35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan
pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengeksplorasi pengalaman ibu usia remaja
dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Hasil penelitian ini memunculkan lima tema yang memberi suatu gambaran atau fenomena
pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema
hasil analisa data penelitian.
4.1 Hasil penelitian
4.1.1 Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu usia remaja yang melahirkan bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini dan Klinik
Bersalin Sumiariani. Jumlah partisipan adalah sepuluh orang. Kesepuluh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang
memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai. Semua
partisipan berasal dari wilayah kota Medan. Usia kesepuluh partisipan berusia 19- 24 tahun. Dari kesepuluh partisipan, sembilan orang beragama Islam dan satu
orang beragama Kristen Protestan. Empat orang partisipan berasal dari suku Batak, satu orang bersuku Minang, dan lima orang dari suku Jawa. Pendidikan
terakhir S1 sebanyak dua orang, SMA sebanyak lima orang, SMK sebanyak dua
Universitas Sumatera Utara
36
orang, dan SD sebanyak satu orang. Kesepuluh ibu usia remaja bekerja sebagai ibu rumah tangga. Berat badan bayi antara 2000-2500 gram. Lama perawatan bayi
saat diwawancarai berumur 6 bulan sebanyak dua orang, umur 1 tahun sebanyak satu orang, umur 2 tahun sebanyak tiga orang, dan umur 4 tahun sebanyak empat
orang. Karakteristik partisipan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut: Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan
Karakteristik Frekuensi
Persentase Usia
19-21 tahun 5
50 22-24 tahun
5 50
Pendidikan
SD 1
10 SMA
5 50
SMK 2
30 S1
2 20
Agama
Islam 9
90 Kristen Protestan
1 10
Suku
Batak 4
40 Minang
1 10
Jawa 5
50
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 10
100
Berat bayi saat dilahirkan
2000-2200 gram 4
40 2350-2500 gram
6 60
Lama perawatan bayi
6 bulan-1 tahun 3
30 2 tahun-4 tahun
7 70
Universitas Sumatera Utara
37
4.1.2 Hasil wawancara pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah BBLR di kota Medan
Tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara adalah sebanyak lima tema yang memaparkan berbagai pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi
berat lahir rendah di kota Medan. Kelima tema tersebut adalah 1 mengupayakan pengobatan untuk BBLR, 2 memberikan perawatan khusus pada BBLR, 3
mengalami keterbatasan kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR, 4 menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR, dan 5 mendapat
dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan. 1.
Mengupayakan pengobatan untuk BBLR Selama melakukan perawatan bayi di rumah, ibu remaja mengupayakan
berbagai macam tindakan pengobatan untuk BBLR. Adapun tindakan pengobatan yang dilakukan ibu remaja yaitu, mengupayakan pengobatan medis dan
pengobatan tradisional untuk bayi. a.
Mengupayakan pengobatan medis Delapan dari sepuluh partisipan lebih memilih membawa bayi yang sakit
berobat ke dokter dan bidan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti dibawah ini:
“….Kalo sakit ya saya bawa ke dokter spesialis anak, buka praktek di rumahnya selalu saya bawa kesitu, imunisasi juga
disitu kalo minum obat gitu kan gak sampe 3 hari sembuhlah dia….”
Partisipan 1 “….Kalo sekarang kan udah agak lumayan lah ini, dulu setiap
seminggu sekali berobat, memang sakitnya demam berobat ke bidan….”
Universitas Sumatera Utara
38
Partisipan 4 “….Kalo berobat biasanya dibawa ke bidan dekat sini, di
murtatuli biar gak jauh kali, cocok kok dia berobat di bidan itu….”
Partisipan 6 b.
Mengupayakan pengobatan tradisional non-medis Lima partisipan yang menjadi objek penelitian juga mengatakan bahwa
bayi pernah dibawa berobat kampung dan memberikan jamu kepada bayi berat lahir rendah. Berikut pernyataan partisipan:
“….Udah dikasih makan gak mau diam, dikasi susu juga gak mau diam. Terakhir, kakak bawa ke tempat orang tua sana,
adalah dulu kakek-kakek kan, ntah diapain sama dia baru dia diam agak lumayan nangisnya….”
Partisipan 4 “….Yah paling kusuk lah. Tiap bulan kusuk ada di dekat-
dekat sini tempat pak uban namanya, tiga-tiganya anak kakak dikusuk disitu…”
Partisipan 6 “….Cuma minum jamu ajalah kemaren, itupun jarangnya
mereka minum jamu, nanti kalo lewat jamunya kakak panggil trus kakak kasih lah ke mereka, malam sebelum tidur pun
kakak kasih….”
Partisipan 7 2.
Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh
partisipan ada tiga perawatan khusus yang diberikan ibu, yaitu: a memberikan imunisasi kepada bayi, b memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dan c
mempertahankan kesterilan dalam perawatan bayi.
Universitas Sumatera Utara
39
a. Memberikan imunisasi kepada bayi
Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa memberikan imunisasi kepada bayi berat lahir rendah merupakan suatu keharusan agar bayi tidak mudah
terserang penyakit. Partisipan juga mengatakan bahwa imunisasi dilakukan di rumah sakit atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya, misalnya di posyandu.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini: “….Kalo imunisasi memang lengkap, wajiblah diimunisasi anakku
ini biar gak sakit-sakit aja kerjanya….” Partisipan 4
“….Supaya gak mudah sakit selalu saya antisipasi dengan rutin Imunisasi di posyandu dekat rumah….”
Partisipan 2 “….Pas di rumah sakit bayi saya gak diimunisasi, jadi kami
sibuk nyariin imunisasi ke rumah sakit lain….” Partisipan 1
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
Empat dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi terutama pada usia 6 bulan pertama,
dan tetap melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai umur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:
“….Dikasih ASI aja dia sampe sekarang umurnya 6 bulan, kakaknya dulu gitu juga, dia kuat ASI….”
Partisipan 5 “….Iya, 2 tahun juga ASI kakak kasih dia itu kemaren….”
Partisipan 8 “….Iya, saya kasih ASI sama dia sampe 2 tahun….”
Partisipan 9
Universitas Sumatera Utara
40
Empat dari sepuluh partisipan juga mengatakan bahwa mereka memberikan susu formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
disamping memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:
“….Makan juga harus dijaga, minum susu dikasi sekali 2 jam kadang gak nyampe sejam orang ini nangis yah dikasi susu
lagi makanya cepat naik berat badannya apalagi pas dikasi susu bebelac….”
Partisipan 6 “….Dikasih susu formula biasa aja, soalnya dikasih kemaren
susu formula khusus untuk bayi bblr gak cocok sama bayiku, jadi digantilah malah susu biasa yang cocok….”
Partisipan 7 Dan lima partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan makanan
pendamping air susu ibu PASI setelah bayi berat lahir rendah berusia 6 bulan. Partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan roti dan bubur. Hal ini sesuai
dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “….Dibilang kuat ya biasalah, pagi nanti dikasih makan,
kasih roti 1 biji, sore dikasih makan lagi terserah mau nasi ato bubur baru malam dikasih makan lagi, 4 kalilah satu
hari dikasih makan, nanti satu sachet mp asi itu untuk berdua....”
Partisipan 8 “….Ku kasih nasi buburlah dicampur sama bayam sampe
sekarang, cuman itulah buburnya dimasak sendiri….”
Partisipan 7 “….Oh kalo PASI ku kasih promina dek, gak ada dicampur
apa-apa. Kadang ya ku kasih bubur, tapi kalo bubur pas udah 8 bulan kemaren, agak lama jugalah….”
Partisipan 9
Universitas Sumatera Utara
41
c. Mempertahankan kesterilan dalam perawatan bayi
Salah satu partisipan mengatakan bahwa dalam merawat bayi berat lahir rendah harus hati-hati, teliti, dan mempertahankan kebersihan dari botol susu,
pakaian dan air minum yang dikomsumsi oleh bayi. Hal itu dilakukan karena bayi berat lahir rendah masih sangat rentan terkena infeksi diakibatkan sistem imunitas
yang belum matang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “….Ya pengalaman selama ini harus hati-hatilah harus
benar-benar teliti, cara jagalah segalanya lah gimana minum susunya, botol susunya sebentar-sebentar harus direndam pake
air panas dan air harus dimasak sendiri tidak boleh dari dispenser….” Partisipan 6
“….Kan kata dokternya gitu berat badannya belum mencukupi jadi jaganya harus hati-hati, gak sembarangan nyuci botolnya,
nyuci bajunya memang ada khusus sabunnya….”
