15
BAB II TINJAUAN YURIDIS AIRLINE DAN PERUSAHAAN P ENGIRIMAN
BARANG A. Pengaturan Hukum Mengenai Airline di Indonesia Ditinjau melalui UU
NO.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
Pengangkutan udara dengan pesawat udara diatur pada awalnya dengan UU No 15 tahun 1992 tentang penerbangan. Akan tetapi, undang-undang ini sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan sekarang dan karena itu dicabut serta dinyatakan tidak berlaku lagi. Sebagai penggantinya, di undangkanlah pada tanggal 12 Januari 2009
Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan melalui lembaran negara tahun 2009 No.1.
20
Ketentuan pasal 464 Undang-Undang Penerbangan yang baru tersebut menyatakan bahwa peraturan pelaksana bagi Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 yang digantikan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti pengaturannya pada dalam Undang-Undang
Penerbangan yang baru.
21
Selain Undang-undang No 1 Tahun 2009 dan UU No.15 Tahun 1992 di Indonesia berlaku juga Ordonansi Pengangkutan Udara Stb. 1939-100 dimana ini
merupakan kompilasi dari hasil-hasil konvensi Internasional yang berhubungan tentang pengangkutan udara, serta berlaku juga hasil konvensi Internasional seperti
Traktat Penerbangan Paris 1919, Traktat Warsawa 1929, dll. Undang–undang No.1 Tahun 2009Tentang Penerbangan sesuai dengan
judulnya, berada pada bidang hukum Publik bukan pada hukum Privat. Namun demikian, terdapat beberapa ketentuan yang mengatur atau berhubungan erat dengan
pengangkutan udara adalah Bab I ketentuan Umum, Bab X angkutan udara, Bab XIII keselamatan Penerbangan, Bab XIV Keamanan Penerbangan, Bab XXII
Ketentuan Pidana, dll.
20
AbdulKadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan Kelima,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, Hal.10.
21
Suriaatmadja Toto Tohir, Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional, Mandar Maju, Bandung, 2006. Hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
Airline dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai perusahaan penerbangan, maskapai penerbangan ataupun badan usaha angkutan udara. Badan usaha angkutan
udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan
utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, danatau pos dengan memungut pembayaran.
22
Salah satu stakeholders dalam kegiatan penerbangan adalah maskapai penerbanganairline. Memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyedia jasa
penerbangan yang berperan dalam pengoperasian angkutan udara, oleh karena itu maskapai penerbanganairline harus mampu untuk melaksanakan keselamatan
penerbangan dengan sebaik-baiknya dalam menjalankan kegiatan usahanya, mulai dari pemeliharaan pesawat udara yang digunakan sebagai media untuk melakukan
kegiatan penerbangan, menyediakan pilot dan kru pesawat yang memiliki kemampuan yang baik demi mendukung tercapainya keselamatan penerbangan.
23
A.1. Perjanjian Pengangkutan Udara
Airlinedalam menjalankan usahanya dan menjamin kesalamatan ketika mengangkut penumpang ataupun barang diwajibkan membuat perjanjian
pengangkutan udara, dokumen-dokumen pengangkutan sebagai bukti pengangkutan itu terjadi. Dengan dilengkapinya dokumen-dokumen, perlindungan hukum yang
termuat dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 dapat terpenuhi, sehingga penumpang ataupun barang yang diangkut memperoleh hak-haknya apabila terjadi
kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi subjek hukum.
Salah satu pokok dalam bidang Hukum Udara Perdata adalah masalah Perjanjian Angkutan Udara, antara lain karena erat berhubungan dengan suatu
masalah lain, yang sejak permulaan pertumbuhan Hukum Udara mendapatkan
22
Pasal 1 Angka 20 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
23
Hasim Purba, Mewujudkan Keselamatan Penerbangan dengan Membangun Kesadaran Hukum Bagi Stakeholders Melalui Penerapan Safety Culture, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum KeperdataanHukum Dagang Pada Fakultas Hukum, Di Ucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 15
Febuari 2016. Hal.6.
Universitas Sumatera Utara
perhatian yang besar dari para ahli Hukum Udara, yaitu masalah tanggung jawab pengangkut udara.
24
Pengangkutan sebelum dilaksanakan terlebih dahulu harus memiliki perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpangpemilik barang.
25
Menurut E. Suherman, dalam arti yang sempit perjanjian angkutan udara adalah suatu perjanjian antara seorang pengangkut udara dengan pihak penumpang
atau pihak pengirim barang untuk mengangkut penumpang atau barang dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau prestasi lain. Dalamarti yang lebih luas
suatu perjanjian angkutan udara dapat merupakan sebagian dari suatu perjanjian pemberian jasa dengan pesawat udara.
Ini juga berlaku dalam pengangkutan udara.
UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan disebutkan: Perjanjian Pengangkutan Udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak
penumpang danatau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang danatau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa
yang lain.
26
Perjanjian pengangkutan udara mengikat pihak pengangkut misal; maskapai penerbangan dan pihak terangkut penumpang maupun benda. Biasanya perjanjian
Ordonansi pengangkutan udara dan juga dalam Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan tidak ada mencantumkan ketentuan yang mengatur secara
jelas tentang perjanjian baik mengenai pengertiannya ataupun mengenai cara-cara mengadakan serta sahnya perjanjian pengangkutan udara. Perjanjian pengangkutan
merujuk pada syarat-syarat sahnya perjanjian pengangkutan, dengan demikian perjanjian pengangkutan udara mempunyai sifat consensus artinya adanya kata
sepakat antara para pihak perjanjian pengangkutan dianggap ada dan lahir.
