Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling
menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Dalam hal ini,
pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap
warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi Nugroho dan Rochmin Dahuri,2004. Tema pertama
9
commit to user 10
adalah koordinasi yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua
adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada
keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya
yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti
pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah
pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan
Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan Riyadi
dan Bratakusumah, 2005. Siagian 1994 memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building”. Kartasasmita 1994 memberikan pengertian yang
commit to user 11
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dengan
perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut
didasarkan pada aspek perubahan change, dimana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk
yang merefleksikan perubahan Riyadi dan Bratakusumah, 2005. Pembangunan development adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tikson
2005 bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan
atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
commit to user 12
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan
berbanding terbalik
dengan pertumbuhan
industrialisasi dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses
terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan
nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dari spiritualisme ke materialisme atau
sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan
rasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek
kehidupan masyarakat yaitu, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung
pada level
makro nasional
dan mikro
commuinitygroup. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan
dan atau
perbaikan progress,
pertumbuhan dan
diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,
pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Perkembangan adalah proses
commit to user 13
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pem- bangunan Riyadi dan Bratakusumah, 2005.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan ma- syarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang
modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang
meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Secara sederhana pembangunan merupakan proses usaha sadar untuk melakukan sesuatu perubahan-perubahan yang lebih baik dari satu kondisi
kepada kondisi lain yang lebih bermakna. Dalam arti pembangunan harus dilaksanakan dengan sengaja dan terencana serta memperhatikan nilai–
nilai universal, yang dapat diterima dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut Todaro 1998 : 19 bahwa, Pembangunan harus
dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini Todaro lebih menitik beratkan kepada pemerataan dan penanggulangan kemiskinan atau pengentasan
sebagai indukator keberhasilan dalam sebuah pembangunan menurutnya
commit to user 14
pembangunan haruslah dirasakan oleh semua kalangan tidak saja kalangan atas namun juga mereka yang ada di
kalangan bawah 2. Batasan Pembangunan Partisipatif
Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang perencanaannya bertujuan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya
melibatkan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa tiga dampak
penting Muflich, 2008 : 12 yaitu : a. Terhidar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan
memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat. b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin
banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik. c. Meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat.
Perencanaan pembangunan partisipatif akan berjalan dengan baik apabila prakondisi yang diperlukan dapat terpenuhi. Setidaknya ada enam
prinsip dasar dalam perencanaan partisipatif Muflich, 2008 : 17, yaitu : a. Saling percaya.
Diantara semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan harus saling percaya, saling mengenal dan dapat bekerjasama. Untuk
menumbuhkan rasa saling percaya dituntut adanya kejujuran dan keterbukaan.
b. Kesetaraan.
commit to user 15
Prinsip kesetaraan dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan dapat berbicara dan mengemukakan
pendapatnya, tanpa adanya perasaan tertekan Bahasa Jawa; rikuh atau ewuh-pekewuh.
c. Demokratis. Prinsip demokrasi menuntut adanya proses pengambilan keputusan
yang merupakan kesepakatan bersama, bukan meripakan rekayasa kelompok tertentu.
d. Nyata. Perencanaan hendaknya didasarkan pada segala sesuatu masalah atau
kebutuhan yang nyata, bukan berdasarkan sesuatu yang belum jelas keberadaanya atau kepalsuan fiktif.
e. Taat asas dalam berpikir. Prinsip ini menghendaki dalam penyusunan perencanaan harus
menggunakan cara berpikir obyektif, runtut dan mantap. f. Terfokus pada kepentingan warga masyarakat.
Perencanaan pembangunan hendaknya disusun berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang dekat dengan kehidupan masyarakat.
Perencanaan yang berdasarkan pada masalah dan kebutuhan nyata masyarakat, akan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.
Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku
pembangunan di wilayah setempat. Unsur pelaku pembangunan tersebut
commit to user 16
meliputi elemen-elemen
warga masyarakat,
lembaga-lembaga kemasyarakatan desa, aparatur pemerintah desa, aparatur pemerintah
kabupaten khususnya SKPD terkait, LSM dan institusi lain yang terkait. Proses penyusunan perencanaan pembangunan seperti inilah
yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembangunan partisipatif. Penyusunan perencanaan pembanguan harus berdasarkan data dan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, rencana pembangunan desa itu harus disusun berdasarkan potensi dan
kenyataan yang ada di desa, baik itu berupa masalah maupun potensi yang dimiliki desa. Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa
yang tersusun dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan, bukan sekedar daftar keinginan yang jauh dari kenyataan dan kemampuan
untuk mewujudkannya. Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang
disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana,
maupun material pada saat kegiatan atas dasar sukarela. Orientasi setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari
masyarakat atau desa. Swadaya masyarakat bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana tidak boleh dipotong dari kompensasi
HOK—upah harus diterima secara utuh oleh setiap pekerja kegiatan
commit to user 17
khusunya keluarga miskin, maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan. Sekalipun dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat,
tetapi diutamakan swadaya bukan berasal dari RTM. Tenaga kerja yang diperhitungkan dengan kompensasi HOK diutamakan dari RTM, dengan
mempertimbangkan penyerapan maksimal jumlah RTM yang ada. Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh diminta untuk
berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM
Mandiri Perdesaan.
B. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri