Manfaat Informasi Kebangkrutan Hipotesis

35 2. Kurang baiknya struktur oragnisasi perusahaan. 3. Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan 4. Adanya “managerial incompetence” a. Kesalahan dalam policy pembelian . b. Kesalahan dalam policy produksi. c. Kesalahan dalam policy marketing. d. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan. 2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain : a. Adanya persaingan yang hebat. b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya. c. Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.

C. Manfaat Informasi Kebangkrutan

Menurut Hanafi dan Halim 2000: 261 Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini: 1. Pemberi Pinjaman Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan 36 kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. 2. Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melilhat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3. Pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan- tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. 4. Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. 37 5. Manajemen Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

D. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, oleh para pemilik perusahaan dan juga diharapkan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan Baridwan, 2001: 17. Laporan Keuangan merupakan produk dari akuntasi, begitu juga interpretasi laporan keuangan juga merupakan salah satu fungsi pokok dari akuntansi. Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena memilki stakeholders yang bervariasi seperti pemegang saham, pemegang obligasi, banker, kreditur, supplier, karyawan dan manajemen. Para stakeholders perlu mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan. 38 Mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kelayakannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses akuntasi tersebut, perlu mendasarkan diri dengan adanya konsep dasar basic assumption dan prinsip-prinsip yang diterima umum. Untuk itu mereka bergantung pada laporan keuangan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan Asquith,P,1991: 34. Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740KMK.001989 adalah laporan Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan pengeluaran kas arus kas dan perubahan modal. Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini karena 39 menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740KMK.001989, pengertian kinerja itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. a. Jenis Laporan Keuangan Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan Munawir,2000: 26 yaitu : 1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga elemen pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi dimasa lalu, sedang hutang dan modal passiva menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang tunai sampai yang paling tidak likuid. 40 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam laporan laba rugi adalah : a. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan penjualan barang dagangan atau memberikan service diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. b. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi operating expenses. c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya- biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan non operating atau financial income dan Expenses. d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil extra ordinary diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan atau operasional perusahaan selama suatu periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap 41 dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari manajemen yang ada. 3. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu periode tertentu yang meupakan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang 42 kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan Supardi dan Mastuti,2003: 78. a. Jenis Analisa Laporan Keuangan Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu : 1. Analisa Internal Merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja. 2. Analisa Eksternal Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang 43 sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama financial dengan perusahaan tersebut. 3. Analisa Horizontal Analisa Dinamis Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan. 4. Analisa Vertikal Analisa Statis Analisa vertikal, merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya lapoaran keuangan atau hasil usaha periode itu saja. b. Analisis Rasio keuangan Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam 44 “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar Munawir, 2000:64. Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dengan dua macam cara pembanding yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang present ratio dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu ratio historis atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan ratio perusahaancompany ratio dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industry rasio industryrasio rata-rataratio standard untuk waktu yang sama Riyanto, 2001:329. 45 c. Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan sebagai berikut : Riyanto,2001: 330 1. Rasio neraca balance sheet ratios yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, dan sebaginya. 2. Rasio laporan laba rugi income statement ratios yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya. 3. Rasio antar laporan interestatement ratios yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaaan inventory turnover, tingkat perputaran piutang Accounting receivable turnover, assets turnover dan sebagainya. Menurut Edward Altman 2000:331 penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital to total asset ratio. 46 2. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan yang dibiayai dengan utang, misalnya total debt to total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio. 3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dayanya, misalnya total asset turnover, receivableturnover, average collection period, inventory turnover, average days inventory, working capital turnover. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian adalah : a. Rasio likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu : Riyanto,2001: 332. 47 1. Rasio lancar current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Aktiva Lancar Rasio Lancar = Hutang Lancar 2. Rasio cepat quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan. Aktiva Lancar - persediaan Rasio Cepat = Hutang Lancar 3. Rasio kas cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhihutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang paling likuid. Kas + Effect Rasio Kas = Hutang Lancar 4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva working capital to total assets ratio menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar. 48 Aktiva Lancar – Hutang Lancar Rasio Modal Kerja = Total Aktiva b. Rasio Aktifitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauhmana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya : 1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. Piutang x 360 hari Rasio Periode Pengumpulan Piutang = Penjualan Kredit 2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya. Penjualan Kredit Rasio Tingkat Perputaran Piutang = Piutang 49 3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan. Harga Pokok Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = Rata – rata Persediaan 4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauhmana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya. Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap 5. Rasio tingkat perputaran total aktiva menunjukkan efektifitas penggunaan total aktiva. Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Total Aktiva = Aktiva Tetap c. Rasio Leverage atau Solvabilitas Rasio leverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio leverage atau solvabilitas diantaranya : 1. Rasio Hutang debt ratio mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 50 Total Hutang Rasio Hutang = Total Aktiva 2. Rasio Kewajiban terhadap modal debt to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Total Hutang Rasio Kewajiban terhadap Modal = Total Modal Sendiri 3. Time interest earned ratio mengukur kemapuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bung dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga. Laba Operasi Time Interest Earned Ratio = Beban Bunga per Tahun 4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar. Hutang Lancar Rasio Kewajiban Lancar terhadap TA = Total Aktiva 51 5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar. Hutang Tidak Lancar Rasio kewajiban Tidak Lancar = Total Aktiva d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitbilitas diantaranya Riyanto, 2001: 332 : 1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Laba Kotor Marjin Laba Kotor = Penjualan Bersih 2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha 52 dan harga pokok penjualan dalam hubungannya denga penjualan yang dilakukan. Laba Usaha Marjin Laba Usaha = Penjualan Bersih 3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk mengahsilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Laba Bersih Marjin Laba Bersih = Penjualan Bersih 4. Return on Investment ROI mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.Weston dan Copeland, 2003 EBIT Laba Usaha ROI = Total Aktiva Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu 53 ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya. Muslich,2000: 61 Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Pengaruh gabungan rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.

