4. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk adalah jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh
Badan Pusat Statistik menurut KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2013.
5.
Belanja Daerah Belanja Daerah adalah semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah
daerah untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dalam satu tahun anggaran. Total Belanja Daerah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
realisasi total belanja yang terdapat dalam laporan realisasi anggaran daerah yang meliputi semua komponen belanja.
6. Daya Serap Belanja Daerah Daya Serap Belanja Daerah merupakan suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh anggaran belanja daerah yang digunakan dalam merealisasikan belanja daerah. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.
3.7 Model Analisis Data 3.7.1 Model Analisis Ekonometrika
Untuk menganalisis pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah KabupatenKota Sumatera Utara
periode 2010-2013 terdapat dua model persamaan regresi dalam penelitian ini. Dengan spesifikasi model dasar sebagai berikut:
1. ���
��
= � + �
�
����
��
+ �
�
����
��
+ �
�
���
��
+ �
�
���
��
+ �
��
2. �����
��
= � + �
�
����
��
+ �
�
����
��
+ �
�
���
��
+ �
�
���
��
+ �
��
Dimana :
BD = Belanja Daerah Rupiah
DSBD = Daya Serap Belanja Daerah Persen DAU
= Dana Alokasi Umum Rupiah PAD
= Pendapatan Asli Daerah Rupiah PE
= Pertumbuhan Ekonomi Persen JP
= Jumlah Penduduk Jiwa α
= Konstanta β
1 –
β
4
= Koefisien Regresi µ
= Variabel Gangguan Error Terms i
= KabupatenKota t
= Tahun
3.8 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data pada skripsi ini, metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode Generalized Least Square GLS. Menurut
Gujarati 2003, menemukan bahwa mengestimasi jenis data panel dengan menggunakan Ordinary Least Square OLS tidak konsisten dan efisien
inefisiensi. Dan disarankan untuk menggunakan metode Generalized Least Square
GLS. Dengan analisis ini pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent yang telah diteliti dapat diketahui. Dimana dalam metode ini
dapat dianalisis dengan dua model pendekatan, yaitu Fixed effects model FEM dan Random effects model REM. Kemudian dari kedua model tersebut dapat
ditentukan model yang terbaik untuk digunakan dalam model persamaan ekonometrika. Untuk menentukan model mana yang terbaik dalam metode GLS
tersebut maka dapat dilakukan dengan Uji Hausman test, 1978 Gujarati,2003. Kesimpulan dari Hausman test adalah apabila null hypothesis Ho
diterima, maka model yang digunakan adalah random effect model REM dan sebaliknya apabila null hypothesis Ho ditolak maka model yang digunakan
adalah fixed effect model FEM.
3.9 Uji Kesesuaian Test Goodness Fit 3.9.1 Koefisien Determinasi R-Square
Koefisien determinasi R
2
pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Atau koefisien determinasi R
2
dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan
terhadap variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi R
2
antara 0 sampai dengan 1 0 ≤ R2 ≤ 1.
Nilai R
2
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen, atau dengan kata lain model yang digunakan dapat menjelaskan data aktualnya. Dan apabila nilai R
2
semakin kecil mendekati nol, berarti variabel- variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted
R
2
. 3.9.2
Uji t-statistik
Uji statistik-t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji statistik t
pada dasarnya
menunjukkan seberapa
jauh
p
engaruh satu
variabel penjelasindependen
secara individual
d
alam menerangkan variasi
variabel
dependen. Uji t-statistik juga merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam
uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : bi = b
Ha : bi
≠ b
Hipotesis nol Ho yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter b
1
,b
2
, b
3
, b
4
sama dengan nol, maksudnya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya Ha apakah suatu parameter b
1
,b
2
, b
3
, b
4
tidak sama dengan nol, maksudnya variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan :
�
∗
= �� − �
���
Dimana :
bi : koefisien variabel ke-i
b : nilai hipotesis nol
Sbi :
i simpangan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria pengambilan keputusan ; Jika nilai uji t-statistik bernilai positif :
Ho : β = 0 Ho diterima t
hitung
t
tabel
artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0 Ha diterima t
hitung
t
tabel
artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif : Ho : β = 0
Ho diterima t
hitung
t
tabel
artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0 Ha diterima t
hitung
t
tabel
artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
3.9.3 Uji F-statistik
Pengujian secara simultan digunakan uji signifikansi simultan uji statistik F
. Uji F digunakan untuk signifikansi model Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan secara statistik
dalam mempengaruhi variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : b
1
= b
2
… b
k
= 0 , artinya tidak ada pengaruh Ha : b
1
≠ b
2
… b
k
≠ 0 , artinya ada pengaruh
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F- tabel . Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
�
ℎ�����
= �
2
� − 1 1
− �
2
� − � Dimana
:
R
2
: Koefisien determinasi k
: Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan
n : Jumlah sampel
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung F tabel, yang artinya variabel Independen secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. 2. Ha diterima dan Ho ditolak apabila F hitung F tabel, yang artinya variabel
Independen secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Realisasi Dana Alokasi Umum DAU
Berdasarkan laporan realisasi APBD untuk tahun 2010 sampai dengan 2013 untuk setiap kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara maka, disimpulkan
bahwa untuk daerah yang memiliki realisasi penerimaan DAU dengan nilaijumlah DAU tertinggi yaitu kota Medan dengan jumlah rata-rata penerimaan
DAU pada periode 2010-2013 sebesar Rp. 1,084,232,280,350. Sebaliknya, untuk penerimaan DAU yang terendah terdapat pada kabupaten Nias Barat dengan
jumlah rata-rata penerimaan DAU pada periode 2010-2013 sebesar Rp. 184,044,342,500.
Sumber : Data Diolah Lampiran 9
Gambar 4.1. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan DAU Tahun 2010-2013
Secara rata-rata realisasi penerimaan transfer Dana Alokasi Umum DAU pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara mengalami
17,09 19.64
13.32
10,926,101,026,600 12,793,150,234,596
15,305,302,218,000 17,343,496,115,000
Total Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan DAU
2010 2011
2013 2012
peningkatan 17,09 pada tahun 2011 dan 19.64 pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 pertumbuhan DAU meningkat 13,32 . Dan dari gambar di atas dapat
diketahui bahwa setiap tahunnya realisasi Dana Alokasi Umum DAU pada Kabupatenkota Sumatera Utara mengalami peningkatan, yang dapat
menggambarkan keinginan pemerintah pusat untuk menutup kesenjangan fiskal fiscal gap dan pemerataan kemampuan fiskal antara daerah dan pusat dan antar
daerah.
4.1.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD
Berdasarkan laporan realisasi APBD untuk tahun 2010 sampai dengan 2013 untuk setiap Kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara maka, disimpulkan
bahwa untuk daerah yang memiliki realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan nilaijumlah PAD tertinggi yaitu kota Medan dengan jumlah rata-
rata penerimaan PAD pada periode 2010-2013 sebesar Rp. 984,521,299,147. Sebaliknya, untuk penerimaan PAD yang terendah terdapat pada kabupaten Nias
Barat dengan jumlah rata-rata penerimaan PAD pada periode 2010-2013 sebesar Rp. 4,101,168,702.
Secara rata-rata realisasi penerimaan pendapatan Asli Daerah PAD pemerintah daerah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara mengalami
peningkatan 55,23 pada tahun 2011 dan 23,57 pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 pertumbuhan PAD meningkat 11,41 .
Sumber : Data Diolah Lampiran 10
Gambar 4.2. Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan PAD Tahun 2010-2013
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa setiap tahunnya realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD mengalami peningkatan, yang berarti adanya
usaha dari masing-masing Pemerintah KabupatenKota untuk melakukan penggalian potensi-potensi daerah dalam rangka usaha untuk meningkatkan
realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD.
4.1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan pembangunan yang dilaksankan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut
merupakan rangkuman laju pertumbuhan berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator
pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah
pembangunan pada masa yang akan datang. Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi seluruh KabupatenKota yang ada di
Provunsi sumatera Utara tahun 2010 hingga 2013.
1,245,477,493,804 1,933,299,115,055
2,389,107,303,370 2,661,771,602,024
Total Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan PAD Periode 2010 - 2013
55,23 11,41
23,57
2010 2011
2012 2013
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Provinsi Sumatera Utara
2010-2013 Persen KabupatenKota
2010 2011
2012 2013
Nias 6.75
6.81 6.24
6.43 Mandailing Natal
6.41 6.43
6.41 6.41
Tapanuli Selatan 5.06
5.26 5.22
5.21 Tapanuli Tengah
6.13 6.27
6.35 6.85
Tapanuli Utara 5.56
5.54 5.95
6.05 Toba Samosir
5.5 5.26
5.52 5.14
Labuhan Batu 5.15
5.72 6.11
6.00 Asahan
4.97 5.37
5.57 5.83
Simalungun 5.12
5.81 6.06
4.48 Dairi
5.02 5.28
5.44 5.46
Karo 6.03
6.59 6.34
4.72 Deli Serdang
5.98 6.01
6.06 12.79
Langkat 5.74
5.78 5.66
5.97 Nias Selatan
4.12 4.46
5.78 5.16
Humbang Hasundutan 5.45
5.94 5.99
6.03 Pakpak Barat
6.77 5.98
6.02 5.86
Samosir 5.59
5.96 6.07
6.46 Serdang Bedagai
6.14 5.98
6 5.97
Batu Bara 4.65
5.11 4.37
3.35 Padang Lawas Utara
6.74 6.81
6.38 6.13
Padang Lawas 5.56
6.39 6.31
6.12 Labuhanbatu Selatan
5.61 6.13
6.33 6.05
Labuhanbatu Utara 5.68
6.21 6.38
6.33 Nias Utara
6.73 6.68
5.88 6.25
Nias Barat 6.3
6.76 4.93
5.81 Sibolga
6.04 5.06
5.34 5.8
Tanjungbalai 4.76
5.11 4.99
4.52 Pematangsiantar
5.85 6.02
5.71 5.16
Tebing Tinggi 6.04
6.67 6.75
6.91 Medan
7.16 7.69
7.63 4.3
Binjai 6.07
6.28 6.61
6.48 Padangsidimpuan
5.81 5.99
6.23 6.2
Gunung Sitoli 6.73
6.56 6.28
6.35 Sumatera Utara
6.42 6.53
6.22 6.01
Sumber : BPS Sumut
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, bahwa pertumbuhan ekonomi kabupatenkota di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Adapun Kabupaten
Kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu kota Medan sebesar 7,16 pada tahun 2010, pada tahun 2011 sebesar 7,69 dan pada tahun 2012
sebesar 7,63 . Dan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi tertinggi pada kabupaten Deli Serdang sebesar 12,79 , dimana pertumbuhan ekonomi-nya
diatas pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 6,01 pada tahun 2013. Sedangkan KabupatenKota yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi
terendah dan dibawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yaitu kabupaten Nias selatan pada tahun 2010 sebesar 4,12 dan pada tahun 2011 sebesar 4,46.
Dan pada tahun 2012 dan 2013 laju pertumbuhan ekonomi terendah berada pada kabupaten Batubara sebesar 4,37 dan 3,35 .
4.1.4 Kependudukan
Jumlah penduduk sumatera utara pada tahun 2010 berdasarkan Sensus penduduk 2010 tercatat sebesar 12.982.204 jiwa. Dan pada tahun 2011 jumlah
penduduk Sumatera Utara tercatat 13,103,596 jiwa yang artinya meningkat sebesar 121,392 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk mengalami peningkatan
sebesar 111,805 jiwa, sehingga jumlah penduduk Sumatera utara menjadi 13,215,401 jiwa. Dan tahun 2013 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar
13,326,307 jiwa berarti mengalami kenaikan sebesar 110,906 jiwa yang tersebar diseluruh wilayah Sumatera Utara. Jumlah penduduk Sumatera Utara setiap tahun
mulai dari tahun 2010-2013 selalu mengalami peningkatan. Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat merupakan tiga Kabupatenkota
dengan jumlah penduduk paling banyak, masing-masing berjumlah 2.097.162 jiwa, 1.790.431 jiwa, dan 967.535 jiwa pada tahun 2010. Dan sebaliknya
Kabupaten Pakpak Barat memiliki jumlah penduduk paling yaitu berjumlah 40.505 jiwa pada tahun 2010.
Secara teoritis jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu kekayaan dan modal dasar pembangunan, akan tetapi juga dapat memicu berbagai
macam persoalan yang berkaitan dengan penyediaan pangan, sandang dan papan. Kondisi ini yang menyebabkan penduduk lebih diposisikan sebagai beban
pembangunan daripada sebagai modal pembangunan. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan pengalokasian belanja Daerah
KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara menjadi meningkat karena di ikuti dengan perkembangan jumlah penduduk.
4.1.5 Perkembangan Belanja Daerah
Untuk pengeluaran Belanja Daerah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah periode 2010-2013, total anggaran dan realisasi belanja daerah selalu mengalami peningkatan. Secara rata-rata, total realisasi dan
anggaran belanja daerah KabupatenKota provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dengan pertumbuhan anggaran belanja daerah pada tahun 2011
sebesar 21,12, tahun 2012 pertumbuhan anggaran meningkat sebesar 17,86 dan pada tahun 2013 anggaran belanja daerah mengalami peningkatan sebesar
21,24 . Secara rata-rata selama periode 2010-2013 daerah yang memiliki anggaran dan realisasi belanja daerah terendah yaitu kabupaten Nias Barat dengan
jumlah rata-rata anggaran belanja daerah selama periode 2010-2013 yaitu sebesar Rp. 289,509,384,663.75 dan realisasi belanja daerah sebesar Rp. 249,659,826,759.
Sebaliknya kota Medan adalah daerah yang memiliki anggaran dan realisasi belanja daerah tertinggi dengan rata-rata anggaran belanja daerah sebesar
Rp. 3,409,653,967,702.75 dan rata-rata realisasi belanja daerah sebesar Rp. 2,880,463,758,451 pada periode 2010-2013.
