Pengujian Stabilisasi Laser METODOLOGI PENELITIAN

Dua buah laser tersebut dipadukan menggunakan fiber coupler jenis dual window wideband coupler single mode fiber 2×1 FCPC dengan faktor pembagi intensitas 50:50. Laser DFB 2 diatur agar arus dan temperaturnya konstan, sedangkan laser DFB 1 ditala temperaturnya sehingga panjang gelombangnya mendekati panjang gelombang laser DFB 2. Sinyal optis yang dihasilkan oleh fiber coupler terhubung dengan optical amplifier dan kemudian akan di konversi menjadi sinyal listrik oleh High Speed Photodetector dengan seri DSC-R402. Sinyal yang telah diubah oleh fotodetektor ini akan dapat terbaca langsung pada RF Spectrum Analyzer.

3.5. Pengujian Stabilisasi Laser

Pada pengujian ini digunakan laser dioda jenis DFB Distributed Feedback dengan panjang gelombang 1550 nm. Laser dioda ini di karakterisasi terhadap temperatur dan arus injeksi yang mempengaruhi panjang gelombang serta intensitas atau daya optis dari laser tersebut. Proses karakterisasi laser terhadap temperatur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan tunabilitas yang mempengaruhi panjang gelombang laser. Karakterisasi dilakukan pada kondisi arus injeksi konstan pada tiga arus injeksi yang konstan dan temperatur yang diberikan bervariasi. Proses karakterisasi laser terhadap arus injeksi dilakukan agar dapat diperoleh informasi mengenai proses lasing pada DFB laser atau untuk mengetahui pengaruh arus injeksi terhadap daya optis laser. Karakterisasi terhadap arus dari laser ini dilakukan dengan merubah arus injeksi dengan nilai temperatur yang konstan. Karakterisasi ini dilakukan tanpa menggunakan optical amplifier dan sebagai tambahan dapat diketahui variabel SNR Signal to Noise Ratio pada OSA. Skematik mekanisme dari proses karakterisasi ini dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Temperature Controller Current Controller OE M L as e r D io d e C ontr ol le r ITC 102 Thorlabs Laser DFB 1550 nm Display OSA Gambar 3.13. Karakterisasi daya optis dan panjang gelombang laser terhadap arus dan temperatur tanpa menggunakan optical amplifier Sinyal optik yang dihasilkan oleh sumber laser diamati dan dianalisa panjang gelombangnya menggunakan Optical Spectrum Analyzer OSA merk Yokogawa AQ6370C 600 ~ 1700 nm. Spektrum laser di OSA akan menunjukan posisi panjang gelombang terukur dan daya optis intensitas yang dapat dikontrol oleh arus injeksi dan temperatur. Temperature Controller Current Controller OE M L as e r D iode C on tr ol le r ITC 102 Thorlabs Laser DFB 1550 nm Display EDFA Optical Amplifier OSA Gambar 3.14. Karakterisasi daya optis laser terhadap arus temperatur dengan menggunakan optical amplifier Gambar 3.14 merupakan skematik mekanisme karakterisasi daya optis laser terhadap arus injeksi dengan penambahan optical amplifier. Daya optis yang dihasilkan oleh sumber laser di amplifikasi menggunakan Optical Amplifier EDFA. Karakterisasi dilakukan pada kondisi temperatur konstan dan arus injeksi yang variatif tunable. Spektrum laser di OSA akan menunjukan penguatan daya optis intensitas laser dan juga akan diperoleh variabel SNR Signal to Noise Ratio yang terukur. Universitas Sumatera Utara Secara umum diagram blok karakterisasi laser sebelum dan sesudah menggunakan optical amplifier adalah sebagai berikut : Karakterisasi Laser DFB Karakterisasi Panjang Gelombang Laser terhadap Temperatur Karakterisasi Daya Optis Laser terhadap Arus Tanpa Menggunakan Optical Amplifier Penambahan Optical Amplifier Catat Data dan Analisa Pergeseran Panjang Gelombang pada OSA Setting I = 12 mA, 16 mA, dan 20 mA T = 54,934 °C hingga 33,395 °C Catat Data Perubahan Daya Laser dan Nilai SNR pada OSA Setting T = 47,3 °C, 41,6 °C, dan 37,1 °C I = 4 mA hingga 20 mA Setting T = 47,3 °C I = 10,8 mA - 20 mA Gambar 3.15. Diagram Blok Karakterisasi Panjang Gelombang dan Daya Optis Laser Sebelum dan Sesudah Menggunakan Optical Amplifier Universitas Sumatera Utara Sedangkan diagram blok sistem pembangkitan gelombang mikro sebelum dan sesudah menggunakan optical amplifier adalah sebagai berikut : Laser DFB 1 Laser DFB 2 Setting I = 11,32 mA T = 47,16 °C hingga 45,186 °C Setting I = 16 mA T = 46,151 °C Mencampur Dua Sumber Laser dengan Menggunakan Fiber Coupler Tanpa Menggunakan Optical Amplifier Penambahan Optical Amplifier Catat Frekuensi dan Daya atau Foto Gambar Spektrum pada RFSA Gambar 3.16. Diagram Blok Sistem Pembangkitan Gelombang Mikro Sebelum dan Sesudah Menggunakan optical amplifier Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Kestabilan Laser

4.1.1. Hasil Karakterisasi Perubahan Arus Injeksi terhadap Daya Optis Intensitas Laser

Laser yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi terhadap arus injeksinya agar dapat diperoleh informasi mengenai proses lasing pada DFB laser. Karakterisasi terhadap arus dari laser ini diperoleh dengan merubah tegangan yang merepresentasikan besarnya arus pada nilai temperatur yang konstan. Hasil karakterisasi perubahan arus injeksi terhadap daya optis pada temperatur 47,3 ℃ ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Grafik hubungan daya optis terhadap arus injeksi Pada Gambar 4.1. diatas dapat diketahui bahwa arus minimum yang dibutuhkan laser agar proses lasing dapat terjadi pada temperatur 47,3 ℃ adalah 10 mA. Artinya, sinyal laser coherent dihasilkan setelah arus yang diinjeksikan sebesar 10 mA, sedangkan jika arus yang diberikan di bawah nilai tersebut maka yang dihasilkan adalah emisi spontan incoherent. 4 6 8 10 12 14 16 18 20 D aya O pti s m W Arus Injeksi mA Incoherent LED Coherent Laser Universitas Sumatera Utara