HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

3.11. ALUR PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 Populasi: Pasien elektif untuk pembedahan RSUP H. Adam Malik Medan Kriteria Inklusi Preloading RL 10 mlkgBB, Premedikasi: Midazolam 0,1 mgkgBB dan Pethidin 1 mgkgBB Induksi: Propofol 2-2,5mgkgBB, Relaksan: Rokuronium 1 mgkgBB Intubasi ETT KELOMPOK I: Inflasi cuff dengan Lidokain HCl 2 6cc + Natrium Bikarbonat 7,5 0,6 cc KELOMPOK II: Inflasi cuff dengan NaCl 0,9 6,6cc Maintenance: Isoflurane 0,5 – 1, O 2 :N 2 O 50:50, Rokuronium 0,1 mgkgBB setiap 20-30 menit. Reversal: Atropine 0,01 mgkgBB dan Prostigmin 0,02 mgkgBB 3 menit sebelum ekstubasi: NaCl 0,9 dengan jumlah cc sesuai Lidokain 1,5mgkgBB intravena 3 menit sebelum ekstubasi: Lidokain 1,5 mgkgBB intravena EKSTUBASI Dicatat: HR, TD, RR, SpO 2 , Temperatur Saat jahit kulit: dicatat HR dan TD sebagai baseline 1 menit sebelum ekstubasi: dicatat kejadian batuk Dicatat: HR dan TD PEMULIHAN Dicatat kejadian batuk pada: 0-2 menit HR, TD 2-4 menit HR, TD 4-8 menit HR, TD Kriteria Eksklusi Sampel Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2011 sampai Februari 2012, dengan jumlah 70 sampel yang dipilih secara acak dengan status fisik ASA 1 yang menjalani operasi dengan anestesi umum intubasi pipa endotrakea sesuai dengan prosedur penelitian. Dari 70 sampel penelitian dibagi atas dua kelompok, masing- masing 35 sampel. Kelompok I mendapatkan inflasi cuff dengan Lidokain HCl 2 6 cc + Natrium Bikarbonat 7,5 0,6cc dan injeksi NaCl 0,9 0,075xBB cc pada 3 menit sebelum ekstubasi, sedangkan kelompok II mendapatkan inflasi cuff dengan NaCl 0,9 6,6cc dan injeksi Lidokain HCl 2 1,5mgkgBB pada 3 menit sebelum ekstubasi. Setelah dilakukan pemasukan dan pengolahan data maka didapatkan hasil-hasil penelitian sebagaimana ditampilkan dalam bab ini.

4.1. Karakteristik umum sampel penelitian pada kedua kelompok

Karakteristik umum subjek penelitian dinilai dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh. Hasil penelitian terlihat pada tabel 4.1. di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik umum Karakteristik umum Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Umur tahun 32,1 SD 11,3 31,8 SD 11,1 0,907 Jenis kelamin LkPr 17 18 16 19 0,811 BB kg 61,8 SD 8,5 60,7 SD 7,9 0,572 TB cm 162,1 SD 7,5 162,4 SD 6,5 0,839 BMI kgm 2 23,45 SD 2,34 23,00 SD 2,71 0,459 Uji T independent Uji Chi-square Umur tahun sampel penelitian mulai dari 18 sampai 50 dengan nilai rerata 32,1 SD 11,3 pada kelompok I dan 31,8 SD 11,1 pada kelompok II. Dari hasil analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,907 dianggap berbeda tidak bermakna umur sampel diantara kedua kelompok. Jenis kelamin LkPr diantara kedua kelompok dianalisa menggunakan chi- square x 2 Rerata berat badan kg sampel penelitian pada kelompok I adalah 61,8 SD 8,5 sedangkan kelompok II adalah 60,7 SD 7,9 dengan uji T independent didapatkan nilai p = 0,572 dianggap berat badan diantara kedua kelompok berbeda tidak bermakna. didapatkan nilai p = 0,811 dianggap prevalensi jenis kelamin diantara kedua kelompok berbeda tidak bermakna. Rerata indeks massa tubuh BMI kgm 2 pada kelompok I adalah 23,45 SD 2,34 sedangkan kelompok II adalah 23,00 SD 2,72 dengan uji T independent Universitas Sumatera Utara didapatkan nilai p = 0,459 dianggap BMI diantara kedua kelompok berbeda tidak bermakna.

