Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

5.2.5 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,533 dengan nilai korelasi Pearson 0,094. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi berpikir yakni faktor psikologik seperti kebiasaan, sikap, perilaku, perkataan, dan biologik yakni hormonal, keturunan, dan kebiasaan makan Elvira, S. D., 2013

5.2.6 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,928 dengan nilai korelasi Pearson 0,14. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena otak memiliki konsumsi pasokan gula yang tetap. Benton dan Parker, 1998, menemukan adanya korelasi kadar gula darah dengan spatial memory task p=0,03 dan r=5,42, sedangkan tidak ada korelasi antara kadar gula darah dengan performa word recall p 0,05. Beberapa subjek penelitian memiliki penurunan dalam konsentrasi setelah mengalami peningkatan kadar gula darah oleh karena peningkatan reflex parasimpatis yang mengakibatkan pemompaan darah lebih kepada sistem gastrointestinal. Kondisi hiperglikemik mengakibatkan peningkatan viskositas darah sehingga terjadi penuruan aliran darah ke otak dan seseorang dapat mengalami penurunan fungsi kognisi seperti yang didapati pada kondisi hipoglikemik Nelson, D.L. Cox,M. M., 2013. Universitas Sumatera Utara Gold, 1995, menemukan adanya hubungan kadar gula darah dengan memori pada tikus dan juga pada manula dengan penyakit Alzheimer. Craft, S., Murphy, C., Wemstrom, J. 1994. Menemukan tidak ada hubungan kadar gula darah dengan memori kompleks dan uji nonmemori. Tubuh memiliki pengaturan untuk mempertahankan pasokan kadar gula darah yang tetap ke otak agar fungsi kognisi terutama konsentrasi berpikir tetap dipertahankan. Regulasi ini membuat pasokan gula ke otak tidak berubah drastik baik dalam kondisi penurunan maupun peningkatan kadar gula darah dalam batas normal. Pada orang normal dengan regulasi gula darah normal, sistem ini berjalan dengan baik dan mampu mengkompensasi, sehingga kadar gula darah yang rendah pada saat berpuasa dan setelah makan tidak terlalu mempengaruhi kinerja otak Koolman Roehm, 2007. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan