Kondisi Site Konsep Perencanaan

commit to user

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TROPICAL

RESORT DAN WEDDING PLACE DI KARIMUNJAWA Bagian ini merupakan kesimpulan dari pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, yang berupa konsep perencanaan dan perancangan, Tropical Resort dan Wedding Place, baik dari segi programatik dan arsitektur. Konsep ini akan digunakan sebagai acuan trasformasi desain yang dilanjutkan ke perancangan desain akhir.

6.1 Kondisi Site

Berdasar pada analisa lokasi dan site pada bab sebelumnya, maka ditentukan Lokasi Terpilih adalah di Pulau Cemara Besar, dengan keunggulan lokasi yaitu : 1. Pulau Cemara Besar terletak sekitar 15 km dari Dewadaru Airport, dan sekitar 10 km dari pelabuhan Karimunjawa, dengan jarak tempuh dari pelabuhan yaitu 30-40 menit dengan menggunakan kapal maupun perahu nelayan. 2. Potensi pulau sangat kaya terdiri dari potensi darat dengan tumbuhan pantai serta pasir putih halus di sepanjang pulau serta potensi laut meliputi kejernihan air dan panorama alam, seperti padang lamun dan rumput laut dengan biota laut yang beraneka ragam.. 3. Letaknya yang jauh dari permukiman membuat pulau ini menjadi tempat yang tenang dan nyaman serta memiliki privasi yang sangat tinggi, sangat cocok untuk tempat peristirahatan, acara pernikahan, dan bulan madu bagi pasangan. 4. Pulau Cemara Besar merupakan kepulauan kecil tetapi cukup besar untuk resort. Dari sudut manapun memiliki potensial alam yang cukup besar. 5. Pantainya merupakan pantai landairendah paling dalam hanya sepinggang orang dewasa. 6. Dekat dengan Kura-kura Resort commit to user 7. Lokasi menggambarkan suasana yang natural dan romantic. , yaitu keintiman dan privasi benar-benar didapatkan dalam site serta keindahan panorama alam dengan kejernihan air dan kedangkalan pantai yang akan menambah suasana natural romantis tersebut. Studi pandang suasana sekitar lahan.

6.2 Konsep Perencanaan

6.2.a Konsep Pencapaian Pencapaian ke Pulau Cemara Besar menggunakan perjalanan laut ke dermaga umum, kemudian pencapaian ke dalam tapak Gambar VI.1 : Kondisi Site P. Cemara Besar Gambar VI.2 : Studi pandang P. Cemara Besar commit to user dengan berjalan kaki atau menggunakan transportasi kendaraan darat. Dapat juga bagi pengunjung istimewa menggunakan transportasi udara. Skema VI.1 : Pencapaian ke Pulau Cemara Besar Pencapaian ke dalam site dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Pencapaian untuk pengunjung Resort 2. Pencapaian untuk pengunjung pernikahan 3. Pencapaian untuk pengunjung servis dan pengelola 6.2.b Konsep Potensi View dan Orientasi View dan orientasi massa bangunan baik darat maupun perairan pantai mengarah ke perairan laut kesegala arah, sehingga pengunjung mampu menikmati keindahan alam Karimunjawa dari sudut pandang yang lebih banyak dan bebas. View semaksimal mungkin diekspos karena merupakan potensi yang menarik dan indah, serta alam luar benar-benar bisa dinikmati sehingga dapt menggambarkan suasana yang romantis. + 1 jam 1 2 jam 1 2 jam Bandar Udara Dewadaru, Kemujan Dermaga Kapal Karimunjawa Transportasi Udara Pulau Cemara Besar Dermaga Pulau Cemara Besar Dermaga Batu Lawang Pernikahan Beristirahat commit to user Gambar VI.3 : Konsep Potensi View dan Orientasi 6.2.c Konsep Zonifikasi Sesuai dengan pola pengelompokkan standart organisasi ruang resort sebagai berikut : a. Public space b. Bed room space c. Wedding space d. General administration space e. General service space Gambar VI.4. : Konsep Zonifikasi 6.2.d Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang digunakan adalah sirkulasi yang dapat menimbulkan suasana yang romantis yaitu dengan konsep keterbukaan alam. Hal ini dilakukan agar desain yang ada d a c b b e c commit to user menyatu dengan alam lewat sirkulasi, sehingga alam luar benar- benar bisa dinikmati. Entrance ke dalam kawasan resort berasal dari dermaga umum yang berada di sebelah selatan Pulau Cemara Besar. Entrance untuk masuk ke dalam kawasan resort dibagi menjadi 2 jalur yaitu entrance untuk resort, pengunjung pernikahan dan entrance untuk servis. Pemisahan kedua entrance ini bertujuan untuk memudahkan sirkulasi pengunjung dari dan menuju kawasan Tropical Resort dan Wedding Place ini. Gambar VI.5 : Konsep Sirkulasi 1. Sirkulasi pengunjung resort dan pernikahan Lobby penerima untuk resort dan pengunjung pernikahan terletak dekat dengan jalan masuk utama kawasan, karena merupakan fasilitas utama kawasan ini. Tetapi, entrance ke resort dibuat terpisah dengan pengunjung pernikahan untuk memisahkan pengunjung resort dengan pengunjung pernikahan sehingga privasi pengunjung resort dan pengunjung pernikahan masing-masing tetap terjaga. Pengunjung yang turun dari dermaga umum sebelah selatan Pulau Cemara Besar di jemput oleh petugas resort khusus untuk 1 2 commit to user mengantarkan ke resort ataupun ke pernikahan kemudian turun di area drop off. 2. Sirkulasi servis dan pengelola. Entrance ke area servis dan pengelola terletak di bagian pailing barat site. Perletakkan area servis diletakkan terpisah dan tersembunyi dari entrance utama agar tidak mengganggu kenyamanan dan privasi dari pengunjung. Area servis terdiri dari loading dock yang berfungi sebagai area bongkar muat barang, supply bahan makanan dan pembuangan sampah serta limbah. 6.2.e Konsep Pengolahan Lansekap Konsep pengolahan landscape didarat adalah landscape yang diciptakan untuk semakin memperkuat ekspresi natural romantis dari bangunan. Penataan mengikuti bentukan site yang melengkung sehingga mampu memperkuat keromantisan bangunan. Suasana ruang luar akan didalami dengan pendalaman sekuens sehingga ruang-ruang luar yang terjadi bisa menarik, terutama untuk sekuens area pernikahan dibuat agak panjang dalam perjalanannya pasangan bisa menenangkan dan mempersiapkan diri dengan menikmati suasana alam yang ada dan dengan perjalanan yang panjang itu akan menambah nilai keagungan dan kemegahan ballroom sebagi tujuan akhir dari perjalanannya. Dalam implementasi, alam dimasukkan semaksimal mungkin ke dalam bangunan dengan memberikan banyak bukaan ke arah view terbaik dan penggunaan material alam serta material yang berwarna natural lembut. commit to user Konsep pengolahan landscape di pesisir pantai yaitu berupa cottage yang merupakan resort bulan madu yang berada di pesisir pantai atau air laut dangkal. Resort bulan madu ini sengaja dibuat diatas air laut dangkal karena untuk menjaga privasi dan keintiman pasangan untuk berbulan madu, selain itu agar tidak terganggu oleh aktifitas lain yang ada di dalam resort. Gambar VI.7: Konsep Pengolahan Cottage Cottage bulan madu yang berada di atas air laut dangkal untuk menjaga privasi serta keintiman pasangan bulan madu Kolam dan sculpture sebagai space penerima Gambar VI.6 : Konsep Pengolahan Landscape Pohon kelapa sebagai pengarah dan identitas kawasan pantai Pendalaman sekuens sehingga ruang-ruang luar yang terjadi bisa menarik commit to user 6.2.f Konsep Sistem Penghawaan dan Pencahayaan 1. Konsep Penghawaan Penghawaan alami Untuk keseluruhan ruangan dalam bangunan diusahakan semaksimal mungkin menggunakan penghawaan alami, terutama ruang-ruang publik. Untuk memaksimalkan penghawaan alami dalam ruangan diusahakan bangunan dengan ruang-ruang terbuka dan interaktif dengan ruang luar, sehingga dapat memanfaatkan penghawaan alami secara maksimal. Selain itu dengan diangkatnya bangunan maka akan membuat aliran angin dapat terjadi lewat lantai yang mampu menyejukkan ruangan. Penghawaan buatan Untuk mengefisiensi pemakaian energi, maka pada bangunan unit kamar menggunakan AC setempat. Namun, pada ruang-ruang publik yang membutuhkan kenyamanan penghawaan, maka menggunakan AC central. Gambar VI.8 : Sistem Distribusi AC Central 2. Konsep Pencahayaan Pencahayaan Alami Keseluruhan ruangan dalam bangunan diusahakan semaksimal mungkin menggunakan pencahayaan alami, terutama ruang-ruang publik. Mesin AC Outlet Outlet Intlet Intlet commit to user Menghindari sinar matahari langsung guna kenyamanan pengunjung. Untuk menghindari efek radiasi sinar matahri, digunakan tanaman sebagai pemantul dan pelembut sinar. Pencahayaan Buatan 1. Lampu Mercury Digunakan untuk ruangan yang membutuhkan intensitas penerangan tinggi dan untuk pencahayaan luar seperti plaza, tempat parkir dan jalur kendaraan. 2. Lampu Flouroncense Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan intensitas penerangan sedang. 3. Spot Light Digunakan untuk memberikan efek penerangan khusus pada objek-objek tertentu seperti sculpture, pintu masuk, kolam renang, dll. 4. Lampu pijar Digunakan untuk penerangan pada ruangan-ruangan dengan intensitas rendah dan untuk memberi kesan hangat pada ruangan. 6.2.g Konsep Penampilan Bangunan Gaya bangunan mengambil tropis modern yang ditujukan oleh penggunaan atap limasan yang dikombinasikan dengan atap datar serta pemakaian material lokal, baik pada bangunan maupun pedestrian yang bersifat alami, hangat tidak terlalu panas saat siang dan tidak terlalu dingin saat malam, seperti kayu, bebatuan, daun kelapa kering rumbia dll. commit to user Gambar VI.9 : Beach Resort Untuk massa yang sifatnya publik ditandai dengan penggunaan kolom sebagai pengganti dinding. Sedangkan untuk massa yang privat seperti cottage menggunakan dinding kayu pembatas di sekeliling bangunan untuk menjaga privasi tetapi tetap mempunyai pembukaan ke arah luar. Gambar VI.10 : Honeymoon Cotagge Sedangkan untuk massa Ballroomkapel, tetap menggunakan gaya tropis modern dengan penggunaan kayu dan sirap. Gambar VI.11 : Ballroomkapel Material atap yang digunakan adalah atap rumbia daun kelap kering. Serta atap sirap yang merupakan penutup atap yang ringan dan ruang dibawahnya menjadi sejuk karena sifatnya yang lambat menyerap panas. Dan untuk kolom-kolom pada massa publik menggunakan material kayu yang bagian bawahnya dilapisi batu paras putih agar tampak lebih natural. Untuk dinding commit to user menggunakan kayu dan batu bata yang difinishing cat warna natral atau diberi batuan alam seperti batu paras putih, bat apung dan batu susun sirih hitam. Untuk lantai mneggunakan parklet kayu dan untuk jalan setapak menggunakan beton tekstur garis, batu candi, kayu besi coral sikat, dan batu palimanan. 6.2.h Konsep Pola Tata Massa Bangunan Tata massa bangunan di darat dan pesisir pantai mengikuti garis pantai yang ada dengan orientasi ke kolam renang dengan penataan pola memusat dan bermassa mejemuk. Gambar VI.12 : Konsep Pola Tata Massa Bangunan 6.2.i Konsep Sistem Struktur a. Sistem Struktur dan bahan kontruksi Menggunakan sistem rangka para super struktur atau badan bangunan dan sistem dinding pemikul, karena keduanya saling menutupi dan mengantisipasi kekurangan dari masing-masing sistem struktur, sementara untuk bahan kontruksi mengingat bangunan hanya satu atau dua lantai menggunakan beton bertulang. commit to user b. Jenis sub strukturpondasi Tabel VI.1 : jenis sub strukturpondasi No Jenis Pondasi keterangan 1 Batu Kalimenerus Digunakan untuk bangunan satu lantai, material terbuat dari batukali yang disusun secara menerus dengan semen PC, tingkat kedalaman pondasi antara 0-1 m 2 Foot plate Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai 1-4, material yang dipakai untuk pondasi footplate adalah besi dan beton. Besar\kecil dan kualitas pondasi ditentukan sesuai dengan kebutuhan 3 Sumuran Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai, material yang dipakai untuk pondasi footplate adalah besi dan beton. Semntara untuk sumurnya menggunakan batu kali. Pondasi ini digunakan untuk pembangunan bangunan yang mempunyai permasalahan dengan kondisi lahan 4 Tiang pancang Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai untuk bangunan tinggi. Material yang dipakai untuk pondasi tiangpancang adalah besi dan beton. Besar\kecil dan kualitas pondasi ditentukan sesuai dengan kebutuhan Pemilihan jenis pondasi Sesuai dengan kriteria diatas maka jenis pondasi yang sesuai adalah Pondasi Footplate dan batu kali Menerus. Penggunaan commit to user teknologi struktur dan pemilihan bahan yang mudah tersedia di alam setempat. Dalam proses pembangunan menggunakan Sumber Daya Manusia SDM setempatlokal, orang-orang yang sudah memahami poses pembangunan menggunakan material setempat. Mempertahankan suasana alami dengan menyesuaikan pada penggunaan bahan-bahan struktur dan bentuk arsitektur yang khas di lingkungan sekitarnya. 6.2.j Konsep Utilitas a. Konsep Listrik Konsep listrik dalam bangunan Tropical Resort dan Wedding Place ini yaitu menggunakan pembangkit listrik tenaga surya, angin dan generator. Suplai utama berasal dari generator, kemudian kedua sumber lainnya sebagai alternatif pada penggunaan tertentu. Selain menggunkan sumber energy alternatif, penggunaa alat- alat elektronik juga perlu menggunakan alat elektronik yang hemat energy, seperti penggunaan lampu hemat energy, penggunaan LCD, dan lain-lain. 1. Pembangkit Listrik Sollar Cell Pemanfaatan solar cell sebagai pembangkit listrik hanya dapat dimanfaatlam ketika sumber cahaya matahari ada. Ketika malam hari dan musim penghujan energy matahari ini tidak mampu diandalkan sehingga harus dikombinasikan dengan energy alternatif lainnya. Selain digunakan sebagai suplai energy bangunan. Energy matahari juga dimanfaatkan pada lampu-lampu jalan yang commit to user menggunakan teknologi Solar Sreet lamp. Sehingga hal ini mampu mengurangi beban listrik bangunan. GambarVI.13 : Lampu tenaga surya Penerangan jalan tenaga surya merupakan solusi tepat untuk penggunaan energi yang lebih efisien. 2. Pembangkit listrik tenaga angin. Potensi angin yang cukup besar pada perbatasan antara air dan daratan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan kincir angin. Pembangkit listrik ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : Gambar VI.14 : Bagian-bagian turbin angin 1. Gearbox : alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. commit to user 2. Brake system : digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. 3. Generator : generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energy listrik 4. Penyimpanan energi ; karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin tidak sepanjang hari angin akan selalu tersedia maka ketersediaan listrk pun tidak menentu. 