Partisipan 6 3.
Mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR Saat merawat bayi berat lahir rendah di rumah, ibu mengalami hambatan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. a.
Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat bayi sakit Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa
melakukan berbagai aktivitas saat bayi sakit, segala kegiatan terpaksa diabaikan dan ditunda terlebih dahulu. Partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa pergi
ke pesta, pengajian, belanja dan pekerjaan rumah terabaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:
“….Kesulitannya cuma pas mereka sakit aja, apalagi kalo ada keperluan mau pesta, disitu jugalah kendalanya,
gak bisa pergilah kesana….” Partisipan 10
Universitas Sumatera Utara
42
“….Karena namanya awak yang ngurus sendiri kan, mana terkontrol lagi istilahnya awak masak di dapur gak
adalah yang ngawaninnya, namanya anak-anak kan lasak, gak bisa pergi wirid di mesjid….”
Partisipan 9 “….Cuma kalo kendalanya karena kembar di waktu sakitlah,
stress awak karena sama-sama pulak sakitnya, gak bisa kemana-mana, belanja pun gak bisa….”
Partisipan 8 4.
Menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh partisipan
didapatkan bahwa ibu remaja menderita secara fisik, psikologis dan emosional saaat merawat bayi berat lahir rendah yaitu mengalami insomnia, kesedihan yang
dirasakan ibu, mengalami baby blues dan sensitif saat merawat bayi. a.
Mengalami insomnia Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami
insomnia saat merawat bayi di rumah, hal ini disebabkan karena bayi sakit, tidak bisa melakukan sendawa setelah makan, dan bayi sering menangis. Berikut
pernyataan partisipan: “….Dia dulu juga gak pande sendawa, udah ditepuk-tepuk
juga gak akan keluar, jadi kakak tidurin di dada kakak, kakak tetap duduk sampe pagi, disuruh dokternya ditelungkupkan
aja bayinya tapi kakak gak beranilah, kadang kan sampe kakak gak tidur pun, ya tapi gak susahnya cuma itu aja….”
Partisipan 1 “….Cuma itulah yang saya bilang tadi kesulitannya sering
gak tidur malam, dia sakit-sakitan terus, nangis aja kerjanya….”
Partisipan 4 “….Waktu kami baru pindah kesini kalo pagi sampe siang
dia tidur, pas malam dia melek, jadi kalo malam kami gak ada tidur jagain dia sepanjang malam, itu aja sih….”
Partisipan 3
Universitas Sumatera Utara
43
b. Kesedihan yang dirasakan ibu atas kelahiran BBLR
Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa sedih karena bayi mereka kecil tidak seperti bayi-bayi normal pada umumnya. Berikut
pernyataan partisipan: “….Hmm gimana ya, pasti sedihlah liat keadaan bayi
saya yang kecil tapi karena saya lihat dia utuh maksudnya gak kurang sesuatu apapun ya agak tenang
lah dikit….”
Partisipan 2 “….Ya sedihlah, kecewa juga dek yang lain anaknya
besar-besar, anak awak lain sendiri. Trus bayinya kecil pulak, jadi agak takut ngerawatnya, gak berani takutlah
pokoknya….”
Partisipan 3 “….Ya sedihlah dek, sempat terpikir juga kayak gini,
hidup gak itu anak ya kecil kali pulaknya? Ya gimana lah, ya gitulah dek….”
Partisipan 4 c.
Mengalami baby blues dan merasa sensitif saat merawat BBLR Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa saat merawat bayi berat
lahir rendah mengalami baby blues dan merasa sensitif karena merasa diabaikan oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini:
“….Habis melahirkan itu paling sensi yang melarlah perut jadi jeleklah inilah, udah itu sering gak
tidur malam, merasa diabaikan abis lahir aja dulu aku dirame-ramekan pas dia lahir sunyi tinggal aku sendiri…”
Partisipan 1 “….Jadi selama bayi saya masih beberapa minggu saya
terkena baby blues….”
