Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di wilayah Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat

(1)

Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di Wilayah

Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat

Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012

SKRIPSI

Oleh

ANITA RISNAWATI SIREGAR NIM : 111121067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur kepada ALLAH SWT atas berkah dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul ”Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di wilayah Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat“ dapat diselesaikan yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan yang dihadapi penulis, namun karena Rahmat Allah serta bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan tersebut. Berkenaan dengan hal itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Bapak dr Dedi Ardinata M.Kes, Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibu Luftiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta saran kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS dan Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS sebagai dosen penguji.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak kepala Dinas Kesehtan Madina yang telah memberikan ijin untuk penelitian ini dan dr Fransiska selaku kepala Puskesmas Longat, teman-teman semuanya di puskesmas Longat yang


(4)

telah membantu dan meluangkan waktu menemani penulis dalam mengambil data dan melakukan penelitian.

Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Rustam Siregar dan Ibunda Afrida Hanum Lubis atas segala do´a dan motivasinya. Terimakasih juga buat saudara-saudariku tercinta Seri Lestari Siregar S.Pd, Ariyanto Pane, Gemala Rizki Siregar S.Pd, dr Cinta Rismaito Siregar, Henti Puteri Siregar S.Pd, Syawalina Fithri Siregar S.Kep, Ns, Rosni Siregar A.Mf dan Rahmad Fauzi Siregar serta keponakanku tercinta Rayhana Zema Oan Pane.

Terimakasih juga buat teman-teman seperjuangan di S1 Keperawatan jalur B tahun 2011 yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus maju serta teman-temanku dimanapun berada yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan keperawatan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Pebruari 2013


(5)

DAFTAR ISI

Halaman judul

Lembar Pengesahan ...…... ...ii

Abstrak ... ...iii

Prakata ……….... iv

Daftar Isi... ...vi

Daftar Skema...ix

Daftar Tabel...x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... …...1

2. Rumusan Masalah ... …...5

3. Tujuan Penelitian ... …...5

4. Manfaat Penelitian ... …...6

4.1. Bagi Institusi Pendidikan ... …...6

4.2. Bagi Praktek Keperawatan ... …...6

4.3. Bagi Puskesmas……… 6

4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya………... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Malaria ... ...7

1.1 Defenisi Malaria ... ...7

1.2 Etiologi Malaria ... ...7

1.3 Gambaran Klinis Malaria. ... ...9

1.4 Cara Penularan Malaria ... ... 10

1.5 Manifestasi Umum Malaria ... ...11

1.6 Diagnosis Malaria ... ... 12

1.7 Pengobatan Malaria ... ...14

1.8 Komplikasi ... ...15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... ... 16

2.1 Faktor Parasit ... ... 16


(6)

2.3 Faktor Nyamuk ... ... 18

2.4 Faktor Lingkungan ... ... 19

2.4.1. Lingkungan Fisik……….. ...19

2.4.2 Lingkungan Biologik………... ... 21

2.4.3 Lingkungan Sosial Budaya………... ...22

3. Pencegahan Malaria ... … 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... .. .26

2. Defenisi Operasional ... ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian………..………..29

2. Populasi dan Sampel Penelitian ……….29

2.1Populasi Penelitian………. 29

2.2Sampel Penelitian……… ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 31

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... ... 31

5. Instrumen Penelitian ... ... 32

5.1 Kuesioner Data Demografi ……..………..……….32

5.2 Kuesioner Faktor – Faktor yang mempengaruhi………… 33

6. Uji Validitas dan Realibilitas ... ... 33

7. Pengumpulan Data ... ... 33

8. Analisa Data ... ... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian……….36

1.1 Data Demografi Responden………...36

1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat terhadap kejadian penyakit malaria dikelurahan Longat………...38

1.2.1 Faktor Manusia………...38

1.2.2 Faktor Lingkungan………...38

2. Pembahasan……… ….39

2.1 Faktor Manusia………...39


(7)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan………...53

2. Saran……….54

2.1 Saran untuk Pendidikan Keperawatan………...54

2.2 Saran untuk Puskesmas………...54

2.3 Saran untuk Masyarakat………...54

2.4 Saran untuk Peneliti Selanjutnya………54

DAFTAR PUSTAKA………..55

Lampiran 1. Lembar persetujuan menjadi responden penelitian………58

2. Instrumen penelitian………...59

3. Hasil analisa SPSS versi 18.00...………62

4. Hasil Reliabelitas faktor manusia dan faktor lingkungan………..65

5. Jadwal defenitif Penelitian……….67

6. Biaya Penelitian……….68

7. Surat Izin Penelitian………...69


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Kelurahan Longat (n=85)……….. …...37 Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor manusia di Kelurahan Longat (n=85)……….. …...38 Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor


(10)

Judul : Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di wilayah

Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat Nama : Anita Risnawati Siregar

Nim : 111121067

Program Studi : S1 Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles ditandai dengan gejala “Trias Malaria”(malaria Proxsym) yaitu demam, menggigil dan berkeringat. Mandailing Natal merupakan daerah endemis malaria dengan angka kejadian tahun 2011 terdapat 17.727 malaria klinis dari jumlah penduduk 424.683 dan positif diperiksa dengan konfirmasi laboratorium dan RDT adalah 2592 kasus dari 3710 slide darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat. Variabel yang diteliti adalah faktor manusia dan faktor lingkungan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan teknik simple random sampling (acak) dengan sampel 85 responden. Hasil penelitian pengetahuan masyarakat tentang faktor manusia yang dapat mempengaruhi penyakit malaria bernilai baik sebanyak 18 responden (21,2%), cukup sebanyak 66 orang (77,6%) dan kurang sebanyak 1 orang (1,2%). Sedangkan pengetahuan masyarakat pada faktor lingkungan, masyarakat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (24,7%), cukup sebanyak 62 responden (72,9%) dan kurang sebanyak 2 orang (2,4%). Rekomendasi kepada pemerintah madina agar lebih menggalakkan menjaga kebersihan lingkungan dan mensosialisasikan penyakit malaria pada masyarakat pendatang.


(11)

Title : Community Knowledge About Factors Affect the incidence Of Malaria in the region Longat Health Center District West

Panyabungan

Name : Anita Risnawati Siregar Nim : 111121067

Study Program: Nursing S1 Year : 2013

ABSTRACT

Malaria is a disease caused by Plasmodium and transmitted by the anopheles mosquito species is characterized by symptoms of "Trias Malaria" (malaria Proxsym) include fever, chills and sweating. Mandailing Natal is a malaria endemic area with the incidence of malaria by 2011 there were 17,727 clinical population of 424,683 and positively checked with laboratory confirmation and RDT is 2592 out of 3710 cases of blood slides. The purpose of this study was to determine people's knowledge about the factors that affect malaria in the health center Longat. The variables studied were the human factors and environmental factors. This type of research uses descriptive research, a simple random sampling technique (random) with a sample of 85 respondents. The results of public knowledge about human factors that can influence malaria is well worth a total of 18 respondents (21.2%), just as many as 66 people (77.6%) and less by 1 person (1.2%). While knowledge of the community on environmental factors, people who have a good knowledge of as many as 21 respondents (24.7%), just as many as 62 respondents (72.9%) and less by 2 people (2.4%). Recommendations to the government in order to encourage more madina keeping the environment clean and socialize malaria in immigrant communities.


(12)

Judul : Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di wilayah

Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat Nama : Anita Risnawati Siregar

Nim : 111121067

Program Studi : S1 Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles ditandai dengan gejala “Trias Malaria”(malaria Proxsym) yaitu demam, menggigil dan berkeringat. Mandailing Natal merupakan daerah endemis malaria dengan angka kejadian tahun 2011 terdapat 17.727 malaria klinis dari jumlah penduduk 424.683 dan positif diperiksa dengan konfirmasi laboratorium dan RDT adalah 2592 kasus dari 3710 slide darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat. Variabel yang diteliti adalah faktor manusia dan faktor lingkungan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan teknik simple random sampling (acak) dengan sampel 85 responden. Hasil penelitian pengetahuan masyarakat tentang faktor manusia yang dapat mempengaruhi penyakit malaria bernilai baik sebanyak 18 responden (21,2%), cukup sebanyak 66 orang (77,6%) dan kurang sebanyak 1 orang (1,2%). Sedangkan pengetahuan masyarakat pada faktor lingkungan, masyarakat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (24,7%), cukup sebanyak 62 responden (72,9%) dan kurang sebanyak 2 orang (2,4%). Rekomendasi kepada pemerintah madina agar lebih menggalakkan menjaga kebersihan lingkungan dan mensosialisasikan penyakit malaria pada masyarakat pendatang.


(13)

Title : Community Knowledge About Factors Affect the incidence Of Malaria in the region Longat Health Center District West

Panyabungan

Name : Anita Risnawati Siregar Nim : 111121067

Study Program: Nursing S1 Year : 2013

ABSTRACT

Malaria is a disease caused by Plasmodium and transmitted by the anopheles mosquito species is characterized by symptoms of "Trias Malaria" (malaria Proxsym) include fever, chills and sweating. Mandailing Natal is a malaria endemic area with the incidence of malaria by 2011 there were 17,727 clinical population of 424,683 and positively checked with laboratory confirmation and RDT is 2592 out of 3710 cases of blood slides. The purpose of this study was to determine people's knowledge about the factors that affect malaria in the health center Longat. The variables studied were the human factors and environmental factors. This type of research uses descriptive research, a simple random sampling technique (random) with a sample of 85 respondents. The results of public knowledge about human factors that can influence malaria is well worth a total of 18 respondents (21.2%), just as many as 66 people (77.6%) and less by 1 person (1.2%). While knowledge of the community on environmental factors, people who have a good knowledge of as many as 21 respondents (24.7%), just as many as 62 respondents (72.9%) and less by 2 people (2.4%). Recommendations to the government in order to encourage more madina keeping the environment clean and socialize malaria in immigrant communities.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60° lintang utara dan 40° lintang selatan, meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis. Penduduk dunia yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 % dari penduduk dunia saat ini. Setiap tahun kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Berdasarkan data-data epidemiologi WHO diperkirakan 56 % dari penduduk dunia hidup, malaria masih merupakan problema kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Di Indonesia penyakit malaria umumnya tersebar di seluruh kepulauan, terutama di kawasan timur Indonesia. Namun di kawasan barat Indonesia juga ditemukan kasus malaria yang tinggi (Harijanto,2010 ).

Di Indonesia, penyakit malaria masih endemis di beberapa wilayah. Umumnya di daerah malaria yaitu daerah-daerah terpencil yang sebagian penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Dari 200 lebih kabupaten /kota yang ada di Indonesia, sebanyak 167 kabupaten / kota merupakan wilayah endemis malaria. Daerah dengan kasus malaria tinggi dilaporkan terbanyak di kawasan Indonesia, antara lain di Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara. Dikawasan


(15)

lainnya yang dilaporkan angka malaria masih cukup tinggi adalah di propinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Riau

( Harijanto,2010).

Di Sumatera Utara populasi yang beresiko malaria 8.872.054 jiwa dengan klinis malaria 108.895 jiwa dan yang positif diperiksa sebanyak 5.377 jiwa. Angka kesakitan malaria sejak lima tahun terakhir sudah menunjukkan tingkat penurunan yang cukup berarti. Seperti kabupaten Mandailing Natal, menempati urutan ke-3 dalam kejadian malaria terlihat dari angka Annual Parasite Incidence (API) dari 0,87 ‰ pada tahun 2010 turun menjadi 0,68 ‰ pada tahun 2011, dan angka Annual Malaria Incidence (AMI) terdapat 41,74 ‰ pada tahun 2011 artinya terdapat 17.727 malaria klinis dari jumlah penduduk 424.683 dan yang positif diperiksa dengan konfirmasi laboratorium dan RDT adalah 2592 kasus dari 3710 slide dmarah. Namun demikian hal itu tidak disertai dengan penurunan jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB). Malaria, sebaliknya malah terjadi peningkatan di beberapa daerah (Dinkes Madina, 2011).

Peningkatan insidens malaria dan KLB di beberapa daerah diakibatkan adanya perubahan lingkungan dan pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan serta tingginya mobilitas penduduk yang masuk dari daerah non endemis malaria ke daerah endemis malaria atau sebaliknya. Selama tahun 2003-2008 kejadian luar biasa malaria terjadi di 15 propinsi meliputi 30 kabupaten di 93 desa dengan jumlah penderita hampir 20.000 orang dengan 389 kematian. Terjadinya peningkatan kasus malaria cenderung mengarah


(16)

keterjadinya KLB di beberapa daerah, salah satu penyebabnya karena pemantauan dan analisa data malaria yang masih lemah di semua jenjang, sehingga tindakan yang dilaksanakan sering tidak memberikan hasil yang optimal (Harijanto, 2010).

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat malaria dilakukan melalui program pemberantasan malaria, yang meliputi diagnosa dini dan pengobatan tepat, serta pemantauan, pencegahan dan penanggulangan KLB malaria secara dini. Hal ini menuntut petugas kesehatan untuk terus meningkatkan pemahaman dan ketrampilannya dalam penyelenggaraan Sistem Kewaspadaaan Dini (SKD) dengan baik sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Untuk mendukung upaya-upaya tersebut perlu dibuat sebuah pedoman penemuan penderita yang membantu petugas kesehatan dalam melakukan upaya diagnosa dini dan SKD malaria. Dalam upaya pencegahan penyakit malaria, telah dilaksanakan beberapa program diantaranya penyuluhan, penyemprotan rumah (Indoor Residual Spraying), larvaciding, pengobatan massal, pengobatan radikal, skrining ibu hamil dan kelambunisasi (Dinkes Prov.SU,2010).

Daerah Mandailing Natal memiliki 13 kecamatan yang merupakan daerah endemis malaria. Salah satu kecamatan yang dinyatakan sebagai daerah endemis malaria adalah kecamatan Panyabungan Barat dimana hampir setiap bulannya dapat ditemui kasus malaria , baik kasus baru ataupun kasus lama yang terulang kembali. Di kecamatan Panyabungan Barat , dari hasil survey wawancara dan data di Puskesmas Longat pada tahun 2011 terdapat malaria klinis sebanyak


(17)

306 atau tanpa pemeriksaan laboratorium dan 170 dengan pemeriksaan Rapid diagnostic test (RDT), sedangkan yang positif diperiksa adalah 53 orang dari 149 slide darah yang diambil dan dari hasil tersebut pengetahuan masyarakat mengenai penyakit malaria masih sangat minim dan sikap masyarakat bila demam langsung makan obat tanpa pemeriksaan laboratorium atau RDT (Rapid diagnostic test) sudah biasa terjadi dan ini menyebabkan malaria klinis masih tinggi. Hal ini wajar karena masyarakat sudah terbiasa mengalami penyakit malaria dari anak-anak hingga orangtua. Gejala penyakit malaria di Mandailing Natal sudah berkembang misalnya anak-anak kalau mencret tapi tidak demam langsung diberikan obat malaria. Padahal dengan pemeriksaan belum tentu anak tersebut menderita malaria, mungkin saja memang mencret karena makanan yang dimakan kurang bersih. Dengan tindakan masyarakat yang langsung makan obat malaria tersebut,hal ini akan menyebabkan resistensi obat malaria terhadap masyarakat. Banyaknya dijumpai obat malaria yang dijual secara bebas juga merupakan salah satu kendala dalam memberantas penyakit malaria (Dinkes Madina, 2011).

Penyakit malaria di daerah Mandailing Natal merupakan penyakit yang cukup tinggi prevalensinya setiap bulan dari laporan sepuluh penyakit yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dari puskesmas daerah endemis malaria dan pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di kecamatan Panyabungan Barat adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan penyakit malaria merupakan salah satu sebab tingginya kejadian malaria disana, kebiasaan


(18)

masyarakat yang keluar malam (begadang) duduk-duduk di kedai kopi, lingkungan rumah yang kurang bersih dan banyaknya kolam –kolam ikan yang tidak dipakai lagi sehingga banyak nyamuk bersarang dan juga banyak tambang liar yang dibuka oleh masyarakat dan dibiarkan begitu saja tanpa ada pengawasan dari pemerintah setempat. Hal ini menyebabkan pemberantasan penyakit malaria semakin sulit karena bekas tambang tersebut akan menjadi sarang nyamuk dan banyaknya masyarakat yang keluar masuk ke daerah Mandailing Natal sehingga penyakit malaria tidak dapat diberantas secara tuntas (Dinkes Madina , 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengetahuan masyarakat tentang faktor– faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas dapat di identifikasi masalah sebagai berikut : pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyakit malaria masih tetap ada di wilayah kerja puskesmas Longat kecamatan Panyabungan Barat.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat kecamatan Panyabungan Barat.


(19)

4. Manfaat Penelitian

4.1 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan mengenai pengetahuan masyarakat tentang faktor–faktor yang mempengaruhi penyakit malaria dan cara penanganan penyakit malaria.

4.2 Praktek Keperawatan ( Pelayanan Kesehatan )

Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan khususnya dalam penanganan kasus malaria .

4.3.1 Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam penanganan kasus penyakit malaria di Kabupaten Mandailing Natal khususnya wilayah puskesmas Longat kecamatan Panyabungan barat.

4.4 Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya dalam meneliti penyakit malaria dan tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan yang muncul ketika seseorang menggunakan pikirannya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Herawani (2001 dalam Notoatmodjo, 2007), ada enam faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, informasi dan media, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Namun pendidikan yang rendah juga belum tentu pengetahuannya rendah pula karena pengetahuan juga bisa didapatkan dilingkungan non formal. Informasi yang didapat dilingkungan formal atau di lingkungan non formal dapat meningkatkan pengetahuan. Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa memikirkan terlebih dahulu benar apa salah tindakannya akan menambah pengetahuan seseorang. Status ekonomi juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk menambah pengetahuan. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada


(21)

disekitar kita, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang direspon sebagai pengetahuan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran dengan cara mengulang kembali tindakan yang pernah dilakukan sebelumnnya. Usia juga mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sprozoa genus plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Penyakit ini ditandai dengan demam yang sering berkala (priodik) dengan berbagai derajat, kurang darah (anemia), limpa membesar, serta dengan berbagai kelompok gejala (sindroma) karena gangguan pada hati, otak dan ginjal ( Yatim, 2000).

Menurut P.N. Harijanto (2010) Malaria adalah infeksi yang disebabkan parasit malaria, suatu protozoa darah yang termasuk dalam phylum Apicomplexa, sub ordo Haemosporidiidae, family Plasmodiidae , genus Plasmodium.

Malaria menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.


(22)

2.1 Etiologi malaria

Menurut P.N.Harijanto, dkk (2010), Berat –ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Dikenal 5 jenis plasmodium (P) , yang dapat menginfeksi manusia secara alami, yaitu :

a. P. Vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana / vivaks ( demam tiap hari ke-3 )

b. P. Falcifarum, menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai

perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika / falcifarum (demam tiap 24 – 48 jam)

c. P. Malariae, jarang dan dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan

menyebabkan malaria quartana / malariae ( demam tiap hari ke -4 )

d. P.Ovale, dijumpai di daerah Afrika dan Pasifik Barat. Di Indonesia dijumpai di Irian dan Nusa Tenggara,memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

e. P. Knowlesi, dilaporkan pertama kali pada tahun 2004, di Serawak, Malaysia. Juga di temukan di Singapura, Thailand, Myanmar serta Filipina. Bentuk plasmodium menyerupai P.malariae sehingga sering dilaporkan sebagai malaria malariae.

Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya paling banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yakni campuran antara plasmodium


(23)

falcifarum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang –kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penularan tinggi. Angka kematian karena penyakit malaria diperkirakan sekitar 1 juta setahunnya, terutama penderita berusia anak- anak. Malaria menyerang daerah pedesaan dimana fasilitas kesehatan kurang memadai dan transportasi masih sukar.

2.2 Gambaran klinis

Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis malaria. Masa inkubasi biasanya 10 -14 hari dengan variasi 9-30 hari. Yang klasik pada malaria adalah timbul demam yang sering berkala (priodik) disertai salit kepala, mual, muntah. Selain itu, badan tersa capai, nyeri otot –otot dan diare. Gejala dan keluhan ini bisa membingungkan dengan penyakit flu dan penyakit gastroenteritis. Gejala klinis dipengaruhi oleh strain plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadi infeksi sampai timbul gejala klinis dikenal sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut priode prepaten. Gejala tersebut juga dipengaruhi oleh endemisitas tempat infeksi (berhubungan dengan imunitas) dan pengaruh pemberian obat profilaksis atau pengobatan yang tidak adekuat.

Penderita malaria secara umum diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi klinik dan parasitologik. Klasifikasi klinik didasarkan pada ada atau tidak adanya komplikasi dan keadaan umum penderita. Gejala P. falcifarum umumnya lebih


(24)

berat dan lebih akut dibandingkan jenis lain, sedangkan gejala P. malariae, P.ovale, P.vivak paling ringan. Akhir – akhir ini dilaporkan adanya infeksi plasmodium knowlesi yang menginfeksi malaria secara alamiah.

2.3 Cara Penularan

Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sprozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sprozoit adalah bentuk inefektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu ; 1) secara alami (natural infection) melalui vector (gigitan nyamuk anopheles), bila sprozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk dan 2) secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya dengan tranfusi darah, suntikan atau secara kongenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta), atau secara sengaja untuk pengobatan berbagai penyakit (sebelum perang dunia II), demam yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit, seperti lues dan sindrom nefrotik dan penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara (P. relection) dan monyet (P. Knowlesi) yang akhir – akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia. Pada umumya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.


(25)

Golongan yang beresiko tertular malaria antara lain :

a. Ibu hamil

b. Pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap c. Pengungsi

d. Pekerja yang bekerja di tempat endemis malaria

2.4 Manifestasi Umum

2.4.1 Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada masing –masing plasmodium. Pada P. vivax multinucleatum sering dijumpai di Cina tengah mempunyai masa inkubasi yang lebih panjang 312 -323 hari dan sering relaps setelah infeksi primer. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sprozoid. Penularan melalui suntikan sub kutan memberikan masa inkubasi lebih panjang dibandingkan intra muskuler, dan suntikan intra vena masa inkubasi paling pendek. Pada strain dari daerah dingin inkubasi lebih panjang. Inkubasi terpendek pernah dilaporkan, yaitu 3 hari.

2.4.2 Keluhan –keluhan prodmoral

Keluhan prodmoral dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa ; kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, nyeri pada tulang / otot, anorexia, perut tak enak, diare ringan dan kadang –kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodmoral sering terjadi pada P. Vivax dan ovale, sedang pada P. Falcifarum dan malariae keluhan prodmoral tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.


(26)

2.4.3 Gejala – gejala umum

Gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria ” ( malaria Proxsym) secara berurutan :

a. Periode dingin

Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi – gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.

b. Priode Panas

Muka penderita merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40 ° C atau lebih, penderita membuka blanketnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retro – orbital, muntah– muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Priode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Priode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperature turun, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita berkeringat, akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.


(27)

2.5 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja , untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratories untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Hal ini penting oleh parasit plasmodium (terutama P. Falcifarum) dapat berkembang dengan cepat dan menimbulkan penyulit – penyulit yang berat. Secara garis besar diagnosis laboratories demam malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dengan berbagai teknik termasuk Quantitative Buffy Coat dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik terhadap plasmodium. Pada tahun terakhir ini dikembangkan sidik DNA dengan berbagai teknik mulai dari DNA lengkap (entire genome probe) sampai Polymerase Chain Reaction (PCR) yang sangat sensitive sehingga dapat mendeteksi potongan DNA parasit plasmodium.

