POTENSI EKONOMI BIOFUEL DARI PALM OLEIN

12

2.5 POTENSI EKONOMI BIOFUEL DARI PALM OLEIN

Penurunan produksi minyak mentah menarik minat dalam pengembangan bahan bakar dari minyak tumbuh-tumbuhan. Disisi lain Indonesia juga merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar didunia yang volume produksinya selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya., hal ini menciptakan peluang pemanfaatan palm olein sebagai bahan baku bakar terbarukan. Adapun pengembangan biofuel biogasolin, biokerosen dan biodiesel masih sangat terbuka mengingat biogasolin dan biodiesel merupakan sumber utama bahan bakar kendaraan sedangkan kerosen biasa digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga. Penggunaan biofuel ini sangat diharapakan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan permasalahan dalam hal penurunan produksi sumber bahan bakar fosil. Untuk itu, perlu dilakukan kajian potensi ekonomi biofuel dari palm olein. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi ekonomi secara sederhana. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan dalam produksi dan harga jual biofuel biogasolin, kerosen dan biodiesel. Berikut merupakan harga bahan baku palm olein dan biofuel. Harga palm olein : Rp. 8.200,00L [39] Harga gasolin : Rp. 9.850,00L [40] Harga kerosen maupun golongan jet fuel : Rp. 8.305,59L [41] : Harga diesel non subsisi : Rp. 9.200,00L [42] Harga diatas menunjukkan bahwa pengolahan palm olein menjadi telah memberikan nilai tambah dari bahan baku. Dari bahan bakar diatas, bahan bakar yang telah dikomersialisasi di Indonesia adalah biodiesel sebagai blending pada solar untuk B10. Pemanfaatan dari biofuel ini dimasa mendatang memiliki potensi yang sangat besar, mengingat pemerintah dalam PP republik Indonesia no 79 tahun 2014 mengenai kebijakan energi nasional ingin mencapai bauran energi yang optimal, diantaranya pada tahun 2025 peran energi baru dan terbarukan paling sedikit 23 dua puluh tiga persen dan pada tahun 2050 paling sedikit 31 tiga puluh satu persen sepanjang keekonomiannya terpenuhi. Hal ini mengindikasikan bahwa dimasa mendatang energi baru dan terbarukan dipersiapkan untuk mengurangi kertergantungan akan sumber energi fosil. Universitas Sumatera Utara 13 DPR bersama Kementrian ESDM juga memberikan subsidi pada produsen bahan bakar terbarukan seperti biodiesel dan bioetanol, seperti yang terjadi di februari lalu dengan pemberian subsidi sebesar Rp. 4.000,00liter pada produsen biodiesel karena saat ini bahan bakar terbarukan belum bisa mengikuti standar harga bahan bakar minyak Singapura. Dengan adanya dukungan pemerintah dalam pengembangan bahan bakar terbarukan ini tidak menutup kemungkinan kedepannya jika Indonesia dapat menjadi produsen bahan bakar terbarukan selain itu hal ini akan mengatasi krisis energi di masa depan jika jumlah dari bahan bakar fosil tidak lagi mencukupi kebutuhan. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang