13
2.1.2 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan agency theory dikembangkan di tahun 1970-an terutama pada tulisan Jensen dan Meckling 1976 pada tulisan yang berjudul “Theory of the
firm: Managerial behavior, agency costs, and ownership structure”. Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memecahkan memahami dan
memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak perikatan.
Menurut Anthony dan Govindarajan 2005, teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-
tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Teori keagenan menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan
maka akan muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya Jensen dan
Meckling, 1976. Agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu suatu
kondisi adanya ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder
sebagai pengguna informasi. Eisendhart 1989 mengemukakan beberapa teori yang melandasi teori
agensi. Teori-teori tersebut dibedakan menjadi tiga jenis asumsi yaitu asumsi
14
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan dirinya
sendiri self interest, memiliki keterbatasan rasionalitas bounded rationality, dan tidak menyukai resiko risk aversion. Asumsi keorganisasian menekankan
bahwa adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa
informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Jadi yang dimaksud dengan teori keagenan yaitu membahas tentang hubungan keagenan
antara principal dan agent. Agency Theory menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi
perilaku mementingkan diri sendiri”. Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk
memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk mengelola aset perusahaan, sebuah potensi konflik
kepentingan muncul antara dua kelompok. Untuk mengurangi masalah moral dimana manajemen mengambil untung
semata, pemegang saham harus menanggung biaya agen. Biaya agency didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk
mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku mementingkan diri sendiri. Gagasan biaya agen mungkin
dihubungkan dengan Jurnal pada makalah yang berjudul Journal of Finance pada tahun 1976 oleh Michael Jensen dan William Meckling, yang menyarankan
15
bahwa tingkat utang perusahaan dan tingkat manajemen ekuitas baik dipengaruhi oleh keinginan untuk mengendalikan biaya kantor.
2.1.3 Informasi Asimetri