a. Multiple Discriminant Analysis

Analisis ini diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang analisis keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari sebuah perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut untuk menggolongkan perusahaan itu masuk kategori bangkrut atau tidak. 54 Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan untuk memperkecil rasio dan untuk mempertinggi kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk: 1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan 2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual 3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana oragnisasi dalam memutuskan alternatif - alternatifnya.

b. Analisis Z-score Model Altman

Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial dari sebuah perusahaan. 55 Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Z-score = 0,012X 1 + 0,014X 2 + 0,033X 3 + 0,006X 4 + 0,999X 5 Keterangan : X 1 = Modal kerja terhadap total harta working capital to total assets X 2 = laba yang ditahan terhadap total harta retained earning to total Assets X 3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta earning before interest and taxes to total assets X 4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang market value equity to book value of total debt X 5 = Penjualan terhadap total harta sales to total assets Presentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan presentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan presentase normal. Kriteria yang digunakan untuk 56 memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah : Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, dengan nilai “cut-off” untuk indeks ini adalah 2,675 Muslich, 2000:60. Karena banyak perusahaan yang tidak go-public sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X 4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman hasil revisi tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. 57 Persamaan hasil revisi tersebut adalah : Z-score = 0,717X 1 + 0,847X 2 + 3,107X 3 + 0,420X 4 + 0,998X 5 Keterangan : X 1 = Modal kerja terhadap total harta working capital to total assets X 2 = Laba yang ditahan terhadap total harta retained earnings to total assets X 3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta earnings before interest and taxes to total assets X 4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang market value equity to book value of total debt X 5 = Penjualan terhadap total harta sales to total assets Supardi dan Mastuti, 2003: 80. Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu. 58 Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman yaitu : Current Assets – Current Liabilities 1. Working Capital to T.A = Total Assets Retained Earnings 2. Retained earnings to total assets = Total Assets EBIT 3. EBIT to total assets = Total Assets Market Value Equity 4. MVE to BVTD = Book Value of Total Debt Sales 5. Total Assets Turnover = Total Assets Kelima Rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan rasio- rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu : 1. Rasio likuiditas yang terdiri dari X 1 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X 2 dan X 3 59 3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X 4 dan X 5 Riyanto, 2001:330. Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Modal kerja terhadap total harta working capital to total assets digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya. 2. Laba ditahan terhadap total harta retained earnings to total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio 60 yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berikutnya. 1. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta earnings before interest and taxes to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. 2. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang market value equity to book value of total debt digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. 61 3. Penjualan terhadap total harta sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. 62

c. Analisis Z-score Model Foster

George Foster dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis” melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan-perusahaan kereta api di Amerika Serikat periode 1970-1971. Semula ia menggunakan Univariate models dengan menggunakan dua variabel rasio secara terpisah, yaitu Transportation Expense to Operating revenue ratio TEOR Ratio dan Time Interest Earned Ratio TIE Ratio. Kemudian Foster mencoba menerapkan sampel perusahaan yang sama untuk dianalisis dengan Multivariate Models, yaitu : Z-score = aX + bY Keterangan : X = TEOR Y = TIE Rasio yang pertama menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan, sedangkan rasio kedua menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar. Dengan menggunakan data yang sama seperti Univariate Models, maka didapat persamaan diskriminannya yaitu : 63 Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y Persamaan ini kemudian kita perguankan untuk menyusun peringakat nilai-nilai Z untuk semua perusahaan yang diambil sebagai sampel. Setelah itu dicari “Cut-off point” untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-Off point” Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang tidak bangkrut. Studi ini dinilai berhasil karena dari 10 perusahaan hanya terdapat 1 perusahaan yang salah dalam pengelompokan Husnan, 2002:685. Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Foster yaitu : Transportation Expense 1. TETO = Operating Revenue EBIT 2. TIE = Interest Expense 64 D . Kerangka Pemikiran Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ke titik yang tidak sehat yang paling ekstrim. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Bagi setiap perusahaan penyusunan lapporan keuangan merupakan hal penting, laporan keuangan sendiri merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang go-public. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi 65 kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. Laporan keuangan adalah Ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan unutk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. 66 Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini : Laporan Keuangan Perusahaan Z-Score Model Altman 1. Working Capital to Total Assets Ratio 2. Retained Earnings to Total Assets Ratio 3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio 4. Market Equity to Book Value of Total Debt Ratio 5. Sales to Total Assets Ratio Z-Score Model Foster 1. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio TEOR Ratio 2. Time Interest Earned Ratio TIE Ratio Analisis Uji Beda Uji t 67

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan yang masih harus diuji kebenarannya, digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul Arikunto, 2002: 64. Penelitian ini menggunakan uji beda uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Landasan teori dan kerangka berfikir diatas, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha : Bahwa ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go- public di Bursa Efek Indonesia. Ho : Bahwa tidak ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Indonesia. 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian kali ini, yang menjadi titik perhatian suatu penelitian dalam skripsi ini adalah penggunaan laporan keuangan perusahaan sebelum terjadi kebangkrutan untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Indonesia 2007 – 2009.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, 2002: 108. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi subjek yang akan diteliti. Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan industri textile dan garment go-public di Bursa efek Indonesia periode tahun 2007 sampai periode 2009. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu Arikunto, 2002:117. Kriteria tersebut adalah :