4.2. Jenis pekerjaan pada kedua kelompok penelitian

Karakteristik sosial ekonomi sampel penelitian dinilai dari pekerjaan pada kedua kelompok. Hasil penelitian terlihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Jenis pekerjaan sampel penelitian Jenis pekerjaan Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Buruh 0 0 2 5,7 IRT 13 37,1 8 22,9 Karyawan 6 17,1 5 14,3 Mahasiswa 2 5,7 8 22,9 0,277 Pelajar 7 20,0 5 14,3 Petani 4 11,4 3 8,6 Wiraswasta 3 8,6 4 11,4 Uji Chi-square Jenis pekerjaan terbanyak dalam penelitian ini adalah IRT, pelajar dan karyawan pada kelompok I sedangkan pada kelompok II adalah IRT, mahasiswa dan pelajar. Jenis pekerjaan pada sampel penelitian dianalisa menggunakan uji chi-square x 2

4.3. Jenis operasi pada kedua kelompok penelitian

didapatkan p = 0,277 dianggap jenis pekerjaan diantara kedua kelompok berbeda tidak bermakna. Jenis operasi pada kedua kelompok tertera pada tabel berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Jenis operasi sampel penelitian Jenis operasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Bedah THT 6 17,1 8 22,9 Bedah Onkologi 6 17,1 11 31,4 Bedah Orthopedi 8 22,9 6 17,1 Bedah Mata 2 5,7 3 8,6 0,564 Bedah Digestif 3 8,6 3 8,6 Bedah Ginekologi 7 20,0 3 8,6 Bedah Plastik 3 8,6 1 2,9 Uji Chi-square Pada kelompok I jenis operasi terbanyak adalah bedah Orthopedi, bedah Onkologi dan bedah THT, dan pada kelompok II jenis operasi terbanyak adalah bedah Onkologi, bedah Orthopedi dan bedah THT. Setelah dianalisa dengan uji chi- square didapatkan p = 0,564 kedua kelompok dianggap berbeda tidak bermakna dalam hal jenis operasi. 4.4. Perbandingan berdasarkan lama tindakan anestesi Tabel 4.4. Lama tindakan anestesi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Lama anestesi 123,7 SD 22,1 122,1 SD 23,2 0,780 Uji T independent Lama tindakan anestesi menit didapatkan pada kelompok I adalah 123,7 SD 22,1 sedangkan pada kelompok II adalah 122,1 SD 23,2. Dari hasil analisa Universitas Sumatera Utara dengan uji T independent didapatkan p = 0,780 dimana lama tindakan anestesi pada kedua kelompok dianggap berbeda tidak bermakna.

4.5. Perbandingan kejadian batuk 1 menit sebelum ekstubasi

Kejadian batuk dihitung dalam empat rentang waktu yaitu pada 1 menit sebelum ekstubasi, 0-2 menit setelah ekstubasi, 2-4 menit setelah ekstubasi, dan 4-8 menit setelah ekstubasi. Tabel 4.5. Kejadian batuk 1 menit sebelum ekstubasi, 0-2 menit setelah ekstubasi, 2-4 menit setelah ekstubasi, dan 4-8 menit setelah ekstubasi Kejadian batuk Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p 1 menit sebelum ekstubasi 0,7 SD 0,7 1,7 SD 0,5 0,000 0-2 menit setelah ekstubasi 0,3 SD 0,6 0,7 SD 0,6 0,004 2-4 menit setelah ekstubasi 4-8 menit setelah ekstubasi Uji T independent Pada rentang waktu 2-4 menit setelah ekstubasi dan 4-8 menit setelah ekstubasi, pada kedua kelompok tidak dijumpai adanya batuk. Pada rentang waktu 1 menit sebelum ekstubasi, pada kelompok I didapatkan kejadian batuk 0,7 SD 0,7 sedangkan pada kelompok II adalah 1,7 SD 0,5, dimana setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,000 dianggap berbeda secara bermakna . Pada rentang waktu 0-2 menit setelah ekstubasi, pada kelompok I didapatkan kejadian batuk 0,3 SD 0,6 sedangkan pada kelompok II kejadian Universitas Sumatera Utara batuk 0,7 SD 0,6, dan setelah dilakukan analisa dengan uji T independent, didapatkan p = 0,004, juga berbeda secara bermakna. 4.6. Perbandingan parameter hemodinamik sebelum operasi Parameter hemodinamik yang diukur adalah tekanan darah sistolik, diastolik, kemudian dilakukan penghitungan mean arterial pressure MAP, dan laju nadi. Pada sebelum operasi didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.6. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi sebelum operasi. Pre Operasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 P Sistolik 120,6 SD 6,9 120,5 SD 5,9 0,956 Diastolik 77,0 SD 6,3 75,1 SD 7,8 0,268 MAP 91,51 SD 5,43 90,22 SD 6,25 0,362 Laju nadi 82,3 SD 6,9 80,9 SD 8,5 0,460 Uji T independent Tekanan darah sistolik pada kelompok I didapatkan 120,6 SD 6,9mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 120,5 SD 5,9 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,956 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Tekanan darah diastolik pada kelompok I didapatkan 77,0 SD 6,3 mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 75,1 SD 7,8 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,268 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Demikian juga dengan MAP pada kelompok I didapatkan 91,51 SD 5,43 mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 90,22 SD 6,25 mmHg, setelah dilakukan analisa Universitas Sumatera Utara dengan uji T independent didapatkan p = 0,362 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I didapatkan laju nadi 82,2 SD 6,9 kali per menit, sedangkan pada kelompok II didapatkan 80,9 SD 8,5 kali per menit, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,460 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok.

4.7. Perbandingan parameter hemodinamik saat jahit kulit baseline

Saat jahit kulit dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi dan didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.7. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi saat jahit kulit. Saat jahit kulit Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 P Sistolik 119,9 SD 7,5 119,0 SD 11,3 0,681 Diastolik 75,8 SD 5,7 73,6 SD 10,5 0,282 MAP 90,52 SD 5,16 88,74 SD 9,30 0,326 Laju nadi 81,0 SD 7,4 79,4 SD 7,8 0,364 Uji T independent Tekanan darah sistolik pada kelompok I didapatkan 119,9 SD 7,5mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 119,0 SD 11,3mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,681 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Tekanan darah diastolik pada kelompok I didapatkan 75,8 SD 5,7mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 73,6 SD 10,5mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,282 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua Universitas Sumatera Utara kelompok. Demikian juga dengan MAP pada kelompok I didapatkan 90,52 SD 5,16mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 88,74 SD 9,30 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,326 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I didapatkan laju nadi 81,0 SD 7,4 kali per menit, sedangkan pada kelompok II didapatkan 79,4 SD 7,8 kali per menit, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,364 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok.

4.8. Perbandingan parameter hemodinamik saat ekstubasi

Pada saat ekstubasi dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik, diatolik, MAP, dan laju nadi dan didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.8. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi saat ekstubasi. Saat ekstubasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Sistolik 130,1 SD 6,5 136,8 SD 12,3 0,006 Diastolik 81,4 SD 5,7 82,7 SD 6,4 0,388 MAP 97,64 SD 4,83 100,72 SD 6,74 0,031 Laju nadi 92,3 SD 8,1 94,6 SD 8,2 0,245 Uji T independent Pada saat ekstubasi tekanan darah sistolik pada kelompok I didapatkan 130,1 SD 6,5 mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 136,8 SD 12,3 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan hasil berbeda secara bermakna dengan p = 0,006. Tekanan darah diastolik pada kelompok I didapatkan 81,4 SD 5,7mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 82,7 Universitas Sumatera Utara SD 6,4mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,388 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Demikian juga dengan MAP pada kelompok I didapatkan 97,64 SD 4,83mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 100,72 SD 6,74mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,031, dianggap berbeda secara bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I didapatkan laju nadi 92,3 SD 8,1kali per menit, sedangkan pada kelompok II didapatkan 94,6 SD 8,2 kali per menit, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,245 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok.

4.9. Perbandingan parameter hemodinamik saat 2 menit setelah ekstubasi

Pada dua menit setelah ekstubasi, dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik, MAP dan laju nadi, dan didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.9. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi 2 menit setelah ekstubasi. 2 menit setelah ekstubasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Sistolik 124,8 SD 7,1 130,4 SD 11,1 0,014 Diastolik 79,1 SD 5,3 80,9 SD 5,9 0,164 MAP 94,30 SD 4,87 97,43 SD 6,00 0,019 Laju nadi 87,3 SD 7,9 90,6 SD 7,9 0,091 Uji T independent Pada dua menit setelah ekstubasi tekanan darah sistolik pada kelompok I didapatkan 124,8 SD 7,1mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 130,4 SD 11,1mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan Universitas Sumatera Utara hasil berbeda secara bermakna dengan p = 0,014. Tekanan darah diastolik pada kelompok I didapatkan 79,1 SD 5,3mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 80,9 SD 5,9mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,164 dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok. Demikian juga dengan MAP pada kelompok I didapatkan 94,30 SD 4,87mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 97,43 SD 6,00mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan 0,019, dianggap berbeda secara bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I didapatkan laju nadi 87,3 SD 7,9kali per menit, sedangkan pada kelompok II didapatkan 90,6 SD 7,9kali per menit, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,091dianggap berbeda tidak bermakna pada kedua kelompok.