Sumber : Data Diolah Lampiran 78
Gambar 4.3. Realisasi dan Anggaran Belanja Daerah Periode 2010-2013
Dari Gambar 4.3 diatas dapat diketahui bahwa setiap tahunnya total anggaran dan realisasi belanja daerah pada Kabupatenkota Sumatera Utara
mengalami peningkatan, yang dapat menggambarkan semakin tinggi biaya yang dibutuhkan daerah untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan
2010 2011
2012 2013
Anggaran 17.526.692
21.228.003. 25.091.599
30.333.344 Realisasi
17.329.876. 21.319.933.
24.137.386. 27.271.205.
- 5.000.000.000
10.000.000.000 15.000.000.000
20.000.000.000 25.000.000.000
30.000.000.000 35.000.000.000
Total Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Periode 2010-2013
21,12 23,02
17,86 13,21
12,98 21,24
urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah.
Realisasi Belanja Daerah pada Kabupatenkota Sumatera Utara juga menunjukkan tidak sesuai dengan anggaran Belanja Daerah yang telah
direncanakan. Seperti pada Gambar 4.4 yang menjelaskan total sisa anggaran Belanja Daerah pada Kabupatenkota Sumatera Utara periode 2010-2013. Pada
tahun 2010 total seluruh sisa anggaran pada kabupatenkota Sumatera Utara sebesar Rp.196,815,585,431. Dan pada tahun 2013 total seluruh sisa anggaran
KabupatenKota semakin membesar jumlahnya yaitu sebesar Rp. 3,062,138,688,660 . Yang artinya sisa anggaran Belanja Daerah tersebut sebagai
dana menganggur idle fund. Dan menyebabkan tidak optimalnya kesempatan Belanja Daerah yang direalisasikan.
Sumber : Data Diolah Lampiran 7 dan 8
Gambar 4.4. Total Sisa Anggaran Belanja Daerah Periode 2010-201
196,815,585,431 91,930,084,382
882,213,630,436 3,062,138,688,660
Total Sisa Anggaran Belanja Daerah KabupatenKota Sumatera Utara Periode 2010-2013
2010 2013
2013 2011
4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisa Hasil Estimasi dengan Generalized Least Square GLS
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Generelized Least Square GLS. Hal tersebut dikarenakan
metode GLS dapat dianalisis dengan fixed effects model FEM dan random effects model
REM, sehingga dapat diketahui model mana yang terbaik. Berikut ini dapat dilihat hasil estimasi dari kedua model tersebut dengan
metode GLS seperti berikut :
Tabel 4.2. Hasil Estimasi GLS FEM dan REM Variabel Terikat : Belanja Daerah Y1 Untuk Periode 2010-2013
Variabel Bebas Fixed Effect Model FEM Random Model REM
Konstanta -16.77797
1.034161 X1
0.723904 0.774176
X2 0.053141
0.119042 X3
-0.046644 0.064091
X4 3615106
0.086782
R
2
0.993754 0.929783
Sumber : Data diolah Lampiran 1
Berdasarkan hasil estimasi dengan metode GLS diatas pada model persamaan regresi pertama dengan variabel terikat Belanja Daerah, fixed effect
model FEM menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan random effect
model REM. Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien regresi dari masing-masing
variabel bebasnya. Dan disamping itu, nilai R-square R
2
yang lebih baik pada fixed effect model
FEM dibandingkan dengan random effect model REM.
Tabel 4.3. Hasil Estimasi GLS FEM dan REM Variabel Terikat : Daya Serap Belanja Daerah Y2 Untuk Periode 2010-
2013 Variabel Bebas
Fixed Effect Model FEM Random Model REM
Konstanta -23.55873
0.811368 X1
0.230268 0.148774
X2 -0.050536
-0.046700 X3
0.084093 0.024108
X4 -4.378019
-0.015191
R
2
0.711653 0.035924
Sumber : Data diolah Lampiran 2
Pada model persaman regresi kedua dengan variabel terikat Daya Serap Belanja Daerah hasil estimasi menunjukkan fixed effect model FEM lebih baik
daripada random effect model REM. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya. Dan disamping itu, nilai R-square
R
2
yang lebih baik pada fixed effect model FEM dibandingkan dengan random effect model
REM. Setelah dilakukan analisis untuk kedua model tersebut, maka untuk
memilih model yang terbaik antara fixed effect model FEM dan random effect model
REM dapat dilakukan dengan uji Hausman. Untuk penelitian ini, uji Hausman diestimasi dengan program Eviews versi 7.0 dan akan diperoleh nilai
Chi-Squarenya. Kesimpulan dari uji Hausman adalah apabila null hypothesis H
diterima, maka model yang digunakan adalah random effect model REM dan sebaliknya apabila null hypothesis ditolak maka model yang digunakan adalah
fuxed effect model FEM.
4.2.1.1 Uji Hausman
Uji ini dilakukan untuk menentukan model mana yang terbaik antara fixed effect model
FEM dan random effect model REM dalam metode Generalized Least Square
GLS. Berdasarkan uji Hausman ini, diperoleh nilai Chi-Squarenya seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. Hasil Uji Hausman untuk fixed effect dengan random effect
Variabel Terikat : Belanja Daerah Y1
Chi-sqr Stat Chi-sqr df
Prob =
13.019127 =
4 =
0,0112
Sumber : Data diolah Lampiran 5
Variabel Terikat : Daya Serap Belanja Daerah Y2
Chi-sqr Stat Chi-sqr df
Prob =
28.727535 =
4 =
0,0000
Sumber : Data diolah Lampiran 6
Berdasarkan tabel diatas hasil uji Hausman dengan variabel terikat Belanja Daerah Y2 diperoleh nilai Chi-sqr Stat 13.019127 Chi-sqr tabel 9,49 maka
null hypothesis ditolak. Sehingga pada model persamaan regresi pertama dengan Belanja Daerah Y1 sebagai variabel terikat, fixed effect model FEM lebih baik
dari pada random effect model REM. Dan uji Hausman dengan variabel terikat Daya Serap Belanja Daerah Y2
diperoleh nilai Chi-sqr Stat 28.727535 Chi-sqr tabel 9,49 maka null hypothesis ditolak. Sehingga pada model persamaan regresi kedua dengan Daya
Serap Belanja Daerah ebagai variabel terikat, fixed effect model FEM lebih baik dari pada random effect model REM.
4.2.1.2 Fixed Effect Model FEM
Sebagaimana analisa sebelumnya, dari hasil uji Hausman diperoleh model terbaik untuk penelitian ini yaitu fixed effect model FEM. Berdasarkam hasil
estimasi dengan menggunakan metode fixed effect model FEM, dengan variabel terikat Belanja Daerah Y1 Model persamaan regresi pertama memperlihatkan
bahwa nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.993754. Hal ini menunjukkan bahwa 0.993754 atau 99,37 variasi variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan
oleh variasi variabel independen DAU, PAD, PE, dan JP, sedangkan sisanya sebesar 0,63 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan pada
model penelitian ini. Dan pada model persamaan kedua dengan variabel terikat Daya Serap
Belanja Daerah Y2 memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.711653, yang berarti secara keseluruhan variabeel bebas yang ada dalam model persamaan tersebut mampu menjelaskan variasi variabel Daya Serap
Belanja Daerah sebesar 71,16 dan sisanya 28,84 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
Tabel 4.5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model FEM
LBD= -16.77797 + 0.72390 DAU + 0.053141 PAD – 0.04664 PE + 3.615106 JP + e
15.36187 3.839990 -1663160 4.052300 R
2
= 0.993754 LDSBD= -23.55873 + 0.23026 DAU - 0.05053 PAD + 0.08409 PE – 4.378019 JP + e
5.251677 -2.201449 1.178317 -4.467359 R
2
= 0.711653
Sumber : Data diolah Lampiran 1 dan 2
Cat : Angka dalam kurung adalah nilai t-Statistik
4.2.2 Interpretasi Model
Dilihat dari hasil regres tersebut maka interpretasinya adalah : a. Belanja Daerah
1. Dana Alokasi Umum kabupatenkota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar
0.72390 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1 ,
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara sebesar
0,729 . Hasil tersebut sesuai dengan studi yang dilakukan Prakosa 2004 bahwa Dana Alokasi Umum memiliki hubungan positif dan signifikan,
dimana peningkatan terhadap Dana Alokasi Umum sebagai dana
perimbangan akan meningkatkan belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dan jika dilihat dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 maka
dapat diketahui bahwa ada kecendrungan peningkatan realisasi DAU di Sumatera Utara. Hal tersebut terjadi karena rendahnya porsi penerimaan
PAD dalam menutupi anggaran Belanja Daerah. Walaupun setiap tahunnya PAD mengalami pertumbuhan namun belum bisa menutupi kekurangan
belanja daerah akibat sampai dengan saat ini DAU digunakan sebagai pendanaan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
2. Pendapatan Asli Daerah KabupatenKota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya
sebesar 0.053141 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1
, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara
sebesar 0.053 . Dalam hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Mardiasmo 2004 yang menyatakan dengan PAD yang tinggi maka belanja
daerah akan semakin besar salah satunya dengan meningkatkan subsidi pemerintah daerah kepada masyarakat lapisan bawah. Dan Hasil penelitian
ini sejalan dengan pendapat Aziz et al 2004 dalam Ferdinan 2013 yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran
belanja pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.
3. Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar -
0.04664 artinya apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara mengalami penurunan
sebesar 0.0466 . Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana 2011 yang menyatakan peningkatan
pertumbuhan ekonomi PDRB rill akan meningkatkan Belanja Daerah pada kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini tidak sesuai dengan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh hadi Sasana 2011 dikarenakan Variabel pertumbuhan ekonomi yang digunakan yaitu nilai PDRB ril di
Provinsi Jawa Barat yang setiap tahunnya tercatat mengalami peningkatan. Sementara dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu laju
pertumbuhan ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara yang tercatat mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Sehingga variabel pertumbuhan
ekonomi dalam penelitian ini memiliki pengaruh negatif terhadap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara.
4. Jumlah Penduduk KabupatenKota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar
3.615106 artinya apabila jumlah penduduk kabupatenkota di Sumatera Utara naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan
cateris paribus maka belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara naik sebesar 3.615 . Artinya, jumlah penduduk memiliki pengaruh yang besar
terhadap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara. Semakin banyak jumlah penduduk maka pengeluaran pemerintah daerah akan semakin
meningkat. Hasil penelitian pada variabel Jumlah Penduduk sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana 2011 yang menyatakan
meningkatnya jumlah penduduk yang semakin besar akan memerlukan anggaran yang semakin besar. Selain itu, Jumlah Penduduk juga memiliki
pengaruh positif terhadap Belanja Daerah juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mhd.Ali Akbar 2011 Peningkatan jumlah penduduk
menyebakan peningkatan terhadap pengeluaran pemerintah daerah karena adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan adanya peningkatan
terhadap sarana dan prasarana umum, serta pengalokasian belanja yang memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan penduduk meningkat.
Sehingga Jumlah penduduk memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara.
b. Daya Serap Belanja Daerah 1. Dana Alokasi Umum pada kabupatenkota Sumatera Utara mempunyai
pengaruh Positif dan signifikan terhadap Daya Serap Belanja Daerah dengan koefisiennya sebesar 0.23026. Artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum
naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan daya serap belanja daerah sebesar
0.230. Terjadinya kecendrungan peningkatan penerimaan dana alokasi umum untuk menutupi kekurangan pendanaan Belanja Daerah pada
kabupatenkota Sumatera Utara telah menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat terealisasi dialokasikan menjadi meningkat. Hubungan positif
tersebut menunjukkan Belanja Daerah yang dialokasikan pemerintah daerah
kabupatenkota sangat tergantung pada besar kecilnya alokasi dana perimbangan oleh pemerintah pusat terutama DAU. Ini berarti kemandirian
pemerintah daerah dalam membiayai seluruh pengeluaran pemerintah daerah masih sangat tergantung pada transfer pemerintah pusat.
2. Pendapatan Asli Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif dan signifikan dengan koefisiennya sebesar -0.05053.
Artinya apabila jumlah pendapatan asli daerah PAD naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka
tingkat daya serap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 0.050 . Pada kabupatenkota Sumatera
Utara PAD cenderung mengalami pertumbuhan, dan dengan meningkatnya PAD yang digunakan dalam mendanai belanja daerah maka anggaran
belanja daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menjadi menurun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Mardiasmo 2004 yang menyatakan PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah, yang berarti seharusnya terjadinya peningkatan PAD maka
Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan meningkat. Tetapi pada hasil penelitian ini peningkatan terhadap PAD telah menyebabkan Anggaran
Belanja Daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menurun. Menurut Priyo 2009 jika terdapat hubungan negatif antara variabel pendapatan
dengan variabel belanja maka terdapat ilusi fiskal, dimana terdapat kecenderungan pemerintah daerah tidak berupaya mengoptimalkan PAD
dalam meningkatkan realisasi Belanja Daerah, karena hal tersebut sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan DAU dalam jumlah tetap bahkan dapat meningkat jumlahnya.