5. Rectifier-inverter : rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat meyearahkan gelombang sinusoidal AC yang dihasilkan oleh genrator menjadi gelombang DC. 3. Pembangkit Listrik Mikroba. “Microbial Fuel Ceell”. Didalam microbila fuel cell MFC, banyak sekali bakteri yang bekerja sebagai agen bioremediasi, ini disebut sebagai konsorsium. Tak cuma satu atau dua jenis bakteri, tetpi banyak. Salah satu dari bakteri tersebut adalah Geobacter metallireducens. Geobacter metallireducens adalah golongan bakteri dari Genius Geobacter yang unik karena dapat memproduksi fili mirip filamen yang berfungsi sebagai kabel nano untuk mentransfer elektron dari luar sel kepada akseptor elektron yang tak larut seperti mineral besi dan yang paling mungkin kepada elektroda. Filamen ini lebarnya hanya 3—5 nano meter 10.000 kali lebih tipis dari pada rambut manusia dan panjangnya bisa mencapai 20 mikrometer 10 kali panjang selnya. Selain itu, bakteri ini juga dapat mengeluarkan flagel yang berfungsi sama seperti fili tersebut. padahal, biasanya flagel dan fili merupakan alat gerak tetapi tidak bagi commit to user bakteri ini karena bakteri ini bersifat imotil atau tidak bergerak. Formasi fili dan flagel ini bisa muncul jika bakteri tumbuh dalma lingkungan yang kaya akan oksida besi dan mangan, bentuk ini merupakan suatu bentuk adaptasi kemotatik. Denagn demikian, bakteri ini akan mentrasfer elektron, terutama ketika terjadi proses bioremediasi air tanah yang terkontaminasi oksida-oksida tersebut. Para penelitinya mengatakan bahwa sebelumnya bakteri golongan Geobacter tak pernah berenang atau bergerak dalam lautan, tetapi ketika dia berada dalam lautan yang mengandung logam tak larut, bakteri ini dengan leluasa bergerak. Para peneliti menyebut bakteri ini bergerak melalui rel yang menunjuk ke arah logam tak larut itu berada. Sehingga, ketika proses biomediasi itu terjadi, limbah yang tercemar dapat dimurnikan dari pencemarnya karena pencemarnya bisa diekstrasi dari sifat ketidaklarutannya itu. Bakteri Golongan Geobacter bersifat anaerob, artinya dia tidak membutuhkan oksigen bebas dalm berespirasi, itu sebbanya bakteri ini banyak dijumpai pada sedumen- sedimen yang ada di dasar danau, laut, ataupun sungai. Kemudian bakteri ini juga bersifat termofilik yang hidup di tempat bersuhu tinggi. Mikroba fuel sel terdiri dari dua bilik, satu bilik diisi dengan air limbah atau nutrien dan satunya diisi dengan air, setiap bilik terdapat elektroda. Secara alami bakteri yang tedapat dalam limbah akan mengkonsumsi material organic yang terdapat dalam limbah dan sekaligus menghasilkan arus listrik. commit to user 4. Generator Generator merupakan alternatif pemilihan energy alternatif terakhir jika kebutuhan penekanan listrik dari sumber energy alternatif tidak mencukupi. Skema VI.2 : Sistem Distribusi Listrik ATS : Automatic Transfer Switch Merupakan alat untuk memindahkan sumber aliran listrik secara otomatis dari sumber aliran listrik yang ada. PL Solar Cell PL Angin Trafo Converter Penyimpan Energi Distribusi PL Mikroba SDP Distribusi Generator Trafo Converter Penyimpan Energi Trafo Converter Penyimpan Energi Trafo Distribusi SDP SDP ATS MDP commit to user MDP : Main Distribution Panel Merupakan panel primerpusat penyalur aliran listrik ke sub-sub panel ke masing-masing kelompok ruang atau unit bangunan. Ruang panel ini sekaligus berfungsi sebagai ruang kontrol listrik. SDP : Sub Distribution Panel Merupakan panel sekunder