Partisipan 2
Universitas Sumatera Utara
44
5. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan
a. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga
Dari tujuh partisipan yang menjadi objek penelitian, seluruhnya mendapatkan sumber dukungan dari keluarga. Terutama sumber perhatian dari
orang-orang disekitarnya baik itu orang tua, suami, maupun keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:
“….Mama kakak dia paling kalo namanya belum habis haid kan nyuciin baju anak saya trus sebelum tali pusarnya
lepasyang mandiin bidan dekat rumah, trus mama juga ngerawat-ngerawat saya , buat jamu ntah apa gitu…”
Partisipan 1 “Suami bantu yah kalo malam kadang buatkan susu,
karena satu nyusu satu lagi minum susu di dodot, kalo pas mau makan nanti dipanggilnya mereka, dipangkuinnya
trus dikasinya makan disuapinnya….” Partisipan 8
“….Ikutlah, kadang suami kakak yang nyuci nanti kakak ngurus anak kakak, kalo kakak lagi tidur ya suami kakak
yang jaga, gantian lah dek….” Partisipan 7
b. Mendapat dukungan dari tenaga kesehatan
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapat bantuan dari tenaga kesehatan dalam perawatan bayi berat lahir rendah di rumah. Berikut
pernyataan partisipan: “….Kalo bidannya ya mandiin bayi saya terus diliatnya
juga bayinya masih kuning ato gak. Sering diingetin juga kalo pagi hari jangan lupa dijemur bayinya, pakein baju,
seminggu sekali ditimbang sama dia biar liat perkembangan bayi saya….”
Partisipan 3
Universitas Sumatera Utara
45
“….Yah pertamanya dimasukin dalam keranjang lah anak kakak baru dikelilingi pake karton baru dipasang
lampu diatasnya gitu sama bidannya….” Partisipan 7
Tabel 4.1.2 Matriks Tema Matriks Tema
Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di Kota Medan
Tema 1: Mengupayakan Pengobatan untuk BBLR Sub Tema:
1. Mengupayakan pengobatan medis
2. Mengupayakan
pengobatan tradisional non-medis
Kategori : a.
Membawa BBLR berobat ke dokter b.
Membawa BBLR berobat ke bidan a. Membawa BBLR berobat kampung
b. Memberikan jamu
Tema 2: Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR Sub Tema:
1. Memberikan imunisasi kepada BBLR
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi BBLR
3. Mempertahankan kesterilan dalam
perawatan BBLR
Kategori
a. Memberikan imunisasi lengkap
b. Memberikan imunisasi meningitis
c. Memberikan imunisasi campak
a. Memberikan ASI ekslusif b. Memberikan susu formula
c. Memberikan makanan pendamping asi mp asi seperti roti dan bubur
a. Menjaga kebersihan botol susu, dan air minum BBLR
Tema 3: Mengalami Keterbatasan dalam Kegiatan Sosialisasi saat Merawat BBLR Sub Tema:
1. Hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari saat BBLR sakit
Kategori: a. Tidak bisa pergi ke pesta
b. Tidak bisa pergi ke acara pengajian c. Tidak bisa pergi belanja
d. Pekerjaan rumah terabaikan
Universitas Sumatera Utara
46
Tema 4: Menderita secara Fisik, Psikologis dan Emosional saat Merawat BBLR Sub Tema:
1. Mengalami insomnia saat
merawat BBLR
2. Kesedihan yang dirasakan ibu atas
kelahiran BBLR
3. Mengalami baby blues dan sensitif
saat merawat BBLR
Kategori:
a. BBLR tidak bisa melakukan sendawa di malam hari b. BBLR sakit
c. BBLR sering bangun di malam hari a. Merasa sedih karena bayinya kecil, tidak seperti bayi
normal pada umumnya a. Merasa sensitif karena diabaikan
b. Mangalami baby blues
Tema 5 : Mendapat Dukungan dari Pihak Keluarga dan Tenaga Kesehatan Sub Tema:
1.Mendapatkan bantuan perawatan
BBLR dari pihak keluarga
2.Mendapatkan bantuan perawatan
BBLR dari tenaga kesehatan
Kategori: a. Dibantu suami dalam merawat BBLR
b. Mendapat bantuan orang tua dalam perawatan BBLR
a. Dibantu bidan dalam perawatan BBLR
4.2 Pembahasan