Uji imunoserologis yang dirangcang dengan bermacam – macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Pemeriksaan mikroskopis membutuhkan syarat- syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifitas mencapai 100 %). Syaratnya adalah waktu pengambilan sampel


(28)

harus tepat yaitu pada akhir priode demam memasuki periode berkeringat, volume darah yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kafiler dengan volume 1- 1,5 mikro liter untuk sediaan darah tipis, kualitas preparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat, identifikasi spesies plasmodium yang digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

2.6 Pengobatan Malaria

Malaria masih merupakan infeksi parasitik paling penting didunia. Diperkirakan terdapat lebih dari 500 juta kasus malaria per tahun dengan 3 juta kematian.kurang lebih 40 % populasi dunia tinggal di daerah endemis malaria dan di Indonesia 35 % penduduknya tinggal di daerah yang terinfeksi malaria. Kematian karena malaria terutama disebabkan oleh infeksi plasmodium falcifarum disertai berbagai komplikasi pada anak – anak, wanita hamil dan individu non imun. Tersedianya obat antimalaria yang efektif, aman, praktis pemakaiannya, dan terjangkau secara ekonomis sangat diperlukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas malaria.

Hampir semua obat antimalaria (OAM) yang dikembangkan bekerja dengan menghambat atau mematikan bentuk aseksual parasit yang berada dalam eritrosit manusia (skizontosida darah) yang menimbulkan gejala klinis. Obat antimalaria yang efektif dan bekerja cepat diantaranya klorokuin, kina, kinidin, meflokuin, atovakon, derivate artemisin, artesunat, amodiakuin. Obat – obat lain seperti proguanil, pirimetamin, sulfonamide, sulfon, dan antibiotic yang berkhasiat sebagai OAM (tetrasiklin, doksisiklin, dan lain –lain) bekerja lambat


(29)

dan kurang efektif. Sedangkan primakuin merupakan satu –satunya obat yang dapat mengeradikasi parasit laten dalam jaringan yang menyebabkan relaps pada infeksi P. vivax dan P. ovale. WHO merekomendasikan pemberian OAM kombinasi untuk mengatasi kegagalan terapi terhadap P. falcifarum dengan monoterapi. Obat antimalaria kombinasi adalah penggunaan dua atau lebih OAM yang bersifat skizontosida darah dengan mekanisme kerja yang berbeda terhadap parasit. Tujuan penggunaan OAM kombinasi untuk meningkatkan efektifitas terapi dan mencegah atau memperlambat timbulnya resistensi terhadap obat tunggal.

Obat anti malaria kombinasi terbagi dua yaitu artemisin based combination therapy (ACT) dan non – ACT. ACT yang direkomendasikan WHO saat ini adalah artemeter + lumefantrin, artesunat + amodiakuin, artesunat + meflokuin, artesunat + sulfadoksin – pirimentamin, dan obat non ACT adalah SP + Klorokuin, SP + Amodiakuin, SP + kina, klorokuin + doksisiklin/ tetrasiklin, kina + doksisiklin / tetrasiklin, SP + doksisiklin / tetrasiklin, kina + klindamisin.

2.7 Komplikasi

Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh P. falcifarum, dengan disertai satu atau lebih kelainan di bawah ini, berdasarkan kriteria WHO tahun 1997 yaitu ;

a. Malaria serebral dengan kesadaran menurun (delirium, stupor, koma). b. Anemia berat, kadar hemoglobin < 5 gr % atau hematokrit < 15 %.


(30)

c. Dehidrasi, gangguan asam basa (asidosis metabolic) dan gangguan elektrolit.

d. Hipoglikemia ( gula darah < 40 mg %).

e. Gagal ginjal akut ( urin< 1 ml/ kgBB/ jam, kreatinin serum > 3 mg%). f. Edema paru akut.

g. Kegagalan sirkulasi atau syok (tekanan nadi <20 mmHg). h. Kecenderungan terjadi perdarahan

i. Hiperpireksia / hipertermia (suhu badan > 41 ° C) j. Hemoglobinuria atau black water fever

k. Ikterus ( kadar bilirubin darah > 3 mg%)

l. Hiperparasitemia (> 5 % eritrosit dihinggapi parasit) m. Komplikasi pada ibu hamil janin

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria bisa dari biologi parasit, vector, ekologi manusia dan lingkungan menjadi hambatan untuk menanggulangi malaria.

3.1 Faktor parasit

Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam tubuh harus ada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat – sifat spesies nyamuk


(31)

anopheles yang anthrofilik agar sporogoni dimungkinkan dan menghasilkan sprozoid yang infektif.

3.2 Faktor manusia

Secara umum pada dasarnya orang dapat terkena malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibanding laki –laki, namun kehamilan menambah resiko malaria.

Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain berat badan lahir rendah, abortus, partus prematur, kematian janin intra uterin. Faktor –faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa factor genetik bersifat protektif terhadap malaria ialah golongan darah Duffi negative, Haemoglobin S yang menyebabkan sincle cell anemia, Thalasemia (alfa dan beta), hemoglobinopati lainnya (hbF dan hb E), defisiensi G-6-PD dan Ovalositosis (Harijanto,2010).

Sebagian manusia kurang memahami cara pencegahan penyakit malaria. Pencegahan malaria yang utama adalah melindungi diri untuk menghindari kontak dengan nyamuk, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya,


(32)

memasang kawat kasa pada ventilasi rumah agar nyamuk tidak masuk, memakai pakaian lengan panjang pada saat tidur, mengurangi aktivitas diluar rumah waktu malam hari, menjauhkan kandang hewan peliharaan dari rumah dan makan makanan yang bergizi untuk menjaga kekebalan tubuh serta jangan makan obat malaria sembarangan bila belum diperiksa.

3.3Faktor Nyamuk

Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sprozoit dan dapat menularkan malaria. Di setiap daerah diman terjadi tranmisi malaria biasanya hanya ada satu atau paling banyak 3 spesies anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies anopheles yang menjadi vektor malaria. Penyebarannya di berbagai daerah. Nyamuk anopheles terutama hidup di daerah tropik dan sub tropik, namun bisa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Afrika. Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 2000 – 2500 m. Sebagian besar nyamuk anopheles ditemukan di dataran rendah.

Efektivitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal –hal sebagai berikut :

a. Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia

b. Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia c. Frekuensi menghisap darah 9 tergantung suhu )

d. Lamanya sprogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga


(33)

e. Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sprogoni dan menginfeksi

Nyamuk anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda –beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istirahat nyamuk anopheles dapat dikelompokkan ;

a. Endofili : Suka tinggal dalam rumah / bangunan b. Eksofili : Suka tinggal diluar rumah

c. Endofagi ; Menggigit dalam rumah / bangunan

d. Eksofagi ; Menggigit diluar rumah / bangunan e. Antropofili ; Suka menggigit manusia

f. Zoofili : Suka menggigit binatang

Jarak terbang nyamuk anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk anopheles bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk anopheles dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria ke daerah non endemik.

3.4Faktor Lingkungan

3.4.1 Lingkungan fisik

Faktor geografi dan metereologi di Indonesia sangat menguntungkan tranmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies. Pada suhu 26,7 ° c. lingkungan fisik terdiri dari :


(34)

a. Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu optimum berkisar antara 20-30 ° C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sprogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

b. Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 % merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan nyamuk.

c. Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk anopheles.

d. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El – Nino.Di pegunungan Irian Jaya yang


(35)

dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut.

e. Angin

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan kontak antara nyamuk dan manusia.

f. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda- beda. An. Sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. hyrcanus spp dan pinctulatus lebih menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh.

g. Arus air

An. Barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. Minimus menyukai aliran air yang deras dan An. Letifer menyukai air tergenang.

h. Kadar garam

An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12 – 18 % dan tidak berkembang pada kadar garam 40% keatas. Namun di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan An. Sundaicus dalam air tawar.


(36)

3.4.2 Lingkungan Biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahkluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain – lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

3.4.3 Lingkungan Sosial Budaya

Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersipat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat unruk memberantas malaria a.l. dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, pembangunan pemukiman baru / transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (man – made malaria). Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di impor.


(37)

4 Pencegahan Malaria

Dengan semakin berkembangnya globalisasi dan kemajuan transportasi dunia saat ini, semakin banyak orang –orang bepergian ke segala penjuru dunia, baik untuk berwisata maupun untuk tugas–tugas kedinasan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana mencegah penyakit menular yang endemis di negara yang akan dikunjungi terutama di negara –negara tropis. Salah satu penyakit menular utama di daerah tropis adalah malaria. Masalah pencegahan malaria meliputi tiga hal, yaitu edukasi, kemoprofilaksis, dan upaya menghindari gigitan nyamuk. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis malaria. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria dan pencegahan malaria dengan kemoprofilaksis serta pencegahan gigitan nyamuk, pengetahuan tentang upaya untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk seperti membuat drainase yang efektif, dan singkirkan tempat pembiakan nyamuk terutama rawa atau tempat air tergenang.

Upaya paling efektif mencegah malaria adalah menghindari gigitan nyamuk anopheles berupa proteksi pribadi dan modifikasi lingkungan. Proteksi diri dengan menggunakan insektisida dan repellent, gunakan gaun lengan panjang dan celana panjang. Modifikasi prilaku berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai senja sampai subuh disaat nyamuk anopheles umumnya menggigit,


(38)

menyemprot ruang keluarga atau tempat tidur dengan insektisida/obat nyamuk cair dan memakai kelambu sewaktu tidur ( Harijanto, 2010).

Menurut Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, kegiatan pemberantasan penanggulangan penyakit malaria sebagai berikut :

a. Penemuan Kasus (Penderita)

Penemuan penderita dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama; aktif atau Active Case Detection (ACD) untuk penderita malaria klinis dengan mengambil sampel darah dan memberikan pengobatan. Kedua; pasif atau Passive Case Detection (PCD) yang dilakukan oleh semua puskesmas atau Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).

b. Pengendalian Vektor

Pemberantasan vektor malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan; Rationale, Effective, Efficient, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat dengan REESA (Depkes RI, 1999).

c. Program Kuratif

Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi kesakitan, menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah komplikasi dan relaps, dan mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu upaya pengobatan mempunyai peranan penting yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seseorang yang mengidap penyakit kepada orang sehat lainnya.


(39)

Adapun jenis pengobatan malaria meliputi :

1) Pengobatan malaria klinis berdasarakan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.

2) Pengobatan radikal berdasarkan diagnosa klinis dan pemeriksaan

laboratorium.

3) Pengobatan Mass Drug Administration (MDA), pengobatan massal pada saat KLB.

4) Penatalaksanaan malaria berat di semua unit pelayanan kesehatan

5) Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga


(40)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini, kerangka konseptual yang ditampilkan

menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat kecamatan Panyabungan Barat.

Ada empat faktor yang mempengaruhi penyakit malaria yaitu faktor parasit, manusia, nyamuk dan lingkungan. Faktor manusia dan faktor lingkungan adalah hal yang diteliti dalam penelitian ini. Faktor manusia meliputi faktor – faktor yang ada dalam diri manusia itu yang tergambar dalam prilaku yang ditunjukkan masyarakat dalam menangani penyakit malaria dan hal–hal yang dilakukan masyarakat bila menderita penyakit malaria. Faktor lingkungan adalah sikap yang ditunjukkan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan cara memberantas penyakit malaria, serta mengurangi kegiatan yang tidak perlu pada malam hari diluar rumah dan bila musim hujan.


(41)

Skema 1. Kerangka konsep penelitian tentang “ Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja puskesmas Longat kecamatan Panyabungan barat.

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti Pengetahuan masyarakat

1. Defenisi Operasional

Angka kejadian penyakit malaria lebih tinggi bila musim hujan tiba. Ini bisa dilihat dari laporan Puskesmas Longat setiap bulan Tahun 2012 yang menjelaskan rata – rata jumlah pasien malaria setiap bulan adalah 8 – 10 orang pada bulan januari sampai agustus dan terjadi peningkatan pada september sampai desember sekitar 10 -15 orang per bulan karena pada bulan tersebut adalah musim penghujan (Puskesmas Longat,2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit Malaria

Lingkungan

Nyamuk Parasit Manusia Pengetahuan

Masyarakat

Baik Cukup Kurang


(42)

NO

VARIABEL DEFENISI OPERASIONAL ALAT UKUR HASIL UKUR SKALA

1. Variabel Dependent ; Faktor Manusia

Individu yang tinggal di daerah endemis malaria dan mempunyai resiko menderita malaria juga berperan dalam penyebaran penyakit malaria dari manusia yang sakit ke manusia yang sehat melalui gigitan nyamuk yang membawa parasit malaria

Menggunakan kuesioner 10 pernyataan dengan pilihan jawaban Ya Tidak untuk jawaban Ya

bernilai 1 dan untuk jawabanTidak bernilai 0 Baik = 7-10 Cukup = 4-6 Kurang= 0-3 Ordinal 2 Variabel Dependent ; Faktor lingkungan

Kondisi alam suatau daerah yang

mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas longat yang meliputi lingkungan fisik, biologic, social budaya juga suhu , kelembaban, hujan, angin, arus air, iklim dsb.

Menggunakan kuesioner 10 pernyataan dengan pilihan jawaban Ya Tidak untuk jawaban Ya

bernilai 1 dan untuk jawaban Tidak bernilai 0 Baik = 7-10 Cukup = 4-6 Kurang= 0-3 Ordinal


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengatahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat kabupaten Mandailing Natal.

1. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1Populasi Penelitian

Kelurahan Longat memiliki jumlah penduduk 9225 jiwa dan terdiri dari 559 kepala keluarga (kk). Kelurahan Longat terbagi lagi atas dua dusun yaitu dusun jae yang mempunyai 212 kepala keluarga (kk) dan dusun julu mempunyai 347 kepala keluarga (Puskesmas Longat, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah penduduk yang merupakan kepala keluarga dari masing-masing dusun.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2009). Pada penelitian ini teknik pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara ranking (acak) yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggaota populasi untuk menjadi sampel (Notoadmojo,2010). Penentuan jumlah sampel dari populasi yang berjumlah 559 dengan menggunakan rumus :


(44)

Rumus :

( )

2

1 N d

N n

+ =

N : Jumlah populasi

n : Besar sampel

d : 0,1 (ketentuan rumus)

Maka sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang dari 559 kepala keluarga (kk). Karena sampelnya dari dua dusun, maka sampelnya harus proporsional sesuai dengan populasi kedua dusun. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk dusun julu dan dusun jae adalah :

Dusun julu = 347/559 X 85 = 52,7 = 53

Dusun jae = 212/ 559 X 85 = 32,2 = 32

Jumlah = 85

Pengambilan sampel secara acak/ random dapat dilakukan dengan bilangan random dan undian. Bila pengambilan dengan undian maka setiap kk diberi nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah kk dan setiap kk mempunyai

85 = n 82 , 84 59 , 6 559 59 , 5 1 559 ) 01 , 0 ( 559 1

559 = =

+ = +

= n


(45)

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anngota sampel. Seperti contoh = 1/ 559 dengan demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil maka perlu dikembalikan lagi. Kalau tidak dikembalikan maka peluang berikutnya menjadi = 1/558. Peluang akan semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi (Sugiyono, 2007).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Longat kabupaten Mandailing Natal, di kelurahan Longat dengan alasan bahwa tempat ini merupakan salah satu kecamatan yang endemis malaria di kabupaten Mandailing Natal dan banyak pasien yang menderita malaria. Waktu penelitian ini dilaksanakan satu bulan yaitu bulan juli sampai dengan bulan agustus 2012.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Jika calon responden bersedia maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara lisan (verbal). Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data langsung.


(46)

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep untuk memperoleh data sesuai dengan hipotesis penelitian ( Notoatmodjo,2010).

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu, kuisioner data demografi responden dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat kecamatan Panyabungan Barat. Kuesioner faktor- faktor yang mempengaruhi penyakit malaria adalah faktor manusia dan faktor lingkungan.

5.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data Karekteristik responden meliputi : No responden, usia, jenis kelamin, agama, status dalam keluarga, pendidikan,pekerjaan dan status kependudukan (penduduk lama atau pendatang/ baru ).


(47)

5.2Kuesioner faktor–faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat

. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu 10 pernyataan dari faktor manusia dan 10 pernyataan mewakili faktor lingkungan. Untuk jawaban pernyataan menggunakan skala Guttman yaitu skala pengukuran dengan menggunakan pilihan jawaban “Ya (Y), dan Tidak (T). Untuk jawaban Ya (Y) bernilai 1 dan jawaban Tidak (T) bernilai 0 sehingga dari hasil jawaban responden dapat dikategorikan pengetahuan sebagai berikut :

a. Baik : Jika jumlah jawaban 18-20

b. Cukup : Jika jumlah jawaban 14-17 c. Kurang : Jika jumlah jawaban 10-13

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, sehingga dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas terhadap kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada dosen pembimbing peneliti sedangkan uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang penduduk yang tinggal di desa Barbaran. Setelah dilakukan uji reliabilitas pada penelitian ini hasil yang didapat adalah cronbach alpa (α) kuesioner kejadian malaria dengan lembaran cheklis untuk faktor manusia 0,84 dan cronbach alpa (α) kejadian malaria pada faktor lingkungan 0,88.


(48)

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan) Universitas Sumatera Utara, setelah itu surat izin yang diperoleh, diajukan ke Kepala Puskesmas Longat kabupaten Mandailing Natal. Kemudian peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria, maka akan dipilih sabagai responden sesuai dengan keinginan peneliti.

Setelah mendapatkan responden, peneliti menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden di minta untuk menandatangani surat persetujuan (Informed Concent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 30 menit, diisi langsung tanpa dibawa pulang dan diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti. Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Setelah semua responden mengisi kuesioner yang diberikan, maka peneliti mengumpulkan data untuk dianalisa dengan mengelompokkan data-data.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam


(49)

komputer dan melakukan pengolahan dan analisa data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data karakteristik responden meliputi : No.responden, usia, jenis kelamin, agama, status dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan. Pengolahan data faktor- faktor yang mempengaruhi masyarakat terhadap penyakit malaria meliputi faktor manusia dan faktor lingkungan. Kemudian dilakukan pembahasan dan diambil kesimpulan.


(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan menggambarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari bulan juli sampai dengan bulan agustus 2012 dengan jumlah responden 85 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini akan menguraikan gambaran data demografi responden dan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat, Kecamatan Panyabungan Barat.

1.1 Data Demografi Responden

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa mayoritas usia responden ada pada kelompok umur (17-35 tahun) sebanyak 51 orang (60%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu laki-laki sebanyak 49 orang (57,6%) dan seluruh responden (85 orang) beragama islam (100%). Status responden dalam keluarga terbanyak adalah berstatus ayah dalam keluarga sebanyak 43 orang (50.6%). Pendidikan responden sebagian besar tamatan SMP sebanyak 30 orang (35,3%), dan mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 32 orang (37,6%). Status kependudukan responden di Kelurahan Longat merupakan warga lama sebanyak 74 (87,1%) orang.


(51)

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi

responden di Wilayah Puskesmas Longat (n=85)

DATA DEMOGRAFI FREKUENSI PERSENTASI

(%)

Umur (Tahun) 17-35 36-54 55-73 51 28 6 60,0 32,9 7,1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 49 36 57,6 42,4 Agama

Islam 85 100

Status dalam Keluarga Ayah

Ibu

Anak yang berumur 17 tahun / lebih

43 26 16 50,6 30,6 18,8 Pendidikan SD SMP SMA

Diploma / Sarjana

19 30 13 23 22,4 35,3 15,3 27,1 Pekerjaan Petani Pedagang Wiraswasta PNS Lain-lain 32 12 18 18 5 37,6 14,1 21,2 21,2 5,9 Status Kependudukan

Penduduk / Warga lama Penduduk / Warga baru

74 11

87,1 12,9


(52)

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di Wilayah Puskesmas Longat

1.2.1 Faktor Manusia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentasi responden tentang faktor manusia berdasarkan kuesioner yang berjumlah 10 pertanyaan.

Tabel 1.2.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Faktor manusia yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di Wilayah Puskesmas Longat (n=85)

KATEGORI FREKUENSI PERSENTASI (%)

1. Baik

18 21.2

2. Cukup

66 77.6

3. Kurang

1 1.2

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 85 responden, Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor manusia dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria sebanyak 18 responden (21,2%).

1.2.2 Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentasi responden tentang faktor lingkungan berdasarkan kuesioner yang berjumlah 10 pertanyaan.


(53)

Tabel 1.2.2 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria

di Wilayah Puskesmas Longat (n=85)

KATEGORI FREKUENSI PERSENTASI (%)

1. Baik

21 24.7

2. Cukup

62 72.9

3. Kurang

2 2.4

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 85 responden , masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor lingkungan dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria sebanyak 21 responden (24,7%).

2. Pembahasan

2.1 Faktor Manusia

Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor manusia dapat mempengaruhi penyakit malaria yaitu sebanyak 18 (21,2%) responden. Hal-hal yang mempengaruhinya meliputi kebiasaan berada diluar rumah sampai larut malam akan memudahkan digigit nyamuk. Kebiasaan keluar rumah malam hari pada jam nyamuk Anopheles spp aktif menggigit sangat beresiko untuk tertular malaria dikarenakan nyamuk ini bersifat eksofagik dimana aktif mencari darah di luar rumah pada malam hari. Kebiasaan ini akan semakin beresiko jika orang terbiasa keluar rumah tanpa


(54)

memakai pakaian pelindung seperti baju berlengan panjang dan celana panjang (Harijanto, 2000). Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kebiasaan berada diluar rumah sampai larut malam akan memudahkan digigit nyamuk dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria, responden yang mengatakan ya sebanyak 72 orang (84,7%) dan yang mengatakan tidak sebanyak 13 orang (15,3%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Babba (2007) diwilayah kerja Puskesmas Kota Jaya Pura yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari tanpa menggunakan pakaian pelindung mempunyai resiko terkena malaria 5,5 kali lebih besar dibanding orang yang tidak mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari. Hal ini juga dipertegas oleh Pat Dale, dkk (2005) juga menyebutkan bahwa intensitas penularan penyakit malaria yang tinggi bisa terjadi pada orang-orang yang melakukan aktivitas diluar rumah pada malam hari (night time activity outdoors).

Berdasarkan hasil dari pernyataan kedua responden pada kuesioner malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan janin, dimana wanita hamil merupakan kelompok usia dewasa yang paling tinggi beresiko terkena penyakit ini dan diperkirakan 80% kematian akibat malaria di Afrika terjadi pada ibu hamil dan anak balita. Didaerah-daerah endemik malaria, 20-40% bayi yang dilahirkan mengalami berat lahir rendah (Harijanto, 2000).


(55)

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan janin, responden yang menjawab ya sebanyak 72 orang (84,7%) dan menjawab tidak sebanyak 13 orang (15,3%). Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling mempengaruhi. Perubahan fisiologis dalam kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria mempunyai efek sinergis terhadap kondisi masing-masing sehingga semakin menambah masalah baik bagi ibu hamil, janinnya maupun dokter yang menanganinya. P. falciparum dapat menyebabkan keadaan yang memburuk dan dramatis untuk ibu hamil. Primigravida umumnya paling mudah terpengaruh oleh malaria, berupa anemia, demam, hipoglikemia, malaria serebral, edema pulmonary, sepsis puerperalis, dan kematian akibat malaria berat dan hemoragis. Masalah pada bayi baru lahir adalah berat lahir rendah, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, infeksi malaria, dan kematian (Gunawan, 2000).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kebanyakan responden berobat ke pusat pelayanan kesehatan bila mengalami demam tinggi selama beberapa hari berturut-turut sebanyak 78 orang (91,8%). Responden yang berobat ke dokter untuk mengobati penyakit malaria yang diderita dan tidak membeli obat sendiri sebanyak 56 orang (65,9%), sedangkan responden yang membeli obat saja tanpa ke dokter sebanyak 29 orang (34,1%) dan sebanyak 65 orang (76,5%) responden yang berpendapat bahwa sakit kepala, demam, mual, dan muntah merupakan gejala awal dari penyakit malaria sedangkan yang tidak setuju sebanyak 20 orang (23,5%). Menurut Notoadmodjo (2000) tingkat


(56)

pendidikan seseorang tidak dapat mempengaruhi secara langsung dengan kejadian malaria, namun pendidikan seseorang dapat mempengaruhi jenis pekerjaan dan tingkat pengetahuan orang tersebut. Secara umum seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pekerjaan yang lebih layak dibanding seseorang yang berpendidikan rendah dan akan mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Dengan pengetahuan yang cukup didukung oleh pendidikan memadai akan berdampak terhadap perilaku seseorang dalam mengambil berbagai tindakan. Tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit malaria diukur dari beberapa pertanyaan, diantaranya mengenal gejala klinis malaria, pengetahuan cara penularan, mengenal ciri nyamuk penular, mengetahui tempat perindukan nyamuk, dan mengetahui cara mencegah penularan.