pada masing-masing kelompok ruang untuk mendistribusikan aliran listrik ke unit-unit ruang. b. Konsep Air Bersih Air bersih dapat dari dua sumber yaitu : 1. Pengolahan air bersih Air bersih didapatkan dari pengolahan air laut dengan destilasi. Air yang tertangkap ini kemudian akan menjadi air bersih. Selain memanfaatkan air laut, pengadaan air bersih juga memanfaatkan air kotor yang diolah menggunakan water treatment. commit to user Gambar VI.15 : Pengolahan Air Laut Skema VI.3 : Pengadaan air bersih dari air laut Skema VI.4 : Pengadaan air bersih dari pengolahan air kotor Sistem distribusi menggunakan sistem Down Feed hal ini disebabkan system ini membutuhkan energy yang kecil dalam distribusi air bersih. Tangki air laut Pemanasan Terbentuknya endapan garam Terbentuknya titik- titik embun air Tangki penampung sementara Tangki penyimpanan Tangki air kotor Water treatment Terbentuknya sedimen Terbentuknya air bersih Tangki penampung sementara Tangki penyimpanan commit to user Skema VI.5 : Sistem Distribusi air bersih c. Konsep Jaringan Air Kotor Konsep pengolahan air kotor yaitu dengan memanfaatkannya sebagai pembangkit energy listrik. Penampungan air kotor dan kotoran berada di lantai dasar Resort. Air kotor ini akan di konversi menjadi air bersih dengan menggunakan water treatment. Adapun endapan dari proses ini akan dijadikan pupuk bagi tanaman di darat. Untuk kotoran manusia ditampung di dalam penampungan khusus di dasar bangunan, kemudian gas yang timbul dari kotoran ini dimanfaatkan sebagai Bio Gas. Skema VI.6 : Jaringan Air Kotor Water Treatment Pompa Tangki Utama Pompa Top Tank Darat Top Tank Laut Top Tank Darat Top Tank Laut Toilet Air Kotor Bak Air Kotor Listrik Tenaga Mikroba Air Bersih Kotoran Bak Kotoran Endapan Pupuk Bio Gas commit to user d. Konsep jaringan Komunikasi. Jaringan komunikasi digunakan untuk memudahkan pelayanan dalam tropical resort dan wedding place ini, serta hubungan dengan pelanggan dari luar daerah. System komunikasi ini menggunakan 2 sistem, yaitu : 1. Jaringan komunikasi eksternal Merupakan jaringan komunikasi resort dengan pihak luar, baik lokal, nasional maupun internasional. Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi ini digunakan jasa pelayanan komunikasi telepon selullar maupun internet. Skema VI.7 : Jaringan Komunikasi Eksternal 2. Jaringan Komunkasi Internal Merupakan jaringan komunikasi antar unit-unit ruangbagian sehingga pelayanan kegiatan resort dapat dilakukan secara baik dan cepat. Skema VI.8 : Jaringan Komunikasi Internal Jaringan TELKOM Central Telephone PABX Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Central Telephone commit to user e. Konsep Sistem Pengaman Bahaya Kebakaran Konsep pengamanan bahaya kebakaran pada tropical resort dan wedding place ini adalah menggunakan sistem deteksi dan sistem penanganan. Sistem deteksi terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1. Sistem deteksi manual Ketika terjadi kebakaran maka petugas ataupun pengunjung yang mengetahui menekan alaram tanda kebakaran. 