46
Tema 4: Menderita secara Fisik, Psikologis dan Emosional saat Merawat BBLR Sub Tema:
1. Mengalami insomnia saat
merawat BBLR
2. Kesedihan yang dirasakan ibu atas
kelahiran BBLR
3. Mengalami baby blues dan sensitif
saat merawat BBLR
Kategori:
a. BBLR tidak bisa melakukan sendawa di malam hari b. BBLR sakit
c. BBLR sering bangun di malam hari a. Merasa sedih karena bayinya kecil, tidak seperti bayi
normal pada umumnya a. Merasa sensitif karena diabaikan
b. Mangalami baby blues
Tema 5 : Mendapat Dukungan dari Pihak Keluarga dan Tenaga Kesehatan Sub Tema:
1.Mendapatkan bantuan perawatan
BBLR dari pihak keluarga
2.Mendapatkan bantuan perawatan
BBLR dari tenaga kesehatan
Kategori: a. Dibantu suami dalam merawat BBLR
b. Mendapat bantuan orang tua dalam perawatan BBLR
a. Dibantu bidan dalam perawatan BBLR
4.2 Pembahasan
4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
Bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan konsep atau teori yang ada, perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya berhubungan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Bagian ini akan membahas
mengenai keseluruhan tema yang didapatkan dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
47
1. Mengupayakan pengobatan untuk BBLR
Delapan dari sepuluh partisipan lebih memilih membawa bayi yang sakit ke sarana pelayanan kesehatan, seperti dibawa berobat ke dokter dan bidan
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasak 2013 bahwa dalam proses penyembuhan biasanya ibu melakukan penyembuhan
suatu penyakit dengan cara mengambil rujukan dari medis. Lima partisipan yang menjadi objek penelitian mengatakan bahwa bayi
pernah dibawa berobat kampung dan memberikan jamu kepada bayi berat lahir rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasak 2013 bahwa banyak orang tua,
khususnya ibu mencari pengobatan di luar medis yang dipercaya mampu untuk menyembuhkan anggota keluarganya, dan hal ini juga dipengaruhi perasaan
denial penolakan terhadap diagnosa medis terhadap kondisi anaknya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Pramono 2010 bahwa mengkomsumsi jamu
memberikan efek positif terhadap kesehatan, tidak mengandung bahan kimia, tidak memiliki efek samping, dan diramu dari bahan-bahan yang disediakan dari
alam, sehingga aman untuk dikomsumsi oleh bayi. 2.
Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR Enam partisipan mengatakan bahwa memberikan imunisasi kepada bayi
berat lahir rendah merupakan suatu keharusan agar bayi tidak mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Atikah 2010 bahwa
imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Universitas Sumatera Utara
48
Empat partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi terutama pada usia 6 bulan pertama, dan tetap
melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai umur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Roesli 2012 bahwa pemenuhan kebutuhan
bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja, selain itu pemberian ASI juga penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum
mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus, selain itu pengeluaran sisa pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum
sempurna. Empat partisipan lainnya juga mengatakan bahwa mereka memberikan
susu formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi disamping memberikan ASI. Lima partisipan mengatakan bahwa bayi diberikan makanan
pendamping air susu ibu MP-ASI setelah bayi berat lahir rendah berusia 6 bulan. Partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan roti dan bubur. Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh Rumil 2010 bahwa secara fisiologis, setelah usia 6 bulan bayi telah siap untuk menerima makanan tambahan, karena pada usia
tersebut ASI tidak dapat memenuhi lagi kebutuhan gizi bayi tersebut, sehingga makanan pendamping ASI sangat dibutuhkan, misalnya susu formula. Selain itu,
ASI hanya mampu memenuhi kebutuhan energi sekitar 60-70 dan sangat sedikit mengandung mikronutrien sehingga memerlukan tambahan makanan lain yang
disebut makanan pendamping ASI.. Salah satu partisipan mengatakan bahwa dalam merawat bayi berat lahir
rendah harus hati-hati, teliti, dan mempertahankan kebersihan dari botol susu,
Universitas Sumatera Utara
49
pakaian dan air minum yang dikomsumsi oleh bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Pantiawati 2010 bahwa bayi berat lahir rendah lebih rentan
terserang penyakit dan infeksi, karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan bayi supaya tetap bersih sekaligus meminimalisasi kemungkinan
terserang infeksi. 3.
Mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa
melakukan berbagai aktivitas saat bayi sakit, segala kegiatan terpaksa diabaikan dan ditunda terlebih dahulu. Partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa pergi
ke pesta, pengajian, belanja dan pekerjaan rumah terabaikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Mansur 2009 bahwa ibu yang memiliki bayi
berat lahir rendah cenderung mengalami keterbatasan waktu bekerja karena harus mengurus anak, interaksi sosial juga berkurang karena banyak waktu yang
dihabiskan untuk memberi perhatian kepada anaknya, mengalami keterbatasan gerak keluarga dalam bersosialisasi dan tidak bisa bebas bila ingin pergi
kemanapun karena anak harus ikut. 4.
Menderita secara fisik, psikologis dan emosional Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami
insomnia saat merawat bayi di rumah, hal ini disebabkan karena bayi sakit, tidak bisa melakukan sendawa setelah makan, dan bayi sering menangis. Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh Siswuharjo dan Chakhrawati 2002 bahwa insomnia bisa timbul akibat dari kecemasan yang berlebihan akan kondisi bayinya
yang dialami ibu pasca melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
50
Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa sedih karena bayi mereka kecil tidak seperti bayi-bayi normal pada umumnya. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Elvira 2006 bahwa proses penerimaan ibu terhadap kelahiran BBLR sangat berpengaruh pada kesiapan ibu dalam merawat
bayi, bila masa penerimaan terlalu lama bahkan ibu terjebak dalam keadaan penolakan denial yang cukup lama akan sangat mengancam kelangsungan hidup
yang baru dilahirkannya. Selain itu, kondisi ibu sangat berpengaruh besar dalam mengawal bayinya melewati masa-masa pertumbuhan.
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa saat merawat bayi berat lahir rendah mengalami baby blues dan merasa sensitif karena merasa diabaikan
oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elvira 2006 bahwa baby blues dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi dan atau timbulnya
kesadaran akan meningkatnya tanggung jawab sebagai ibu. Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami gangguan kemampuan dalam merawat bayinya, ibu
menjadi kurang bertenaga, tidak dapat berkonsentrasi, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian. Akibatnya ibu dapat merasa bersalah
dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai seorang ibu. 5. Mendapat dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan
Dari tujuh partisipan yang menjadi objek penelitian, seluruhnya mendapatkan sumber dukungan dari keluarga, terutama sumber perhatian dari
orang-orang disekitarnya terutama orang rumah, baik itu orang tua, suami, maupun keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Perinasia 2010 bahwa keluarga memegang peranan penting dalam asuhan bayi
Universitas Sumatera Utara
51
baru lahir, oleh sebab itu pelibatan keluarga harus menjadi bagian dari asuhan bayi baru lahir untuk memberikan rasa aman, meningkatkan kemampuan orang
tua dalam merawat diri dan bayinya, dan mempromosikan kesejahteraan ibu dan bayi dengan memperhatikan keyakinan, nilai, tradisi, dan budaya yang dianut oleh
keluarga. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lee., Long, Boore 2009 menunjukkan bahwa suami adalah pendukung utama dalam keluarga selanjutnya
ibu kandung dan ibu mertua melengkapi dukungan. Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapat
bantuan dari tenaga kesehatan dalam perawatan bayi berat lahir rendah di rumah. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Mok dan Leung 2006 bahwa
perawat dan bidan adalah tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi dengan bayi dan keluarga harus memiliki pendekatan khusus dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir untuk membantu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, spiritual, ekonomis dari keluarga secara keseluruhan terhadap asuhan
perawatan pada bayi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yulianty 2010 dukungan tenaga kesehatan diwujudkan dengan pemberian informasi, melatih
keterampilan, dan tindakan tenaga kesehatan terhadap perawatan BBLR.
4.3 Keterbatasan Penelitian