Dalam pengobatan tradisional, bagian-bagian tanaman pepaya banyak yang digunakan. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa masih banyak responden yang mengatakan malaria dapat disembuhkan dengan obat tradisional seperti minum rebusan daun papaya sebanyak 46 orang (54,1%), dan yang mengatakan tidak 39 orang (45,9%). Pada tahun 2005, jumlah pasien malaria di kabupaten Seram bagian barat Maluku, mencapai 7.760 orang. Untuk mengatasi penyakit akibat infeksi Plasmodium sp itu warga mengkonsumsi air rebusan daun pepaya. Carica papaya , resep turun temurun itu terbukti secara empiris ampuh mengatasi malaria (Anonim, 2011).

Pencegahan malaria yang utama adalah melindungi diri untuk menghindarai kontak dengan nyamuk. Kebiasaan menggunakan kelambu


(57)

merupakan upaya yang efektif untuk mencegah dan menghindari kontak antara nyamuk Anopheles spp dengan orang sehat disaat tidur malam, disamping pemakaian obat penolak nyamuk. Karena kebiasaan nyamuk Anopheles untuk mencari darah adalah pada malam hari, dengan demikian selalu tidur menggunakan kelambu yang tidak rusak atau berlubang pada malam hari dapat mencegah atau melindungi dari gigitan nyamuk Anopheles spp (Probowo, 2004).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kebanyakan responden setuju 74 orang (87.1%) pencegahan malaria yang utama adalah melindungi diri untuk menghindarai kontak dengan nyamuk dan yang tidak setuju 11 orang (12,9%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang Husin (2007) menyatakan kebiasaan tidur menggunakan kelambu pada malam hari mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria di wilayah Puskesmas Suka merindu Kecamatan Sungai Serut, dimana resiko terkena malaria pada orang yang tidak memakai kelambu saat tidur malam 5,8 kali dibandingkan dengan yang mempunyai kebiasaan memakai kelambu saat tidur malam.

Hasil ini diperkuat lagi dari penelitian Munawar (2004) di Desa Sigeblog Wilayah Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, dimana orang yang tidur malam tidak menggunakan kelambu punya risiko terkena malaria 8,9 kali lebih besar dari orang yang tidur menggunakan kelambu pada malam hari. Menurunnya insidens malaria ini terjadi karena adanya intervensi distribusi kelambu dari UNICEF sebanyak 2 juta kelambu (tahun 2005), kemudian pada tahun 2006 The Global Fund memprioritaskan untuk meningkatkan cakupan pemakaian kelambu oleh masyarakat. Dengan program


(58)

tersebut, maka proporsi orang yang tidur menggunakan kelambu meningkat 10 kali dari 3,5% (tahun 2005) menjadi 35% (tahun 2007).

Penggunaan obat nyamuk bakar juga efektif untuk mencegah dan menghindari kontak dengan nyamuk Anopheles spp. Obat nyamuk bakar berguna untuk mengusir dan membunuh nyamuk penular penyakit malaria, sehingga kejadian penyakit malaria dapat berkurang. Penelitian Budarja (2001) di Kecamatan Kupang Timur mendapatkan resiko tertular malaria bagi orang yang tidak menggunakan obat nyamuk pada malam hari sebesar 3,5 kali.

Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari prilaku individu, keluarga, ataupun prilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal, diantaranya adalah yang berkaitan dengan kurangnya menjaga kesehatan lingkungan, misalnya membuang sampah sembarangan dan aktivitas lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan dan menyebabkan timbulnya bibit-bibit penyakit seperti terjadinya penyakit malaria (Budarja, 2001).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa 68 orang ( 80%) responden yang mengatakan bahwa prilaku hidup sehat serta lingkungan yang yang bersih merupakan faktor yang paling menentukan dalam penyebaran penyakit malaria dan mengatakan tidak 17 orang (20%). Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk, seperti menghilangkan genangan air kotor dengan mengalirkan air atau menimbun dan mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang (Masra, 2002).


(59)

Hal-hal buruk yang tidak mempengaruhi penyakit malaria dari faktor manusia adalah penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur, hanya saja anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa malaria lebih sering diderita oleh orang dewasa daripada anak-anak, responden kebanyakan menjawab tidak sebanyak 53 orang (62,4%). Menurut Gunawan (2000), perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin berkaitan dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya diluar rumah terutama ditempat-tempat perindukan nyamuk pada waktu gelap atau malam hari, akan sangat memungkinkan untuk kontak dengan nyamuk.

Secara umum bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kebanyakan responden tidak setuju laki-laki lebih banyak menderita malaria dibanding perempuan yaitu sebanyak 66 orang (77,6%). Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain pekerjaan, pendidikan, migrasi penduduk, dan kekebalan. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena perbedaan variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibody maternal yang diperoleh secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan laki – laki namun kehamilan menambah resiko untuk terjadinya infeksi malaria (Depkes, 1996).


(60)

2.2 Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor lingkungan dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria yaitu sebanyak 21 responden (24,7%) seperi kebiasaan jarang memperhatikan sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian malaria. Lingkungan yang bersih dan membakar sampah yang sudah ditimbun agar nyamuk tidak berkembang biak dapat mengurangi perkembangbiakan nyamuk malaria. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, ataupun perilaku-perilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal, diantaranya adalah yang berkaitan dengan kurangnya menjaga kesehatan lingkungan, misalnya membuang sampah sembarangan dan aktivitas lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan dan menyebabkan timbulnya bibit-bibit penyakit seperti terjadinya penyakit malaria (Budarja, 2001).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa sebanyak 53 orang (62,4%) mengatakan kebiasaan memperhatikan sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian malaria dan yang mengatakan tidak ada pengaruh sebanyak 32 orang (37,6%). 66 responden (77,6%) mengatakan lingkungan yang bersih dapat mengurangi perkembangbiakan nyamuk malaria dan 19 responden (22,4%) mengatakan tidak. Meningkatnya angka malaria masih dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya malaria adalah lingkungan serta perilaku manusia. Lingkungan alam seperti air yang tergenang, lingkungan yang kotor atau tidak sehat, sangat mempengaruhi tempat perkembang-biakan dan penyebaran malaria. Prilaku hidup sehat serta lingkungan


(61)

yang yang bersih merupakan faktor yang paling menentukan dalam penyebaran penyakit malaria (Masra, 2002).

Tempat tinggal penduduk yang berada dekat rawa atau bekas kolam ikan, berlumut dan banyak tumbuhan ganggang akan meningkatkan kejadian penyakit malaria. Keberadaan breeding places di sekitar rumah tentunya merupakan faktor risiko terjadinya penularan malaria. Berdasarkan penelitian dari Depkes diketahui bahwa faktor utama penularan malaria di pantai Ciamis adalah nyamuk An.sundaicus. Nyamuk jenis ini dapat ditemukan di kolam/ tambak yang tidak terurus. Jentik akan berkumpul pada tempat yang tertutup oleh tanaman, dan pada lumut yang mendapat sinar matahari. Berdasarkan teori nyamuk An.sundaicus bersifat antropofilik yaitu lebih menyukai darah manusia, jika kepadatan nyamuk di sekitar rumah tinggi dan didukung dengan ketersediaan manusia, maka akan meningkatkan kapasitas vektor sehingga kemungkinan orang di sekitar genangan air untuk tertular malaria akan semakin besar (Budarja, 2001).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kebanyakan responden 65 orang (76,5%) mengatakan tempat tinggal penduduk yang berada dekat rawa atau bekas kolam ikan,berlumut dan banyak tumbuhan ganggang akan meningkatkan kejadian penyakit malaria dan mengatakan tidak sebanyak 20 responden (23,5%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Suwito (2005) di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dimana rumah penduduk yang sekelilingnya ditemukan genangan air dan ditemukan larva nyamuk mempunyai risiko terkena malaria 4,2 kali dibandingkan dengan rumah yang tidak terdapat genangan air dan tidak


(62)

ditemukan larva nyamuk. Dalam hal ini faktor kebersihan lingkungan memegang peranan penting. Hindari genangan air dengan memperlancar aliran air keselokan-selokan. Terhadap jentik nyamuk yang ditemui pada air tergenang harus dilakukan pemberantasan. Pemberantasan secara alamiah yaitu dengan menyebarkan ikan kepala timah, menimbun kolam-kolam ikan yang tidak dipakai lagi supaya tidak ada genangan air dan tempat perindukan nyamuk.

Dari penelitian didapatkan data bahwa 54 (63,5%) responden mengatakan penyebaran dapat melalui angin dan 31 (36,5%) responden mengatakan tidak. Penyebaran nyamuk malaria dapat melalui angin. Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk kedalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Nyamuk Anopheles betina menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga

subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat

perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 – 30 km (Sutrisna, 2004).

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa kelembaban yang tinggi menyebabkan nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit sehingga meningkatkan penularan penyakit malaria, responden kebanyakan mengatakan ya sebanyak 68 orang (80%) dan yang mengatakan tidak 17 orang (20%). Hal ini sesuai dengan penelitian Nugroho (2003) bahwa kelembaban yang tinggi menyebabkan nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit sehingga meningkatkan penularan penyakit malaria. Kelembaban udara (relative humidity)


(63)

yang rendah akan memperpendek usia nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Kelembaban yang kondusif adalah antara 60%-80%, sedangkan tingkat kelembaban 60% merupakan batas yang paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif atau lebih sering menggigit, juga mempengaruhi perilaku nyamuk, misalnya kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain dari nyamuk sehingga meningkatkan penularan malaria.

Dari penelitian yang dilakukan juga didapat data bahwa sebanyak 61 responden (71,8%) setuju jika ada berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, dan mujair dapat mempengaruhi populasi nyamuk sehingga mengurangi kejadian malaria dan yang tidak setuju 24 orang (28,2%). Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala putih (panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah dan dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia (Harijanto, 2000).

Hal-hal buruk yang tidak mempengaruhi kejadian penyakit malaria seperti penyakit malaria bersifat musiman. Keadaan iklim suatu daerah berperan penting dalam penularan malaria, terutama suhu dan curah hujan. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. suhu yang optimum berkisar antara 20 – 300C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Dalam musim kemarau, jumlah kasus malaria umumnya menurun. Sedangkan setelah hujan beberapa minggu jumlah kasus malaria mulai


(64)

melonjak sampai mencapai puncaknya. Penurunan mulai terjadi lagi jika hujan mulai menghilang, hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang-biaknya nyamuk Anopheles (Nugroho, 2003).

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan data bahwa 42 orang (49,4%) responden yang mengatakan penyakit malaria bersifat musiman dan hanya terdapat pada musim hujan dan yang menjawab tidak sebanyak 43 responden (50,6%). Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, deras hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan (breeding places). Air hujan yang menyebabkan genangan-genangan air merupakan tempat perindukan nyamuk, sehingga dengan berkembang tempat perindukan nyamuk juga bertambah penularan (Sutrisna, 2004).

Perpindahan penduduk dapat meningkatkan kejadian penyakit malaria dimana perpindahan penduduk ikut mengakibatkan terjadinya wabah (outbreak) dan munculnya daerah-daerah endemik baru (Harijanto, 2000). Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa sebanyak 48 responden (56,5%) yang tidak tahu bahwa peperangan dan perpindahan penduduk dapat meningkatkan kejadian penyakit malaria dan yang tahu 37 orang ( 43,5%). Secara alami penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi didaerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi.


(65)

Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan infeksi.

Bencana akibat ulah manusia juga berkontribusi pada memburuknya malaria di antara komunitas pengungsi. Tingginya mobilitas penduduk menyebabkan tingginya wabah malaria di daerah-daerah yang sebelumnya telah dideklarasikan sebagai daerah bebas malaria. Tingginya kepadatan penduduk ikut mendorong penduduk berpindah ke hutan atau tepian hutan di mana di daerah itu malaria adalah endemik (Prabowo, 2004).


(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai deskrifsi pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah Puskesmas Longat kabupaten Mandailing Natal sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 85 responden di wilayah Puskesmas Longat menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang faktor manusia dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria. Berdasarkan hasil penelitian didapat masyarakat yang berpengetahuan baik pada factor manusia sebanyak 18 responden (21,2%), berpengetahuan cukup 66 responden (77,6%) dan berpengetahuan kurang 1 responden (1,2%).

Sedangkan dari hasil penelitian pada faktor lingkungan masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang factor lingkungan dapat mempengaruhi kejadian penyakit malaria adalah 21 responden (24,7%), cukup sebanyak 62 (72,9%) dan kurang adalah 2 responden (2,4%).


(67)

2. Saran

2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Bagi mahasiswa keperawatan dalam mempelajari penyakit malaria sebaiknya mengetahui terlebih dahulu cara pencegahan penyakit malaria agar dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3.2 Untuk Puskesmas

Sebaiknya tenaga kesehatan menggalakkan jum´at bersih dengan masyarakat untuk membersihkan lingkungan masing-masing dan dalam memberikan obat malaria harus sesuai dengan pemeriksaan laboratorium.

3.3 Untuk Masyarakat

Disarankan pada masyarakat bila sakit jangan dulu membeli obat dan makan obat malaria sebelum diperiksa oleh tenaga kesehatan dengan pemeriksaan laboratorium serta menjaga kebersihan lingkungan.

3.4 Untuk Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan sebagian faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria seperti hal-hal yang membuat obat malaria jadi resisten.


(1)

1 Mengajukan judul 2 Menetapkan judul

penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyesun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan proposal penelitian

8 Mengajukan sidang

proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal penelitian

11 Mengajukan izin penelitian

12 Pengumpulan data 13 Analisa data 14 Penyusunan

laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang skripsi

16 Ujian sidang 17 Revisi

18 Mengumpulkan skripsi


(2)

ANGGARAN PENELITIAN

1.

PROPOSAL

a.

Print proposal

Rp. 100.000

b.

Biaya internet

Rp. 50.000

c.

Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka

Rp. 30.000

d.

Penggandaan kuesioner

Rp. 50.000

e.

Fotocopy perbanyak proposal

Rp. 50.000

f.

CD

Rp. 10.000

2.

PENGUMPULAN DATA

a.

Surat Izin penelitian

Rp. 20.000

b.

Transportasi

Rp. 500.000

c.

Fotocopy lembar ceklis dan persetujuan penelitian

Rp. 30.000

d.

Pulpen

Rp. 50.000

3.

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a.

Biaya rental dan print

Rp. 100.000

b.

CD

Rp. 10.000

c.

Penjilidan

Rp. 150.000

d.

Fotocopy laporan penelitian

Rp. 50.000

4.

BIAYA TAK TERDUGA

Rp. 200.000

___________


(3)

(4)

(5)

(6)

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama

: Anita Risnawati Siregar

Tempat / Tgl lahir

: Pasarmatanggor / 30 september 1979

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jl. Jamin Ginting gg. Haji Arif No.10 Medan

No. HP

: 081376162123

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.

1986-1992

: SD Negeri 142621 Kotanopan Kab. Madina

2.

1992-1995

: SMP Negeri 1 Kotanopan Kab. Madina

3.

1995-1998

: SMU Negeri 2 Plus Matauli Pandan Sibolga

4.

1998-2001

: D-III Keperawatan FK USU Medan

5.

2011-2013

: S1-Ekstensi Keperawatan USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria Di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal

1 36 123

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP

0 0 8

Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Malaria di Wilayah Puskesmas Longat Kecamatan Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012

1 0 11

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA TROPIKANA DAN TERTIANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MORU KECAMATAN ALOR BARAT DAYA KABUPATEN ALOR - NTT

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN REUMATHOID ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA SKRIPSI

0 0 46