2. Sistem deteksi otomatis Sistem deteksi dini bahaya kebakaran ini memudahkan pada tempat-tempat yang sulit dijangkau dan meminimalkan kelalaian petugas. a. Detector asap Dipasang pada langit-langit ruangan untuk mendeteksi timbulnya asap yang berlebihan. Ukuran luas ruangan 92 m 2 dan ketinggian 3 m, memerlukan 1 bh detector. b. Detector panas Dipasang pada langit-langit atau dinding ruangan untuk mendeteksi timbulnya panas yang berlebihan. Ukuran luas ruangan 46 m 2 dan ketinggian 3 m memerlukan bh detector. c. Detector api Dipasang pada langit-langit atau dinding ruangan untuk mendekati timbulnya nyala api. Ukuran luas ruangan 100 m 2 dan ketnggian 3 m, memerlukan 1 bh detector. Sistem penanganan yang dilakukan, yaitu : 1. Sistem penanganan manual Dalam penanganan nyala api, menggunakan peralatan pemadaman secara manual, yaitu meliputi : a. Fire Hydrant Box commit to user Berupa box yang didalamnya terdapat selang, batang kran dan alat penyembur noozle hose yang diletakkan pada titik tertentu. Tiap box jarak maksimal yang dijangkau 25 m. Skema VI.9 : Sistem Pemadam menggunakan Fire Hydrant Box b. Portable Extinguiser System Berupa tabung portable dengan dilengkapai selang penyembur yang diletakkan pada titik-titik tertentu. Tabung ini bekerja karena tekanan gas yang ada di dalamnya. 2. Sistem Penanganan Otomatis Gas Springkler Sistem ini berupa pipa-pipa gas yang berada di langit-langit pada titik tertentu dipasang outlet titik penyembur gas. Tiap-tiap outlet sekaligus dilengkapi dengan detector. Ketika detector mendeteksi adanya kebakaran maka secara otomatis outlet akan pecah sehingga menyemburkan gas. Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Unit Ruang Fire Hydrant Box Top Tank commit to user Skema VI.10 : Sistem pemadam menggunakan Gas Sprinkler f. Konsep Sistem Penangkal Petir Dalam mengantisipasi ancaman petir dalam lingkungan laut, maka perencana menggunakan penangkal petir modern E.F. Lightning Protection System. Ada tiga prinsip penting yang dimiliki oleh penangkal petir modern E.F. Lightning Protection System : 1. Penyaluran arus petir yang sangat kedap atau tertutup terhadap obyek sekitar dengan menggunakan terminal penerima dan kabel penghantar khusus yang memiliki sifat isolasi tegangan tinggi. 2. Menciptakan elektron bebas awal yang besar sebagai steamer Emission apda bagian puncak dari sistem penangkal petir terminal 3. Penggabungan E.F. Terminal dan E.F. Carrier yang memiliki isolasi tegangan tinggi pada sistem penangkal petir, memberikan jaminan keamanan terhadap obyek yang dilindungi. Pipa Sekunder Pipa Sekunder Pipa Sekunder Pipa Sekunder Pipa Sekunder Pipa Sekunder Pipa Primer Top Tank Gas Outlet Outlet commit to user Gambar VI.16 : Penangkal petir EF Lightning E.F. Lightning Terminal dan Fiberglass Mounting Menciptakan elektron bebas atau emisi lebih awal mendahului obyek sekeliling yang dilindungi atau yang menjadi sasaran sambaran. Berisolasi tegangan tinggi, mampu menghasilkan emisi 6x1012 elektronssecond per milliamp atmosheric current, yang terbangkit dengan sendirinya oleh besarnya medan listrik yang terjadi di awan dan berlanjut dengan pengembangan corona effect di atmosfer. Mengantisipasi secara dini dambaran petir dengan aktif- reaktif sesuai Early Streamer Emission ESE. Memberikan efek radius proteksi cukup luas, tergantung pada ketinggian pemasangan dan intensitas sambaran. Tabel VI.2 : Perletakan Petir EF Lightning Tinggi meter 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Radius Proteksi meter 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 g. Konsep Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan pada tropical resort dan wedding place ini yaitu dengan disediakan unit tempat sampah yang ditempatkan merata di seluruh bagian bangunan. Dari unit- unti kemudian dikumpulkan oleh petugas ke pusat pembuangan di area servis. Sampah kemudian dipress dan dijadikan bahan bakar dalam destilasi air bersih yang berasal dari air laut. commit to user Skema VI.11 : Pemanfaatan sampah

6.3 Konsep Kebutuhan Ruang