2.5 Tegangan dan Regangan Beton
Tegangan yang terjadi pada beton menurut Dasar – Dasar Perencanaan Beton
Bertulang yang dinyatakan dengan rumus:
dimana : σ = tegangan beton Mpa
P = beban N A = luas penampang mm
2
Regangan yang terjadi pada beton menurut Dasar – Dasar Perencanaan Beton
Bertulang dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara:
dimana : ε = regangan beton
Δl = pertambahan panjang dalam daerah beban mm
l = panjang semula mm
σ = P A
ε = Δl l
Universitas Sumatera Utara
2.6 Balok dengan Lobang Kecil
Ada 6 bentuk lubang yang telah dilakukan penelitian oleh para ahli konstruksi, yaitu lubang berbentuk bulat, persegi, diamon, segitiga, trapesium dan
bentuk tidak beraturan.
Gambar 2.4 Bentuk Lubang Prentzas, 1968 Dengan mengacu pada ukurannya, banyak penemu menggunakan lubang
dalam desain konstruksi tanpa melalui rincian dan pembahasan yang lengkap. Mansur dan hasnat 1979 telah menganalisa lubang bulat dan persegi atau dianggap
lubang kecil. Analisa dan pengujian dilakukan pada lubang bulat yang mana diameter lubang ¼ dari kedalam saluran balok. Pada diameter ¼ tinggi balok tidak
terlihat perubahan kekuatan yang signifikan pada balok. Analisa dilakukan pada lubang persegi yang ukuran lebih besar dengan menganalisanya dengan strut and tie.
Sehingga didapatlah diagram alir pada seluruh balok.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Perbandingan Tegangan Geser Ultimate Pengujian dengan Perhitungan Teori
2.6.1 Kondisi Lentur Murni .
a Balok tanpa lubang
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.6 Balok pada saat mengalami lentur murni Resultan tegangan tarik T, dan resultan tegangan tekan C, pada saat
mengalami runtuh. Persamaan keseimbangan gaya-gaya dalam
Dimana As = luas tulangan tarik;
f
y
= tegangan leleh baja; f’
c
= mutu beton;
b
= lebar tampang.
Kesetimbangan horisontal, yaitu, C = T diperoleh :
Nilai
a
adalah kedalaman blok tegangan yang harus terjadi bila dikehendakai keseimbangan gaya-gaya arah horizontal.
Berdasarkan pasangan kopel beton tekan dengan tulangan baja tarik, didapatkan : b
Kondisi keruntuhan Potongan penampang Regangan Tegangan Diagram tegangan ekivalen
Universitas Sumatera Utara
Sekarang perhatikan bahwa lubang melintang dari bentuk apapun diperkenalkan dalam balok yang sama, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.7
a. Jelas bahwa pengaruh lubang tidak akan membawa beban mekanisme asalkan tetap terbuka dalam zona tegangan balok karena beton retak akan terjadi di lentur di
akhir. Sebagai hasilnya, kekuatan akhir dari balok tidak akan dipengaruhi oleh adanya lubang. Hal ini telah dikonfirmasi oleh peneliti di masa lalu salam, 1977
yang telah mencatat bahwa kekuatan dari sebuah balok dengan lubang akan tetap sama seperti balok utuh yang sesuai asalkan lubang tidak mengurangi area konkret
yang diperlukan untuk pengembangan dari blok tegangan tekan di akhir. Karena momen inersia dikurangi pada bagian lubang, bagaimanapun, retak akan dimulai
pada tahap awal pembebanan, dan inisiasi dini seperti retak hanya berpengaruh pada lebar marjinal retak dan defleksi.
Berikut dari hasil diskusi sebelumnya bahwa tidak akan ada pengurangan kapasitas momen balok utama jika kedalaman minimum dari blok tegangan tekan
terpenuhi yaitu ketika,
h
c
Jika lubang ditempatkan sedemikian rupa sehingga memotong bagian beton tekan dan dengan demikian mengurangi daerah beton yang diperlukan untuk
memikul daerah tekanan utuh pada beban ultimate, yaitu, ketika kedalaman akord tekan, h
c
a , daerah yang berkurang untuk beton pada saat tekan harus diperhitungkan saat mendesain.
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.7 Balok dengan lubang kondisi lentur murni M.A. Mansur
2.6.2 Perhitungan Tulangan Geser
Perhitungan tulangan geser untuk balok utuh :
Ketika balok berisi lubang kecil, mansur mengusulkan agar d istilah dalam persamaan tersebut diganti dengan kedalaman bersih d-d
terlepas dari daerah vertikal dan horisontal pembukaan. Kekuatan geser nominal balok tanpa tulangan
geser, namun mengandung suatu lubang kecil, sehingga :
Dimana, v
c
= Kafasitas kemampuan beton untuk menahan gaya geser kN a Balok berlubang
b Kondisi keruntuhan pada balok berlubang
Universitas Sumatera Utara
f ’
c
= kuat tekan beton MPa b
w
= lebar penampang mm d = tinggi efektif mm
d = diameter lubang
Rumus tersebut berlaku untuk balok terbuat dari beton dengan berat badan normal. Untuk ringan balok beton, faktor pengurangan rata-rata dari 0,8 dapat
diasumsikan, seperti yang disarankan dalam kode ACI. M.A. Mansur
2.6.3 Pemasangan Tulangan Silang Tulangan Pelindung
Architectural Institute of Japan AIJ Standard for Structural Calculation of Reinforced Concrete Structures 1988, membuat sebuah Formula didesain oleh
Hirosawa’s yang telah disahkan untuk menanggulangi kafasitas geser, Vn, dari sebuah balok yang berlubang. Sesuai dengan desain sederhana yang telah
dibicarakan sebelumnya, rumus empiris ini dipertimbangkan untuk menahan total geser yang terjadi, dan tulangan silang bersudut 45
rencana kegagalan pada bagian tengah dari lubang. M.A. Mansur. Konsep tersebut diatas diilustrasikan pada
gambar berikut:
Gambar 2.8 Tulangan Silang Pelindung
Universitas Sumatera Utara
BAB III EKSPERIMENTAL
3.1 Perhitungan Benda Uji Balok Beton Bertulang
3.1.1. Perhitungan Beban Mati Terpusat
Gambar. 3.1 Diagram Alir Tegangan - Regangan
Direncanakan :
b = 15 cm h = 30 cm
Selimut beton = 4 cm Mutu beton
f’c = 30 Mpa
Mutu tulangan
fy
= 3000kgcm2 = 300Mpa
Universitas Sumatera Utara
q = 0,30 x 0,15 x 24 = 1,08 KNm As = 2D16 402,2 mm
2
As
2
= As ’ = 2D10 157,0 mm
2
As = As
1
+ As
2
Untuk β
1
, f’c 30 MPa berdasarkan SK SNI 03-2847-2002, diperoleh β1=0,85
Karena . . . . . OK
Maka tulangan baja yang direncanakan dapat digunakan. Menentukan kafasitas momen M
R
: Dianggap semua penulangan telah mencapai luluh, maka
f’s = fy dan
fs = fy
Universitas Sumatera Utara
maka letak garis netral yaitu :
Es = 200000Mpa
Karena ɛs ɛs’ɛy, maka asumsi bahwa tulangan tekan dan tarik mencapai leleh :
Mn = Mn
1
+ Mn
2
= As – As’ fy d-12 a + A’s fy d-d’
= 402,2 – 157,0 300 246- 0,5 x 19,2 + 157,0 300246 – 51
= 26,574 KNm MR = Ø Mn = 0,8 26,574 = 21,26 KNm
Menghitung momen ultimate, Mu : Berat sendiri balok = 1,08 KNm
Momen akibat berat sendiri balok = 18 q l
2
= 18 1,08 2
2
= 0,54 KNm
Universitas Sumatera Utara
Mengitung kafasitas P maksimum :
Gambar 3.2. Pembebanan Benda Uji
RA.2 – 0,5P.1,33 – 0,5P.0,67 = 0
2RA = P RA = 0,5P
-RB.2 + 0,5P.1,33 + 0,5P.0,67 = 0 2RB = P
RB = 2P ½ P
½ P
67 cm
x 133 cm
200 cm
Universitas Sumatera Utara
RA + RB = P1 + P2 P = P . . . . OK
Menentukan momen maksimum akibat beban mati terpusat a.
Mx = RA.x x = 0 ; Mx = 0
x = 0,67 ; Mx = 0,5P.0,67 = 0,335P b.
Mx = RA.x – 0,5Px – 0,67
x = 0,67 ; Mx = 0,335P x = 1,33 ; Mx = 0,335P
Maka momen maksimum akibat beban terpusat : Mmaks = 0,335P Maka besarnya kapasitas beban terpusat maksimum Pmaks dapat ditentukan dari :
Mu = MR 1,4 0,54 + 0,335P = 21,26 KNm
Pmaks = 43,72 KN = 4,372 Ton Karena terdapat 2 beban terpusat yang diberikan, maka masing-masing beban yang
diberikan sebesar : 0,5P = 2,186 Ton
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Perencanaan Penulangan Geser
RA.2 – 0,5P.1,33 – 0,5P.0,67 – ½ q l
2
= 0 2RA = P1 + ½ q l
2
2RA = 43,72 + ½ 1,082
2
RA = 22,94 KN
Perhitungan Gaya Lintang
c. Mx = RA.x
– ½ q x
2
Dx = RA – q. x
Untuk x = 0; DA = RA = 22,94 KN Untuk x = 0,67 ; Dc = RA
– q. x = 22,94 – 1,08 0,67 = 22,216 KN d.
Mx = RA.x – 0,5Px – 0,67 – ½ q. x
2
Dx = RA – 0,5P - q. x
x = 0,67 ; Dc = RA – 0,5P – q. x = 22,94 – 21,86 – 1,080,67 = 0,3564 KN
x = 1,33 ; Dd = RA – 0,5P – q. x = 22,94 – 21,86 – 1,081,33 = -0,3564 KN
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan diatas diperoleh gaya lintang maksimum sebesar 22,94 kN maka besarnya gaya geser rencana total karena beban luar Vu = 22,94 kN.
Sedangkan kafasitas kemampuan beton tanpa penulangan geser untuk menahan gaya geser adalah Vc dapat ditentukan sebagai berikut :
-3
SK SNI 03-2847-2002 pasal 13.5 ayat 5 menetapkan perlu tidaknya dipasang sengkang dengan pemeriksaan terhadap nilai Vu. Apabila nilai Vu ½ ØVc,
diperlukan pemasangan sengkang. Maka besarnya ½ ØVc adalah : ½ ØVc = ½ 0,633,685
½ ØVc = 10,1055 kN Karena 22,94 kN 10,1055kN = Vu ½ ØVc maka memerlukan pemasangan
sengkang minimum sebesar : ØVc = 20,211kN
Maka pemasangan sengkang dengan jarak minimum sebesar :
Av = 56,6 mm
2
Ø6
Atau ½d = ½ 246 = 123 mm Jadi ambil nilai terkecil adalah 123 mm untuk memudahkan pemasangan dipakai
120 mm. Maka dipakai Ø6 – 120 mm untuk keseluruhan panjang balok.
Universitas Sumatera Utara
Rencana Pemasangan Tulangan
Penulangan pada balok-1
Penulangan pada balok-2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Penulangan pada balok-3
Universitas Sumatera Utara
3.1.3 Perhitungan Lendutan
3.1.3.1 Lendutan Pada Balok Utuh
Lendutan yang terjadi pada benda uji akibat berat sendiri dan besarnya beban terpusat yang diberikan oleh
Hydraulic Jack
. Lendutan tersebut dihitung dengan rumus:
- Lendutan akibat beban terpusat
Gambar 3.3. Perletakan Beban Terpusat
∆ = 3L
2
– 4x
2
dimana, E = modulus elastisitas beton MPa I = Momen inersia penampang balok mm
4
E = 4700 E = 4700
= 25742,9602 MPa
Universitas Sumatera Utara
I = bh
3
I = 150300
3
= 337500000 mm
4
0,5P = 21,86 kN = 21860N Maka besar lendutan: ∆
1
= 32000
2
– 4670
2
∆
1
= 0,717 mm -
Lendutan akibat berat sendiri
Gambar 3.4. Perletakan Beban Merata ∆
2
=
∆
2
=
=
0,0259 mm Maka besarnya keseluruhan lendutan yang terjadi:
∆
maks
= ∆
1
+ ∆
2
= 0,717 + 0,0259 = 0,7429 mm
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pemeriksaaan Karakteristk Tulangan
3.2.1 Pemeriksaaan Berat Jenis dan Diameter Tulangan
Pemeriksaan diameter tulangan diperlukan untuk mengetahui besarnya diameter yang dipakai untuk beton bertulang pada percobaan karena kita ketahui
bahwa tulangan yang ada di lapangan tidak sama persis dengan yang direncanaakan. Diameter tulangan yang ada kemungkinan dapat lebih kecil atau lebih besar dari
yang kita rencanakan. Oleh karena itu, pada eksperimen untuk tugas akhir ini akan diperiksa pula berat jenis dan diameter dari tulangan yang digunakan.
3.3 Pembuatan Benda Uji Balok Beton Bertulang
Langkah – langkah yang dilakukan dalam pembuatan benda uji dibagi atas
tiga tahapan, yaitu: 1.
Persiapan pembuatan benda uji 2.
Pengecoran 3.
Perawatan
3.3.1 Persiapan Pembuatan Benda Uji
Persiapan – persiapan yang dilakukan dalam pembuatan benda uji, yaitu:
a.
Pembuatan mortar ukuran 4 x 4 x 4 cm beton decking beton tahu
Beton tahu akan dibuat beberapa buah sesuai dengan kebutuhan, guna dari beton tahu untuk menjaga agar letak tulangan tetap pada posisinya.
Pembuatan mortar dilakukan beberapa hari sebelum pengecoran dilakukan agar mortar mengeras sehingga dapat menahan tulangan. Ukuran dari mortar
ditentukan berdasarkan dari tebal selimut beton yang direncanakan pada benda uji.
Universitas Sumatera Utara
b. Pembuatan cetakan balok
Cetakan balok dibuat dengan ukuran 15 cm x 30 cm x 220 cm. Cetakan dibuat dengan tidak ada celah sehingga tidak memungkinkan pasta semen
untuk keluar dari cetakan. Selain itu juga dipersiapkan cetakan untuk benda uji silinder beton t = 30 cm, d = 15 cm untuk pengujian kuat tekan beton.
Untuk mempermudah melepaskan balok dan silinder pada saat cetakan dibuka maka pada permukaan bagian dalam cetakan diolesi oli.
c. Merakit tulangan
Tulangan baja dirakit sedemikian rupa, sehingga membentuk kerangka sesuai dengan yang direncanakan. Kemudian dipersiapkan pula plat landasan
baja untuk perletakan balok dan untuk perletakan beban.
Gambar 3.5. Bentuk Penampang Memanjang Dari Benda Uji
Gambar 3.6. Bentuk Penampang Melintang Dari Benda Uji
Universitas Sumatera Utara
d. Persiapan material beton
Sebagai material beton dipersiapkan Semen Merk Andalas, Pasir, Kerikil dan air yang ditimbang sesuai dengan perhitungan yang ditentukan.
e. Persiapan alat – alat pendukung.
Alat – alat pendukung dalam proses pengecoran seperti:
pan mixer
mesin pengaduk beton, scrap, sendok semen, kerucut Abram, timbangan, dll.
3.3.2 Pengecoran Benda Uji
Urutan pengecoran adalah sebagai berikut: a.
Hidupkan mesin pengaduk beton b.
Masukkan air agar permukaan dalam mesin pengaduk basah, kemudian keluarkan yang tersisa di dalam mesin pengaduk.
c. Setelah itu masukkan campuran beton kering pada percobaan biarkan
beberapa detik sehingga bahan dapat tercampur merata. d.
Kemudian tambahkan air dalam adukan sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
e. Aduk dengan kecepatan rendah selama
+ 3 menit agar campuran tersebut benar
– benar teraduk secara merata. f.
Tuangkan adukan tersebut secukupnya ke dalam pan untuk pengujian nilai slump.
g. Setelah nilai slump terpenuhi, selanjutnya adukan beton dituangkan ke dalam
cetakan balok I, II dan III dan silinder secara bertahap kemudian diratakan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Perawatan Benda Uji
Setelah + 24 jam, cetakan benda uji silinder dibuka, kemudian direndam dalam air. Sedangkan untuk benda uji balok, cetakan dibuka setelah 3 hari dan
disiram dengan air setiap harinya selama 28 hari.
3.4 Pengujian Benda Uji
3.4.1 Pengujian Kuat Tekan Beton Benda Uji Silinder
a. Benda uji dikeluarkan dari rendaman 1 hari sebelum pengujian 28 hari
agar
permukaan
benda uji kering. b.
Kemudian timbang berat benda uji. c.
Benda uji diletakkan pada Compression
Machine
sehingga tepat berada pada tengah
– tengah alat penekannya. d.
Secara perlahan – lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan tuas pompa.
e. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah,
maka catat skala yang ditunjuk oleh jarum penunjuk yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pengujian Kekuatan Pada Balok Beton Bertulang
Ketiga balok tersebut di atas diuji satu persatu dengan prosedur sebagai berikut:
a. Balok beton di atas perletakan yang telah tersedia, pasang dial dimana akan
diukur lendutan. b.
