Daya Serap Belanja Daerah Dana Alokasi Umum

Atau dengan kata lain, belanja langsung merupakan belanja belanja yang terkait langsung dengan program dan program dan kegiatan. Jenis belanja langsung meliputi: a. Belanja Pegawai, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran honorium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. b. Belanja Barang dan Jasa, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 dua belas bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. c. Belanja Modal, merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin. Seperti dalam bentuk tanah, peralayan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Dalam pasal Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 25 disebutkan, sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah berasal dari: 1. Pendapatan asli daerah PAD; 2. Dana perimbangan; 3. Lain-lain penerimaan yang sah.

2.1.2 Daya Serap Belanja Daerah

Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk melihat kinerja Belanja Daerah yaitu didasarkan pada pendekatan tingkat penyerapan belanja. Semakin besar tingkat penyerapan, dianggap semakin optimal kinerja belanjanya, dan sebaliknya semakin rendah tingkat penyerapan semakin rendah pula kinerja belanja suatu pemerintah daerah. Penyerapan belanja APBD mengindikasikan kecepatan daerah dalam menggunakan dananya untuk pelayanan ke masyarakat. Penyerapan Belanja Daerah yang lambat dan juga tidak tuntas dalam arti kurang jauh dari anggaran yang telah direncanakan, menunjukkan proses perencanaan yang kurang baik dan sekaligus mengakibatkan menumpuknya dana sebagai dana idle. Dana idle yang besar secara ekonomi kurang baik karena akan melewatkan kesempatan Belanja Daerah untuk menstimulasi perekonomian daerah Deskripsi dan Analisis APBD 2012.

2.1.3 Dana Alokasi Umum

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada hakekatnya mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah, sebagai konsekuensi dari adanya pembagian tugas antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, maupun tugas pembantuan. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN, sebagai komponen terbesar dalam belanja daerah. Dana perimbangan mempunyai peranan penting dalam mendukung pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan dari dana perimbangan yaitu diarahkan untuk memperkuat koreksi ketimpangan horizontal, meningkatkan pelayanan publik, dan meningkatkan efisiensi melalui anggaran kinerja berdasarkan undang- undang keuangan Negara. Dana Perimbangan ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, sesuai dengan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu: 1. Dana Bagi Hasil; 2. Dana Alokasi Umum; 3. Dana Alokasi Khusus. Dan salah satu jenis dana perimbangan yang paling penting bagi daerah yang ada di Indonesia yaitu Dana Alokasi Umum atau yang disebut dengan DAU. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi dari Dana Alokasi Umum yaitu sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Dana Alokasi Umum merupakan instrument transfer daerah yang berperan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan keuangan antar daerah. Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tantang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah yang dipergunakan untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari pemerinntah pusat. Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah untuk melaksanakan otonomi daerah yaitu minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD. Sehingga dengan jumlah PAD yang rendah disisi lain telah menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Dana Alokasi Umum DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu daerah , yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity Daeise, 2008. Sehingga dalam perhitungan DAU digunakan konsep kesenjangan fiskal, yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil maka akan memperoleh DAU yang relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar maka akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari dana perimbangan, terutama dari dana alokasi umum. Adapun cara menghitung Dana Alokasi Umum menurut ketentuan adalah sebagai berikut : a. Dana Alokasi Umum DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. b. Dana Alokasi Umum DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupatenkota ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari dana alokasi umum sebagaimana ditetapkan di atas. c. Dana Alokasi Umum DAU untuk suatu daerah kabupatenkota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupatenkota yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupatenkota yang bersangkutan. d. Porsi daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot daerah kabupatenkota di seluruh Indonesia Prakosa, 2004. Dalam perkembangannya, realisasi DAU senantiasa menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ketahun. Hal tersebut tercermin dari daya serapnya yang semakin meningkat.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah