Perubahan tingkat upah dan kelebihan permintaan mempunyai hubungan yang positif searah , yaitu semakin besar kelebihan permintaan tenaga kerja akan semakin
besar pula perubahan tingkat upah. Sedangkan kelebihan permintaan tenaga kerja dengan tingkat pengangguran mempunyai hubungan negative tidak searah , yaitu semakin
besar kelebihan permintaan tenaga kerja tingkat pengangguran akan semakin kecil. Jadi perubahan tingkat upah mempunyai hubungan terbalik. negative dengan perubahan
tingkat pengangguran sebagaimana digambarkan dalam kurva Philips. Hasil analisa Lipsey berbeda dengan hasil analisis kurva Philips, yaitu :
1. Teori pasar tenaga kerja klasik yang dijadikan landasan analisis Lipsey
mencerminkan tingkah laku upah rill. 2.
Kurva Philips mencerminkan tingkah laku upah nominal. Upah rill dan upah nominal akan sama jika dipasar tenaga kerja terdapat stabilitas
harga-harga, inilah kelemahan lipsey, jadi untuk dapat melakukan analisis hubungan antara tingkat inflasi atau tingkat harga dan tingkat pengangguran, maka sumbu vertical
dengan perubahan tingkat upah rill atau upah nominal dibagi dengan harga sebagaimana banyak dilakukan oleh ekonom sejak akhir tahun 1960-an.
3. Pergeseran Kurva Philips
Pada awal analisis kurva Philips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikkan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat
pengangguran. Namun kenyataanya di AS selama periode 1950-1982 menunjukkan bahwa kwnaikkan tingkat inflasi diikuti dengan kenaikkan tingkat pengangguran. Jadi
tidak terdapat trade off, kurva Philips telah bergeser kekanan atas. Dengan demikian hasil
Universitas Sumatera Utara
analisis kurva Philips perlu diuji lagi kebenarannya. Pergeseran kurva Philips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian
terjadi lagi pada periode tahun 1973-1975 sebagai dampak embargo minyak Arap terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah.
Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Philips berakhir pada periode tahun 1979-1982. selama
kurun waktu tersebut terjadi kenaikkan tingkat inflasi bersamaan dengan kenaikkan tingkat pengangguran dengan bentuk pergeseran kuva Philips yang berbeda-beda.
Terjadi perbedaan pergeseran kurva Philips tersebut disebabkan dua factor yaitu: 1.
Demografi Terjadi kenaikan tingkat pertumbuhan penduduk AS, khususnya kaum wanita dan
anak-anak yang selanjutnya meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja wanita dan anak-anak yang sebahagian tidak dapat diserap pasar
tenaga kerja semakin memperparah jumlah pengangguran, karena bidang industri lebih mengutamakan tenaga kerja dewasa dan pria.
2. Keseimbangan pasar tenaga kerja
Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, secara alamiah terdapat pengangguran yang oleh Milton Friedmsn disebut Natural Rate of Unemployment. Dalam kurva Philips
pengangguran alamiah tersebut dibuktikan dengan adanya titik perpotongan antara kurva Philips dan sumbu
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah: a.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian melalui wawancara.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah diolah
seperti Sumatera Utara dalam Angka.
3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengadakan penelitian ini, maka penulis menggunakan 2 dua metode yaitu :
a. Penelitian Kepustakaan Library Research
Yaitu penulisan yang dilakukan dengan cara pengumpulan data sumber kepustakaan, majalah-majalah, tulisan ataupun karya ilmiah yang ada kaitannya dengan penulisan
skripsi ini, sehingga diperoleh data sekunder. b.
Penelitian Lapangan Field Research Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara langsung terjun ke objek yang
Universitas Sumatera Utara