24
4.3 PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REAKSI TERHADAP
KOMPOSISI PRODUK HASIL CATALYTIC CRACKING
Adapun pengaruh temperatur dan waktu reaksi terhadap komposisi produk hasil catalytic cracking dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.3 Pengaruh Temperatur dan Waktu Reaksi Terhadap Komposisi Produk Hasil Catalytic Cracking
Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh temperatur dan waktu reaksi terhadap komposisi produk hasil catalytic cracking. Dari gambar diatas diketahui bahwa
dari hasil catalytic cracking diperoleh produk dalam 3 fasa yakni padat, cair liquid product C
6
-C
28
dan gas. Apabila komposisi gas ditinjau berdasarkan penambahan termperatur
maupun waktu reaksi pada berbagai waktu dan temperatur diketahui bahwa komposisi gas selalu mengalami peningkatan. Komposisi gas terkecil diperoleh
pada tenperatur 375
o
C saat waktu reaksi 60 menit dengan nilai 6,50 dan komposisi gas terbesar diperoleh pada temperatur 450
o
C saat waktu reaksi 150 menit dengan nilai 32,96 . Tamunaidu dan Bhatia 2007 menyatakan bahwa
yield dari gas akan meningkat dengan bertambahnya suhu reaksi dan waktu tinggal dari proses catalytic cracking [3]. Adapun gas terbentuk pada proses
secondary cracking pada perengkahan hidrokarbon ringan dan reaksi deoksigenasi
450
o
C 425
o
C 400
o
C 375
o
C
Gas Liquid product
Padatan
Universitas Sumatera Utara
25 [31]. Hal inilah yang menyebabkan nilai yield dari gas dapat meningkat dengan
bertambahnya temperatur dan waktu reaksi. Komposisi padatan menunjukkan pola yang sedikit berbeda jika
dibandingkan dengan komposisi gas jika ditinjau berdasarkan penambahan waktu reaksi pada berbagai rentang temperatur, dimana komposisi padatan terbesar
diperoleh pada temperature 375
o
C saat waktu reaksi 60 menit sebesar 43,06 . Pada temperatur 375
o
dan 400
o
C komposisi padatan cenderung menurun dengan meningkatnya waktu reaksi, namun pada temperatur 450
o
C komposisi padatan cenderung meningkat dengan penambahan waktu reaksi. Padatan dapat terbentuk
dari kondensasi asam lemak dan trigliserida, ataupun residu yang dihasilkan proses deoksigenisasi maupun pembentukan coke yang dapat diakibatkan
polimerisasi lanjut dari senyawa aromatik [31]. Jika dirujuk berdasarkan mekanisme reaksi Rafel Luque et al 2011 proses deoksigenasi merupakan tahap
awal dari reaksi catalytic cracking sedangkan pembentukan coke dari polimerisasi lanjut aromatik terjadi setelah proses cracking tahap awal dan deoksigenasi [34].
Hal ini mengindikasikan bahwa pada temperatur 375
o
dan 400
o
C padatan yang terbentuk sebagian besar terbentuk dari proses deoksigenasi maupun kondensasi
trigliserida ataupun asam lemak, dimana pada proses ini masih terjadi peningkatan konversi sehingga residu padatan yang terbentuk semakin kecil dengan
penambahan waktu reaksi. Pada suhu 450
O
C padatan yang terbentuk diindikasikan sebagaian besar merupakan coke yang berasal dari polimerisasi
lanjut senyawa aromatik, dikarenakan pada temperatur ini gas yang terbentuk lebih tinggi dibanding kondisi operasi lainnya sehingga diduga telah terbentuk
aromatik yang dapat terpolimerisasi dan hidrokarbon berantai pendek. Kandungan dari asam lemak tak jenuh yang besar dari bahan baku penelitian ini juga
berkontribusi dalam pemberntukan padatan, dikarenakan kecenderungan dari asam lemak tak jenuh untuk memberntuk senyawa aromatik yang dapat
terpolimerisasi lebih lanjut yang berujung pada pembentukan coke akan meningkatkan jumlah padatan yang diperoleh.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa besarnya komposisi produk hasil catalytic cracking padatan, gas dan liquid product akan berbeda
pada setiap temperatur dan waktu reaksi dari proses thermal catalytic cracking.
Universitas Sumatera Utara
26 Kondisi operasi tersebut akan memiliki kecederungan yang berbeda terhadap nilai
dari masing-masing fasa produk yang dihasilkan, sehingga kondisi operasi yang mengarah pada pembentukan salah satu fasa produk akan mempengaruhi
komposisi produk keseluruhan. Komposisi dari liquid product tertinggi akan diperoleh ketika jumlah komposisi gas dan padatan yang dihasilkan seminimal
mungkin. Adapun dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai liquid product tertinggi diperoleh pada temperature 400
o
C dengan waktu reaksi 120 menit.
4.4 PENGARUH DARI WAKTU DAN TEMPERATUR REAKSI