Berdasarkan hal tersebut di atas maka perbandingan komposisi fase gerak metanol-air yang terbaik untuk analisis metil paraben adalah 40:60 dengan laju
alir 1mlmenit. Ditinjau dari retention time waktu tambat maka fase gerak metanol-air 40:60 memiliki waktu tambat yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan fase gerak metanol-air 20:80. Meskipun perbandingan fase gerak metanol- air 80:20 dan 60:40 memiliki waktu tambat yang lebih cepat dibanding fase gerak
metanol-air 40:60 namun pada waktu tambat ini banyak zat-zat pengotor yang menghalangi keberadaan kromatogram dari sampel yang diperiksa. Ditinjau dari
lempeng teoritis menunjukkan bahwa fase gerak metanol-air 40:60 lebih besar dibanding dengan yang lain, meskipun luas area lebih kecil bila dibanding dengan
perbandingan fase gerak metanol-air 80:20 dan 20:80. Hal ini dikarenakan laju alir yang semakin tinggi akan menyebabkan luas area semakin kecil. Setelah
didapatkan perbandingan fase gerak yang terbaik selanjutnya dilakukan uji identifikasi.
3.2 Analisis Kualitatif
Dari hasil orientasi pada penentuan kondisi kromatografi yang terbaik untuk metil paraben diperoleh komposisi fase gerak Metanol-Aquabidest 40 : 60,
laju alir 1 mlmenit dan tekanan 89 bar. Dengan kondisi kromatografi ini, Hasil uji identifikasi pada penyuntikan metil paraben BPFI 50 µgml diperoleh
kromatogram dengan waktu tambat 5,884 menit. Waktu tambat ini berdekatan dengan waktu tambat sampel yang dianalisis pada kondisi KCKT yang sama
yakni 5,824 menit. Kedua kromatogram hasil analisis KCKT ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Meskipun waktu tambat yang ditunjukkan tidak sama persis, namun waktu tambat yang diamati dalam kromatogram sampel dapat diterima sebagai waktu
Universitas Sumatera Utara
tambat metil paraben karena masih berada dalam rentang waktu tambat yang dapat diterima yaitu ±5 dari waktu tambat metil paraben BPFI Wetson dan
Brown, 1997. Untuk mempertegas identifikasi, salah satu larutan sampel kecap
Supermie ditambahkan baku metil paraben spiking method pada kondisi KCKT yang sama. Hasil analisis menunjukkan, terjadi peningkatan luas area dan tinggi
puncak metil paraben dari sampel yang diamati sebelumnya, jadi dapat disimpulkan bahwa puncak yang diamati dari larutan sampel benar merupakan
puncak metil paraben. Kromatogram larutan sampel yang dianalisis setelah spiking dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 1.
BPFI metil paraben
Gambar 2.
Sampel
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.
Spiking Keterangan:
Gambar 1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan metil paraben BPFI
konsentrasi 50 µgml dengan fase gerak metanol-air 40:60, laju alir 1 mlmenit dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm.
No Nama RT Area Height Plate Tailing
factor 1 Metil
paraben 5,884 2952,6 356,43 11886 1,04697 Gambar 2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan sampel kecap dengan fase
gerak metanol – air 40:60, laju alir 1 mlmenit dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm.
No Nama RT
Area Height Plate
Tailing factor
1 Metil paraben
5.824 22.9 2,81
12622
0,98790 Gambar 3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan kecap Supermie goreng
setelah penambahan baku metil paraben spiking dengan fase gerak metanol – air 40:60, laju alir 1 mlmenit dan dideteksi pada panjang
gelombang 254 nm.
No Nama RT
Area Height
Plate Tailing factor
1 Metil paraben 5.827 219,6 26,9
11561 1,03704
Universitas Sumatera Utara
3.3 Analisis Kuantitatif 3.3.1 Penentuan Kurva Kalibrasi Metil paraben