7
hidramnion; b Luas permukaan berkurang; c Plasentitis vilus bakteri,virus dan parasit; e Infark; f Tumor korioangioma, mola hidatidosa; g Plasenta
yang lepas; h Sindrom plasenta yang lepas; i Sindrom transfusi bayi kembar sindrom parabiotik Proverawati Ismawati, 2010.
4. Faktor lain Selain faktor ibu, janin dan plasenta, ada faktor lain yaitu faktor
lingkungan yang meliputi bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, dan terpapar zat beracun Proverawati Ismawati, 2010.
Berdasarkan tipe BBLR menurut Proverawati Ismawati, 2010 penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh: a Ibu hamil yang kekurangan nutrisi; b Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia; c Kehamilan kembar,
kehamilan lewat waktu; d Malaria kronik, penyakit kronik; e Ibu hamil merokok.
2. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh: a Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar; b Pernah melahirkan bayi
premature sebelumnya, c Cervical imcompetence mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim; d Pendarahan sebelum
atau saat persalinan antepartum hemorrhage; e Ibu hamil yang sedang sakit; f Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.
2.1.4 Manifestasi BBLR Secara umum gambaran klinis dari BBLR menurut Proverawati dan
Ismawati 2010 adalah sebagai berikut: a Berat kurang dari 2500 gram;
Universitas Sumatera Utara
8
b Panjang kurang dari 45 cm; c Lingkar dada kurang dari 30 cm; d Lingkar kepala kurang dari 33 cm; e Umur kehamilan kurang dari 37 minggu; f Kepala
lebih besar; g Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang; h Otot hipotonik lemah; i Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea; j
Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut kaki fleksi-lurus; k Kepala tidak mampu tegak; l Pernapasan 40 – 50 kali menit; m Nadi 100 – 140 kali menit
Pantiawati, 2010.
2.1.5 Masalah-masalah yang Dapat Terjadi
Menurut Proverawati dan Ismawati 2010, masalah-masalah yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Hipotermia Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah sebagai berikut: a Suhu tubuh 32º C; b
Mengantuk dan sukar dibangunkan; c Menangis sangat lemah; d Seluruh tubuh dingin; e Pernafasan lambat; f Pernafasan tidak teratur; g Bunyi jantung
lambat; h Mengeras kaku sklerema; i Tidak mau menyusui, sehingga berisiko dehidrasi Proverawati Ismawati, 2010.
2. Hipoglikemia Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke
otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak mati dan memengaruhi kecerdasan bayi kelak. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin
Universitas Sumatera Utara
9
setelah lahir dan minum sangat sering setiap 2 jam pada minggu pertama Proverawati Ismawati, 2010.
3. Hiperglikemia Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat
prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya Proverawati Ismawati, 2010.
4. Masalah pemberian ASI Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi
dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan,
membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan
≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa langsung menyusui Proverawati Ismawati, 2010.
5. Gangguan Imunologik Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig C,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena
sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang Proverawati Ismawati, 2010.
6. Kejang saat dilahirkan Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 x 24 jam untuk dicari penyebabnya.
Misalnya apakah karena infeksi sebelum lahir prenatal, pendarahan intrakranial, atau karena vitamin B6 yang dikomsumsi ibu. Selain itu, bayi akan dijaga jalan
Universitas Sumatera Utara
10
nafasnya agar tetap dalam kondisi bebas. Bila perlu diberikan obat anti kejang Proverawati Ismawati, 2010.
7. Ikterus Kadar bilirubin yang tinggi Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir, dan berbagai
jaringan oleh warna zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir Proverawati Ismawati, 2010.
8. Sindroma gangguan pernafasan Gangguan nafas yang sering terjadi pada bayi BBLR kurang bulan masa
gestasi yang pendek adalah penyakit membran hialin, dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan. Membran hialin ini jarang
terjadi pada bayi besar yang lahir pada waktunya kecuali bayi yang lahir dengan bedah sesar dan bayi dari ibu penderita diabetes mellitus. Sedangkan gangguan
nafas yang sering terjadi pada bayi BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. Selain itu, pada bayi BBLR dapat mengalami gangguan pernafasan oleh karena
bayi menelan air ketuban sehingga masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengganggu pernafasannya Proverawati Ismawati, 2010.
9. Asfiksia Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak
pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi Proverawati
Ismawati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
11
10. Masalah Perdarahan Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan
faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau menurun, gangguan trombosit, dan gangguan pembuluh darah. Faktor yang
berperan serta dalam masalah perdarahan pada bayi BBLR antara lain adalah: a Meningginya fragilitas kapiler, arteri, dan jaringan kapiler vena dalam jaringan
germinal paraventrikular yang mudah rusak, dan b Meningginya tekanan vaskular Proverawati Ismawati, 2010.
11. Anemia Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis
pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relatif lebih cepat. Oleh karena itu,
anemia pada bayi BBLR terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus akan memperberat anemianya. Persediaan zat besi pada neonatus
termasuk bayi dengan BBLSR biasanya mencukupi sampai berat badannya menjadi 2 kali berat lahir Proverawati Ismawati, 2010.
` 2.1.6 Penatalaksanaan Umum pada Bayi BBLR
Pantiawati 2010 menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu:
1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Bayi dengan berat badan lahir rendah dirawat didalam inkubator. Inkubator
yang modern dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembapan agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat
Universitas Sumatera Utara
12
diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila
mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban
relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas yang diukur dengan komsumsi oksigen sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal Pantiawati, 2010. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan
komsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5º - 37º C. Dalam keadaan tertentu
bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi
maupun pakaian Pantiawati, 2010. . 2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai
dengan kebutuhan bayi BBLR Pantiawati, 2010. . ASI Air Susu Ibu merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
mengisap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat dapat dikeluarkan
dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde ke lambung. Permulaan cairan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
13
sekitar 200 cc kgBB hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI
atau susu formula khusus bayi BBLR Pantiawati, 2010. Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan
khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur
inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku Pantiawati, 2010.
Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dalam mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menyusui pada ibunya, makanan
diberikan melalui Naso Gastric Tube NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan
interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah Pantiawati, 2010. .
3. Pencegahan Infeksi Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi
BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam
penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah
pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian
antibiotik yang tepat Pantiawati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
14
4. Pengawasan Jalan Nafas Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchioles, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal.
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh
dari plasenta Pantiawati, 2010. . Dalam kondisi seperti ini, diperlukan pembersihan jalan nafas segera
setelah lahir aspirasi lendir, dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini
dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR Pantiawati, 2010.
2.1.7 Perawatan dan Pemantauan Monitoring Bayi BBLR 2.1.7.1. Perawatan di Rumah Sakit