4.10. Perbandingan parameter hemodinamik 4 menit setelah ekstubasi

Pada 4 menit setelah ekstubasi dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik, MAP dan laju nadi, dan didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.10. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi 4 menit setelah ekstubasi. 4 menit setelah ekstubasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Sistolik 121,3 SD 7,2 125,5 SD 9,0 0,034 Diastolik 76,5 SD 6,0 79,4 SD 4,8 0,032 MAP 91,47 SD 5,65 94,78 SD 4,38 0,008 Laju nadi 85,3 SD 6,6 88,1 SD 7,3 0,103 Uji T independent Universitas Sumatera Utara Pada kelompok I didapatkan tekanan darah sistolik 121,3 SD 7,2mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 125,5 SD 9,0mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan hasil kedua kelompok berbeda secara bermakna dengan p = 0,034. Tekanan diastolik pada kelompok I didapatkan 76,5 SD 6,0 mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 79,4 SD 4,8 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,032 dimana kedua kelompok juga berbeda secara bermakna. Pada penghitungan MAP kelompok I didapatkan 91,47 SD 5,65 mmHg dan pada kelompok II didapatkan 94,78 SD 4,38 mmHg, setelah dilakukan analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,008 dianggap berbeda secara bermakna pada kedua kelompok. Namun pada pengukuran laju nadi pada kelompok I didapatkan 85,3 SD 6,6 kali per menit dan pada kelompok II didapatkan 88,1 SD 7,3, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,103 kedua kelompok dianggap berbeda tidak bermakna.

4.11. Perbandingan parameter hemodinamik 8 menit setelah ekstubasi

Pada saat delapan menit setelah ekstubasi dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik, MAP dan laju nadi, dan didapatkan hasil sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi 8 menit setelah ekstubasi. 8 menit setelah ekstubasi Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Sistolik 119,4 SD 7,4 121,5 SD 7,9 0,251 Diastolik 75,2 SD 5,9 77,9 SD 5,2 0,051 MAP 89,95 SD 5,71 92,41 SD 4,41 0,048 Laju nadi 83,2 SD 6,0 83,3 SD 6,8 0,956 Uji T independent Pada kelompok I didapatkan tekanan darah sistolik 119,4 SD 7,4mmHg sedangkan pada kelompok II didapatkan 121,5 SD 7,9, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,251 dianggap berbeda tidak bermakna. Pada tekanan darah diastolik pada kelompok I didapatkan 75,2 SD 5,9mmHg, sedangkan pada kelompok II didapatkan 77,9 SD 5,2mmHg, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,051 juga dianggap berbeda tidak bermakna. Namun pada penghitungan MAP pada kelompok I didapatkan 89,95 SD 5,71mmHg, pada kelompok II didapatkan 92,41 SD 4,41mmHg, analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,048 berbeda secara bermakna antar dua kelompok. Namun pada pengukuran laju nadi pada kelompok I didapatkan 83,2 SD 6,0 kali per menit dan pada kelompok II didapatkan 83,3 SD 6,8 kali per menit, analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,956 dianggap berbeda tidak bermakna. Universitas Sumatera Utara

4.12. Perbandingan peningkatan hemodinamik saat ekstubasi dari jahit kulit baseline

Kemudian peneliti mencoba untuk mengukur kenaikan atau selisih dari MAP dan laju nadi, dengan pengukuran MAP dan laju nadi saat jahit kulit sebagai baseline kemudian dibandingkan dengan saat ekstubasi, saat 2 menit setelah ekstubasi, saat 4 menit setelah ekstubasi, dan 8 menit setelah ekstubasi. Selisih atau kenaikan MAP dan laju nadi saat ekstubasi dibandingkan saat jahit kulit baseline didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.12. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit ke saat ekstubasi Ekstubasi – baseline Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Kenaikan MAP 7,11 SD 4,60 11,98 SD 10,42 0,015 Kenaikan laju nadi 11,3 SD 5,8 15,3 SD 8,8 0,03 Uji T independent Kenaikan MAP dari baseline ke saat ekstubasi didapatkan 7,11 SD 4,60 pada kelompok I, dan pada kelompok II didapatkan 11,98 SD 10,42, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,015, kedua kelompok dianggap berbeda secara bermakna . Juga kenaikan laju nadi dari baseline ke saat ekstubasi didapatkan 11,3 SD 5,8, dan pada kelompok II didapatkan 15,3 SD 8,8, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,03, kedua kelompok berbeda secara bermakna. Universitas Sumatera Utara

