Teknik Pengumpulan data Kesimpulan Saran

Kriteria eksklusi:  Melakukan olahraga berat satu minggu terakhir.  Mengkonsumsi alkohol.  Merokok.  Riwayat diabetes.  Mengkonsumsi obat yang mempengaruhi regulasi glukosa. Perhitungan sampel berdasarkan pada jenis penelitian dengan � = { � + � ,5�� + � − � } 2 + 3 Z : Kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5 1,645. Z  : Kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5 1,960. r : Koefisien korelasi ditetapkan 0,5. n = 46 orang. Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian adalah empat puluh enam orang.

4.4 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara cohort prospektif, data diambil langsung dari peserta yang memenuhi kriteria yang telah berpuasa lebih dari delapan jam dengan menggunakan glucose meter dan trail making test kemudian data diambil kembali dari peserta yang sama yang satu jam setelah makan roti tawar, selai stroberi, madu, dan jus jeruk dengan total 225 kalori, 6,7g protein, 4,6g lemak, 51,4g karbohidrat, dan 1,3g serat.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Editing Universitas Sumatera Utara Editing dilakukan untuk memastikan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau belum, serta dapat dibaca dengan relevan atau tidak. 2. Coding Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu memberi kode terhadap setiap data yang diambil. Tujuannya untuk memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer. 3. Entry Data Dilakukan dengan cara memasukan data yang telah dicoding ke dalam computer dengan menggunakan program komputer. 4. Cleaning Data Cleaning data bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan data yang tidak memenuhi syarat atau missing.

4.5.2 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam pengolahan data adalah analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Jika data memenuhi syarat data berdistribusi normal maka menggunakan uji korelasi Pearson tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan metode alternatif yang lain yaitu uji korelasi Spearman.Dahlan, 2010. Data dari setiap pengukuran kadar gula darah dan konsentrasi berpikir akan dicatat dan disajikan dalam bentuk tabel. Nilai kemudian akan dinilai dan dibandingkan dengan menggunakan program statistik komputer. Dari analisis ini akan diperoleh korelasi antara kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terletak di Jalan dr. T. Mansyur no. 5 Kampus USU, Medan 20155, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Universtias ini adalah universitas negeri yang berada di bagian utara Pulau Sumatera, yang didirikan pada tahun 1952. Universitas Sumatera Utara menawarkan beberapa fakultas bidang kesehatan seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedoktera Gigi, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi. Jumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat ini adalah 1400 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kohort prospektif terhadap empat puluh enam sampel mahasiswa sehat. Data diperoleh dengan mengobservasi langsung setiap mahasiswa tersebut.

5.1.2 Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Rentang usia pada sampel yang terlihat adalah delapan belas hingga dua puluh satu tahun. Sebanyak empat puluh enam orang yang seluruhnya telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan Informed consent. Sampel juga memenuhi seluruh kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel adalah pria berusia dua puluh hingga tiga puluh tahun dengan Base Metabolic Index 18,5-24,9 kgm 2 . Sampel ditolak bila melakukan olahraga berat satu minggu terakhir, mengkonsumsi alkohol, merokok, memiliki riwayat diabetes, dan mengkonsumsi obat yang mempengaruhi regulasi glukosa. Seluruh sampel memiliki ras asia, dengan kebangsaan Indonesia. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Gambaran Kadar Gula Darah Preprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan glucose meter setelah berpuasa minimal delapan jam preprandial, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.1 Kadar Gula Darah Preprandial Kadar Gula Darah mgdl Frekuensi Persentase 55-64 1 2 65-74 3 7 75-84 6 13 85-94 5 11 95-104 12 26 105-114 13 28 115-124 6 13 Total 46 100 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula darah preprandial pada 46 orang sampel adalah 98.2 mgdl dengan simpangan baku 14,7 mgdl.

5.1.4 Gambaran Kadar Gula Darah Postprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan glucose meter setelah satu jam setelah makan 252 kalori makanan dengan penyerapan cepat postprandial, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.2 Kadar Gula Darah Postprandial Kadar Gula Darah mgdl Frekuensi Persentase 103-112 3 7 113-122 9 20 123-132 11 24 133-142 10 22 143-152 6 13 153-162 6 13 163-172 1 2 Total 46 100 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula darah postprandial pada 46 orang sampel adalah 134,5 mgdl dengan simpangan baku 15,6 mgdl. Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Gambaran Konsentrasi Berpikir Preprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan Trail Making Test B setelah berpuasa minimal delapan jam preprandial, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.3 Konsentrasi Berpikir Preprandial Trail Making Test detik Frekuensi Persentase 28-37,95 3 7 38-47.95 8 17 48-57.95 17 37 58-67.95 9 20 68-77.95 6 13 78-87.95 2 4 88-97.95 1 2 Total 46 100 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil tes preprandial pada 46 orang sampel adalah 56,42 detik dengan simpangan baku 13,94 detik.

5.1.6 Gambaran Konsentrasi Berpikir Postprandial pada Responden

Seluruh sampel telah diperiksa dengan menggunakan Trail Making Test B satu jam setelah makan 252 kalori makanan dengan penyerapan cepat postprandial, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.4 Konsentrasi Berpikir Postprandial Trail Making Test detik Frekuensi Persentase 24-31,995 3 7 32-39,995 13 28 40-47.995 9 20 48-55.995 11 24 56-63.995 5 11 64-71.995 4 9 72-79.995 1 2 Total 46 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil tes postprandial pada 46 orang sampel adalah 47.5 detik dengan simpangan baku 11,64 detik.

5.1.7 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir

Tabel 5.5 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Konsentrasi Berpikir Kadar Gula Darah Preprandial 0,089 p = 0,556 Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,556 dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,089 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir.

5.1.8 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Postprandial

Tabel 5.6 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Konsentrasi Berpikir Kadar Gula Darah Postprandial 0,094 p = 0,533 Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,533 dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,094 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir.

5.1.9 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Tabel 5.7 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir Korelasi Konsentrasi Berpikir Peningkatan Kadar Gula Darah 0,14 p = 0,928 Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, didapatkan p0,05 p =0,928 dengan nilai korelasi Pearson two-tailed sebesar 0,14 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Universitas Sumatera Utara

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kadar Gula Darah Preprandial pada Responden

Berdasarkan Deparetemen Kesehatan Republik Indonesia, kadar gula darah puasa delapan jam normal adalah 80-110 mgdl. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Freckmann, G., et al pada tahun 2007 didapatkan kadar gula darah puasa minimal delapan jam adalah 82,1 mgdl dengan simpangan baku 7,9 mgdl. Subjek dalam penelitian ini memiliki kadar gula darah preprandial 98,2 mgdl dengan simpangan baku 14,7 mgdl. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh subjek yang memiliki kadar gula darah preprandial yang tidak normal yakni lebih besar daripada 110 mgdl.

5.2.2 Kadar Gula Darah Postprandial pada Responden

Subyek mengkonsumsi makanan 225 kalori dengan 6,7g Protein, 4,6g Lemak, 51,4g Karbohidrat, dan 1,3g Serat. Didapatkan 4 memiliki kadar gula darah 110 mgdl, 9 160 mgdl, 87 110-160 mgdl. Rata-rata peningkatan 36,3 mgdl dengan simpang baku 15,3 mgdl dengan rata-rata kadar gula darah dicapai 134,5 mgdl dengan simpang baku 15,6 mgdl. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia kadar gula darah postprandial normal adalah kurang dari 110-160 mgdl. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki kadar gula darah postprandial yang normal. Freckmann, G., et al pada tahun 2007 melakukan penelitian dengan memberi konsumsi makanan serupa dan didapati rata-rata peningkatan 55,8 mgdl dengan simpang baku 21,7 mgdl dengan rata-rata kadar gula darah yang dicapai adalah 137,2 mgdl dengan simpang baku 21,1 mg.dl. Penelitiannya menggunakan Continuous Glucose Profile test. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan penyerapan makanan subjek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, walaupun demikian kadar gula darah postprandial yang dicapai tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan adanya regulasi tubuh untuk mencapai kadar gula darah tertentu setelah mengkonsumsi makanan. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Konsentrasi Berpikir pada Responden

Gorht-Marnat, Gary pada tahun 2003 menunjukkan performa normal Trail Making Test B berjarak normal antara 0 dan 85 detik; kerusakan ringan, 86-120 detik; dan kerusakan berat adalah 121 detik atau lebih. Benton dan Parker, 1998, menggunakan uji Word List, Brown-Peterson, Wecshler Story, dan Abstract Reasoning untuk menguji kognisi secara umum. Evans, M. L., Pernet, A., Lomas, J., Jones, J., Amiel, S. A. 2000. Menggunakan uji Stroop, Trail Making Test B, 4-Choice Reaction Time. Donohoe dan Benton, 2000. Menggunakan uji Word Recall Test dan Paced Auditory Serial Test untuk menilai kognisi. Pada penelitian yang telah dilakukan menggunakan Trail Making Test untuk menguji konsentrasi berpikir, didapatkan hasil rata-rata Trail Making Test B preprandial adalah 56,42 detik dengan simpang baku 13,94 detik. Hasil rata-rata Trail Making Test B postprandial adalah 47,5 detik dengan simpang baku 11,64 detik Hal ini menunjukan bahwa subjek penelitian memiliki konsentrasi yang normal walaupun ada satu subjek dengan hasil uji 93 detik yang menandakan adanya kerusakan fungsi konsentrasi ringan pada uji preprandial tetapi membaik pada saat uji postprandial.

5.2.4 Korelasi Kadar Gula Darah Preprandial dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,556 dengan nilai korelasi Pearson 0,089. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena adanya regulasi tubuh yang mempertahankan pasokan gula ke otak secara terus menerus sehingga mampu mempertahankan fungsi kognisi terutama konsentrasi berpikir. Pada orang normal dengan kondisi normoglikemik, regulasi ini dapat mengkompensasi penurunan kadar gula darah ketika menjalani puasa minimal delapan jam. Universitas Sumatera Utara

5.2.5 Korelasi Kadar Gula Darah Postprandial dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,533 dengan nilai korelasi Pearson 0,094. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi berpikir yakni faktor psikologik seperti kebiasaan, sikap, perilaku, perkataan, dan biologik yakni hormonal, keturunan, dan kebiasaan makan Elvira, S. D., 2013

5.2.6 Korelasi Peningkatan Kadar Gula Darah dengan Konsentrasi Berpikir

Berdasarkan hasil uji korelasi dua arah yang telah dilakukan, didapatkan p 0,05 p =0,928 dengan nilai korelasi Pearson 0,14. Hal ini menunjukkan tidak signifikannya korelasi peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Hal ini disebabkan oleh karena otak memiliki konsumsi pasokan gula yang tetap. Benton dan Parker, 1998, menemukan adanya korelasi kadar gula darah dengan spatial memory task p=0,03 dan r=5,42, sedangkan tidak ada korelasi antara kadar gula darah dengan performa word recall p 0,05. Beberapa subjek penelitian memiliki penurunan dalam konsentrasi setelah mengalami peningkatan kadar gula darah oleh karena peningkatan reflex parasimpatis yang mengakibatkan pemompaan darah lebih kepada sistem gastrointestinal. Kondisi hiperglikemik mengakibatkan peningkatan viskositas darah sehingga terjadi penuruan aliran darah ke otak dan seseorang dapat mengalami penurunan fungsi kognisi seperti yang didapati pada kondisi hipoglikemik Nelson, D.L. Cox,M. M., 2013. Universitas Sumatera Utara Gold, 1995, menemukan adanya hubungan kadar gula darah dengan memori pada tikus dan juga pada manula dengan penyakit Alzheimer. Craft, S., Murphy, C., Wemstrom, J. 1994. Menemukan tidak ada hubungan kadar gula darah dengan memori kompleks dan uji nonmemori. Tubuh memiliki pengaturan untuk mempertahankan pasokan kadar gula darah yang tetap ke otak agar fungsi kognisi terutama konsentrasi berpikir tetap dipertahankan. Regulasi ini membuat pasokan gula ke otak tidak berubah drastik baik dalam kondisi penurunan maupun peningkatan kadar gula darah dalam batas normal. Pada orang normal dengan regulasi gula darah normal, sistem ini berjalan dengan baik dan mampu mengkompensasi, sehingga kadar gula darah yang rendah pada saat berpuasa dan setelah makan tidak terlalu mempengaruhi kinerja otak Koolman Roehm, 2007. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Kadar gula darah preprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 55-119 mgdl dengan rata-rata 98,2 mgdl dan simpangan baku 14,7 mgdl. 2. Kadar gula darah postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 103-171 mgdl dengan rata-rata 134,5 mgdl dan simpangan baku 15,6 mgdl. 3. Konsentrasi berpikir preprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 28-93 detik dengan rata-rata 56,42 detik dan simpangan baku 13,94 detik. 4. Konsentrasi berpikir postprandial pada seluruh subjek penelitian adalah 24-73 detik dengan rata-rata 47,5 detik dan simpangan baku 11,64 detik. 5. Tidak terdapat korelasi antara kadar gula darah preprandial dengan konsentrasi berpikir. 6. Tidak terdapat korelasi antara kadar gula darah postprandial dengan konsentrasi berpikir. 7. Tidak terdapat korelasi antara peningkatan kadar gula darah dengan konsentrasi berpikir. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

1. Penelitian ini menunjukkan korelasi kadar gula darah dengan fungsi kognisi terutama pada konsentrasi, oleh karena itu diperlukan penelitian yang juga menyelidiki fungsi kognisi lainnya. 2. Penelitian ini dilakukan pada orang normal yang tidak memiliki kelainan sistem metabolik, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk menilai fungsi kognisi pada orang dengan penyakit terutama kelainan sistem metabolik. 3. Pengukuran dan penentuan sampel hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi regulasi kadar gula darah seperti pola makan dan pola olahraga. 4. Fungsi kognisi dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan lingkungan, oleh karena itu disarankan juga memperhitungkan faktor lingkungan dalam melakukan pengukuran fungsi kognisi. Disarankan untuk mengukur fungsi kognisi di ruang yang nyaman dan dalam subjek dalam kondisi santai. 5. Peneliti menyarankan agar masyarakat tidak hanya memperhatikan asupan makanan dalam menjaga fungsi kognisi tetapi juga faktor psikologis seperti asuhan dan kebiasaan untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kognisi. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Otak