3. Pertumbuhan ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya serap belanja daerah dan
koefisiennya sebesar 0.08409. Artinya apabila pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus,
maka tingkat daya serap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 0.085 . Peningkatan laju pertumbuhan
Ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara menyebabkan Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan meningkat tetapi
tidak memberikan pengaruh yang nyata. 4. Jumlah penduduk kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap daya serap belanja daerah dengan koefisiennya
sebesar -4.378019 Artinya apabila jumlah penduduk kabupatenkota
Sumatera Utara meningkat 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka tingkat daya serap belanja daerah
kabupatenkota Sumatera utara akan mengalami penurunan sebesar 4,378 . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devita dkk 2014 yang
menyatakan bertambahnya jumlah penduduk memiliki hubungan negatif terhadap Belanja Langsung pada kabupatenkota di Provinsi Jambi hal
tersebut dikarenakan proporsi DAU lebih cenderung digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung khususnya belanja pegawai. Dan pada
kabupatenkota Sumatera Utara Anggaran Belanja Daerah lebih dominan
dialokasikan kepada Belanja Operasi daripada Belanja Modal. Sehingga Peningkatan jumlah penduduk pada kabupaten kota Sumatera Utara pada
periode 2010-2013 menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menjadi menurun.
4.2.3 Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit
4.2.3.1 Koefisien Determinasi R-Square
Koefisien determinasi R-square dari model persamaan regresi pertama dengan Belanja Daerah Y2 sebagai variabel terikat, nilai R-Square adalah
sebesar 0.993754 atau 99,37 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
seperti X1 DAU, X2 PAD, X3 PE dan X4 JP mampu memberikan penjelasan terhadap belanja daerah pada kabupatenkota SumateraUtara sebesar
99,37 . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,63 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.
Dan pada model persamaan kedua dengan Daya Serap belanja Daerah sebagai variabel terikat, koefisien determinasi R-Square dari model tersebut
adalah sebesar 0.711653 atau 71,16. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen seperti X1 DAU, X2 PAD, X3 PE dan X4 JP mampu
memberikan penjelasan terhadap belanja daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara sebesar 71,16. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 28,84 dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak disertakan dalam model tersebut.
4.2.3.2 Uji t – statistik Uji Parsial
Untuk menguji apakah variabel-variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t.
Adapun hail uji t dari hasil estimasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Dana Alokasi Umum X1
Dari hasil analisis regresi pada model persamaan pertama yaitu belanja daerah Y1 sebagai variabel terikat diketahui nilai t-stat pada variabel DAU
adalah 15,361 dan t-tabel adalah 1,657. Dari hasil estimasi regresi tersebut menunjukkan bahwa dana alokasi umum DAU pada kabupatenkota Sumatera
Utara signifikan pada α = 5 dengan t-stat t-tabel 15,361 1,657 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa DAU X1 berpengaruh signifikan nyata
terhadap belanja daerah Y1. Pada model persamaan regresi kedua dengan variabel terikat daya serap
belanja daerah Y2 diketahui nilai t-stat variabel DAU sebesar 5,251 dan t-tabel adalah 1,657. Dari hasil estimasi regresi tersebut menunjukkan bahwa dana
alokasi umum DAU pada kabupatenkota Sumatera Utara signifikan pada α =
5 dengan t-stat t-tabel 5,251 1,657 artinya Ha diterima. Yang berarti DAU X1 berpengaruh signifikan nyata terhadap daya serap belanja daerah Y2.
2. Variabel Pendapatan Asli Daerah X2 Pada variabel terikat belanja daerah Y1 dari hasil analisis regresi
diketahui nilai t-stat variabel PAD sebesar 3,839 dan t-tabel adalah 1,657. Dari hasil estimasi regresi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah PAD
pada kabupatenkota Sumatera Utara signifikan pada α = 5 dengan t-stat t-
tabel 3,839 1,657 artinya Ha diterima. Dan menunjukkan bahwa PAD X2 berpengaruh signifikan nyata terhadap perkembangan belanja daerah Y1.
Pada model persamaan regresi kedua dengan variabel terikat daya serap belanja daerah Y2, hasil analisis regresi diketahui nilai t-stat variabel PAD
sebesar -2,201 dan t-tabel adalah -1,657. Dari hasil estimasi regresi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah PAD pada kabupatenkota
Suamatera Utara berpengaruh signifikan pada α = 5 dengan t-stat t-tabel -
2,201 -1,657 artinya Ho ditolak. Dan menunjukkan bahwa PAD X2 berpengaruh signifikan nyata terhadap daya serap belanja daerah Y2.
3. Variabel Pertumbuhan Ekonomi X3 Pada model persamaan regresi pertama belanja daerah sebagai variabel
terikat diketahui nilai t-stat variabel pertumbuhan ekonomi sebesar -1,663 dan nilai t-tabel sebesar 1,657 pada
α = 5. Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai t-stat t-tabel -1,663 -1,657 maka Ho ditolak yang berarti
variabel pertumbuhan ekonomi X3 memberikan pengaruh yang signifikan nyata terhadap perkembangan Belanja Daerah Y1 pada kabupatenkota
Sumatera Utara. Dan pada model persamaan regresi kedua daya serap belanja daerah
sebagai variabel terikat diketahui nilai t-stat variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 1,178 dan nilai t-tabel sebesar 1,657 pada
α = 5 . Hasil pengujian t- statistik menunjukkan bahwa nilai t-stat t-tabel 1,178 1,657 maka Ha ditolak
yang berarti variabel pertumbuhan ekonomi X3 memberikan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap tingkat daya serap belanja daerah Y2 pada kabupatenkota Sumatera Utara.
4. Jumlah Penduduk X4 Pada model persamaan regresi pertama belanja daerah sebagai variabel
terikat diketahui nilai t-stat variabel jumlah penduduk sebesar 4,052 dan nilai t- tabel sebesar 1,657
α = 5 . Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai t-stat t-tabel 4,052 1,657 maka Ha diterima yang berarti variabel jumlah
penduduk X4 memberikan pengaruh signifikan nyata terhadap perkembangan Belanja Daerah Y1 pada kabupatenkota Sumatera Utara.
Dan pada model persamaan regresi kedua daya serap belanja daerah sebagai variabel terikat diketahui nilai t-stat variabel jumlah penduduk sebesar -
4,467 dan nilai t-tabel sebesar -1,657 pada α = 5. Hasil pengujian t-statistik
menunjukkan bahwa nilai t-stat t-tabel -4,467 -1,657 maka Ha diterima yang berarti variabel jumlah penduduk X4 memberikan pengaruh yang signifikan
nyata terhadap tingkat daya serap belanja daerah Y2 pada kabupatenkota Sumatera Utara.
4.2.3.3 Uji F-Statistik
Uji Keseluruhan
Uji F-Statistik digunakan untuk pengujian signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Uji ini melihat
seberapa besar pengaruh variabel X1 DAU, X2 PAD, X3 Pertumbuhan Ekonomi dan X4 Jumlah Penduduk secara bersama-sama terhadap Y1Belanja
Daerah dan Y2 Daya Serap Belanja Daerah. Dengan kriteria pengambilan
keputusan; Ha diterima apabila F-hitung F tabel α = 5 d an Ha d ito lak
apabila F-hitung F- tabel α = 5.
Bedasarkan hasil estimasi pada model persamaan regresi pertama belanja daerah sebagai variabel terikat, diketahui nilai F-hitung sebesar 419,8668 dan F-
tabel sebesar 2,44 hasil olahan data. Dapat diketahui bahwa F-hitung F-tabel 419,866 2,44 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk berpengaruh nyata signifikan
terhadap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95 α = 5.
Dan pada hasil estimasi model persamaan regresi kedua, dimana daya serap belanja daerah sebagai variabel terikat. Diketahui nilai F-hitung sebesar
6,512 dan F-tabel sebesar 2,44 hasil olahan data. Kesimpulannya adalah F- hitung F-tabel 6,512 2,44 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk berpengaruh nyata
signifikan terhadap tingkat Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95 α = 5.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data pada pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Untuk Belanja Daerah setiap wilayah terus mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan nilai PAD maupun DAU, Belanja Daerah catatannya
memiliki jumlah yang besar pada kabupatenkota di Sumatera Utara. Dan sumber pembiayaannya sangat tergantung dengan dana perimbangan dari
pemerintah pusat. Hal ini disebabkan karena adanya pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan yang menjadi kebutuhan dan pelayanan
pada kabupatenkota di sumatera Utara, sehingga mempengaruhi jumlah anggaran dan realisasi Belanja Daerah untuk setiap kabupatenkota di
Sumatera Utara. 2. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel dana alokasi umum
DAU pada kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara
dan memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen. Sedangkan variabel DAU juga memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara dan memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen.
3. Untuk variabel pendapatan asli daerah PAD pada kabupatenkota Sumatera Utara, memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan Belanja Daerah
kabupatenkota Sumatera utara dan memberikan pengaruh yang nyata signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen. Sedangkan variabel PAD
memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara dan memberikan pengaruh yang nyata
signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen. 4. Pada variabel pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap
Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara dan memiliki pengaruh yang nyata signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen. Sedangkan
variabel pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara dan
memberikan pengaruh yang tidak signifikan tidak nyata pada tingkat kepercayaan 5 persen.
5. Variabel jumlah penduduk kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara dan
memberikan pengaruh yang nyata signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen. Sedangkan variabel jumlah penduduk kabupatenkota Sumatera Utara
mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat Daya Serap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara dan memberikan pengaruh yang signifikan
nyata pada tingkat kepercayaan 5 persen. 6. Secara simultan realisasi Dana Alokasi Umum, realisasi Pendapatan Asli
Daerah , Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah penduduk berpengaruh signifikan
terhadap realisasi Belanja Daerah dan tingkat Daya Serap Belanja Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara.
5.2 SARAN