4.13. Perbandingan peningkatan hemodinamik saat 2 menit paska ekstubasi dibanding baseline

Setelah dihitung selisih atau kenaikan MAP dan laju nadi dari baseline ke saat 2 menit setelah ekstubasi didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.13. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit ke saat 2 menit setelah ekstubasi 2 menit setelah ekstubasi – baseline Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Kenaikan MAP 3,77 SD 5,00 8,69 SD 10,63 0,017 Kenaikan laju nadi 6,3 SD 4,9 11,2 SD 9,6 0,010 Uji T independent Kenaikan MAP dari baseline ke saat 2 menit setelah ekstubasi didapatkan 3,77 SD 5,00 pada kelompok I, dan pada kelompok II didapatkan 8,69 SD 10,63, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,017, kedua kelompok dianggap berbeda secara bermakna . Juga kenaikan laju nadi dari baseline ke saat 2 menit setelah ekstubasi didapatkan 6,3 SD 4,9 dan pada kelompok II didapatkan 11,2 SD 9,6, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,010, kedua kelompok berbeda secara bermakna. 4.14. Perbandingan peningkatan hemodinamik saat 4 menit paska ekstubasi dibanding baseline Setelah dihitung selisih atau kenaikan MAP dan laju nadi dari baseline ke saat 4 menit setelah ekstubasi didapatkan hasil sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit ke saat 4 menit setelah ekstubasi 4 menit setelah ekstubasi - baseline Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Kenaikan MAP 0,94 SD 5,00 6,04 SD 9,44 0,007 Kenaikan laju nadi 4,3 SD 4,9 8,7 SD 9,8 0,021 Uji T independent Kenaikan MAP dari baseline ke saat 4 menit setelah ekstubasi didapatkan 0,94 SD 5,00 pada kelompok I, dan pada kelompok II didapatkan 6,04 SD 9,44, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,007, kedua kelompok dianggap berbeda secara bermakna. Juga kenaikan laju nadi dari baseline ke saat 4 menit setelah ekstubasi didapatkan 4,3 SD 4,9 dan pada kelompok II didapatkan 8,7 SD 9,8 setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,021, kedua kelompok berbeda secara bermakna. Universitas Sumatera Utara

4.15. Perbandingan peningkatan hemodinamik saat 8 menit paska ekstubasi dibanding baseline

Setelah dihitung selisih atau kenaikan MAP dan laju nadi dari baseline ke saat 8 menit setelah ekstubasi didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.15. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit ke saat 8 menit setelah ekstubasi 8 menit setelah ekstubasi - baseline Kelompok I n=35 Kelompok II n=35 p Kenaikan MAP -0,57 SD 5,47 3,67 SD 9,38 0,025 Kenaikan laju nadi 2,2 SD 4,2 3,9 SD 9,3 0,318 Uji T independent Kenaikan MAP dari baseline ke saat 8 menit setelah ekstubasi didapatkan -0,57 SD 5,47 pada kelompok I, dan pada kelompok II didapatkan 3,67 SD 9,38, setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,025, kedua kelompok dianggap berbeda secara bermakna. Namun kenaikan laju nadi dari baseline ke saat 8 menit setelah ekstubasi didapatkan 2,2 SD 4,2 dan pada kelompok II didapatkan 3,9 SD 9,3 setelah analisa dengan uji T independent didapatkan p = 0,318, kedua kelompok berbeda secara tidak bermakna. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl 2 μg/kgBB + Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB dengan Fentanyl 2 μg/kgBB + Lidokain 1,5 mg/kgBB

4 105 105

Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

3 86 89

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 Mg Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 Mg Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 74 97

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 MG Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 MG Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 46 97

Perbandingan Efek Inflasi Cuff Dengan Lidokain HCl 2% 6 CC + Natrium Bikarbonat 7,5% 0,6 CC Dengan Lidokain HCl 1,5 Mg/Kg BB Intravena Terhadap Kejadian Batuk Dan Hemodinamik Sebelum Dan Sesudah Ekstubasi Pada Anestesia Umum

0 40 96

Perbandingan Pengaruh Pemberian Fentanil 1 µg/kgBB Dengan Lidokain 2% 1 mg/kgBB Intravena Terhadap Respon Hemodinamik Pada Tindakan Ekstubasi

3 85 94

Perbandingan Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl 2 μg/kgBB + Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB dengan Fentanyl 2 μg/kgBB + Lidokain 1,5 mg/kgBB

1 0 11

Perbandingan Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl 2 μg/kgBB + Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB dengan Fentanyl 2 μg/kgBB + Lidokain 1,5 mg/kgBB

1 0 5

Perbandingan Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi pada Pemberian Intravena Fentanyl 2 μg/kgBB + Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB dengan Fentanyl 2 μg/kgBB + Lidokain 1,5 mg/kgBB

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propofol - Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

0 0 25