Pen pengukur regangan pada balok searah dengan sumbu balok dimana akan diukur regangannya.
c. Letakkan sumber beban
Hydraulic Jack
tepat pada titik tengah profil. d.
Setelah semua perangkat alat – alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan pembebanan secara berangsur
– angsur dengan kenaikan setiap 500 kg pada pembacaan
Hydraulic
. e.
Setiap tahap pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan dan regangan serta mengamati deformasi
– deformasi yang terjadi pada balok. f.
Pembacaan dilakukan sampai balok tersebut mengalami keruntuhan.
3.4.3 Pengukuran Regangan Strain dan Lendutan Balok Pembebanan yang berangsur
– angsur bertambah akan mengakibatkan serat bawah balok akan mengalami regangan tarik dan serat atas balok akan mengalami
regangan tekan dan regangan akan bertambah sesuai bertambahnya beban. Dengan timbulnya regangan pada balok, maka balok tersebut akan mengalami retak. Untuk
menghitung regangan pada balok maka akan diukur pada 3 tempat yaitu atas, tengah, dan bawah, seperti pada gambar di bawah:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7. Penempatan Pen Pembaca Regangan Balok
Gambar 3.8. Pembebanan Balok Dan Pengukuran Lendutan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan Hasil penelitian disajikan berupa data yang telah dianalisis dan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian dimulai dari data – data bahan yang
mencakup pengujian agregat. Pengujian karakteristik beton terdiri dari 2 macam, pertama pengujian beton segar, pengujian yang dilakukan adalah pengujian
slump flow
. Kedua pengujian sifat mekanik beton yang meliputi kuat desak silinder beton dan kuat lentur balok beton bertulang.
Pengujian yang paling utama dari penelitian ini adalah pengujian regangan dan lendutan balok beton bertulang. Data yang diperoleh dari pengujian utama adalah
beban, lendutan, regangan, panjang retak, lebar retak dan pola retak. Dalam pengujian ini ada beberapa hal yang dianggap perlu untuk mendapat perhatian dan
pembahasan sebagai berikut:
4.2 Keterbatasan Fasilitas
Data yang dihasilkan dari pengujian ini belum sempurna betul karena keterbatasan peralatan pengujian yang digunakan seperti penempatan alat jack
Hydraulic dan pembebanan yang simetris dimana beban yang bekerja pada letak tumpuan balok boleh saja tidak sama besarnya antara kiri dan kanan, sehingga besar
beban tidak sama.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Akurasi dari Alat Ukur Skala manometer pada alat
Jack Hydraulic
dimana ketelitian pembacaaan sebesar 250 kgstrip masih kurang baik karena dapat terjadi kesalahan pembacaan.
Hal ini sangat mempengaruhi pada lendutan yang terjadi sehingga dapat mengakibatkan gambar grafik hubungan beban, besarnya lendutan, dan regangan
yang didapat dari setiap titik tidak membentuk kurva yang mulus seperti yang diharapkan. Selain itu, pada saat pemberian pembebanan yang besar, alat Jacking
yang digunakan mengalami penurunan besar. Hal ini dapat dilihat dari jarum penunjuk manometer yang turun.
4.4 Pengujian Slump Pengujian
slump flow
merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat kelecakan campuran adukan beton. Nilai
slump
menandakan kepekatan atau kecairan suatu campuran beton. Nilai slump ini berpengaruh pada kuat desak beton
dan kemudahan dalam pengerjaan. Pengujian
slump
menggunakan kerucut slump standar, dan campuran beton diletakkan didalamnya kemudian ketinggian aliran
beton diukur. Slump test campuran didapat 18cm. Artinya campuran beton memiliki kelecakan yang baik. Dimana syarat slump tersebut adalah antara 15-20 cm.
4.5 Pengujian Kuat Tekan Beton mempunyai nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan kuat
tariknya. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh komposisi dan kekuatan masing –
masing bahan susun dan lekatan pasta semen pada agregat. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standard, menggunakan mesin uji dengan
Universitas Sumatera Utara
cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu pada benda uji silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sampai
benda uji tersebut hancur. Hasil dari pengujian kuat tekan silinder beton disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Kode silinder
beton Kuat Tekan
kgcm
2
Kuat Tekan Rata-rata
kgcm
2
S-1 S-2
S-3 355
341 340
345
Universitas Sumatera Utara
4.6 Pengujian Pada Balok 4.6.1 Pengujian Lendutan Pada Balok