24
E. Suherman, Op.cit. Hal 36.
25
Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. Hal.41.
26
E. Suherman, Op.cit. Hal. 48.
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan udara bentuknya berupa standart contract, dimana klausula atau aturan-aturan telah dibuat oleh pihak pengangkut. Isi dalam kontrak pun tidak boleh
merugikan hak-hak dari konsumen dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku
A.2. Dokumen Pengangkutan Udara
Dokumen pengangkutan dalam penganturannya merupakan sesuatu hal yang wajib dimuat oleh pengangkut dan penumpang dimana ini memuat tanggungjawab
para pihak untuk dilaksanakan. Dokumen ini memberikan data yang tentang banyak orang atau barang yang aka diangkut. Undang-undang No. 1 Tahun 20009 tentang
penerbangan menyebutkan dalam pasal 150 Dokumen pengangkutan dalam pengangkutan udara terdiri dari:
a. Tiket penumpang pesawat udara
b. Pas masuk pesawat udara
c. Tanda pengenal bagasi
d. Surat Muatan Udara
1. Tiket penumpang pesawat udara;
Tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan
udara antara penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara
.
27
27
Pasal 1 Angka 27 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
Pengangkut wajib menyerahkan tiket kepada penumpang baik perseorangan maupun secara kolektif
yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian pengangkutan udara antara penumpang dengan pengangkut dan penumpang wajib mengisi tiket tersebut
Universitas Sumatera Utara
sesuaidengan data diri penumpang yang sebenar-benarnya untuk menjamin keterangan penumpang sehingga hak-hak yang akan diberikan akan dipenuhi oleh
pengangkut.Tiket penumpang tersebut paling sedikit memuat: a.
Nomor, tempat, dan tanggal penerbitan b.
Nama penumpang dan nama pengangkut c.
Tempat, tanggal waktu pemberangkatan, dan tujuan pendaratan d.
Nomor penerbangan, tempat pendaratan yang direncanakan antara tempat pemberangkatan dan tempat tujuan, apabila ada
e. Pernyataan bahwa pengangkut tunduk pada ketentuan pada UU.
28
Tiket penumpang berhak digunakan untuk orang yang namanya tercantum dalam tiket yang dibuktikan dengan dokumen identitas diri yang sah seperti KTP,
SIM, dll. Ketika tiket tidak diisi keterangan-keterangan sebagaimana dimaksud diatas atau tidak diberikan oleh pengangkut, pengangkut tidak berhak menggunakan
ketentuan dalam undang-undang untuk membatasi tanggung jawabnya.
29
2. Pas masuk pesawat udara boarding pass;
Pengangkut disamping harus menyerahkan tiket kepada penumpang, juga harus harus menyerahkan pas masuk pesawat udara dan tanda peneganal bagasi. .
Pas masuk pesawat udara sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat : a.
Nama penumpang b.
Rute penerbangan c.
Nomor penrbangan d.
Tanggal dan jam keberangkatan e.
Nomor tempat duduk f.
Pintu masuk ke ruang tunggu menuju pesawat udara Boarding Gate g.
Waktu masuk pesawat udara Boarding Time Pasal 152 UU Penerbangan
30
28
Martono k. dan Pramono Agus, Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional, Rajawali Pers, Jakarta,2013. Hal. 190.
29
Pasal 151 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
30
Pasal 152 UU No. 1 Tahun 2009 tentang penerbangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanda pengenal bagasi baggage identificationclaim tag;
Tanda pengenal bagasi baggage adalah semua barang kepunyaan atau dibawah kekuasaan seseorang penumpang yang olehnya atau atas namanya, sebelum
menumpang naik pesawat udara diminta untuk diangkut melalui udara.
31
a. Nomor tanda pengenal bagasi
Pengangkut wajib menyerahkan tanda pengenal bagasi kepada penumpang tanda pengenal bagasi yang dimaksud paling sedikit:
b. Kode tempat keberangkatan dan tempat tujuan
c. Berat bagasi
Tanda pengenal bagasi apabila tidak diisi keterangan-keterangan butir a, b, c yang tersebut di atas hilang atau tidak diberikan oleh pengangkut untuk membatasi
tanggung jawabnya.
32
4. Surat muatan udara Airways bill.
Tiket penumpang pesawat udara, pas masuk pesawat udara boarding pass, tanda pengenal bagasi, disamping ketiga hal tersebut pengangkut juga harus
menyerahkan surat muatan udara airways bill kepada pengirim kargo. Surat muatan udara airway bill adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses
elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo dan pengangkut, dan hak penerima kargo
untuk mengambil kargo
.
33
31
Martono K.. dan Sudiro Ahmad, Hukum Angkutan Udara berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009, Rajawali Pers, 2010, Jakarta, Hal.281
.
32
Pasal 153 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
33
Pasal 1 Angka 28 UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
Surat muatan udara tersebut dibuat oleh pengirim kargo yang memuat paling sedikit memuat:
Universitas Sumatera Utara
a. Tanggal dan tempat surat muatan udara dimuat
b. Tempat pemberangkatan dan tujuan
c. Nama dan alamat pengangkut pertama
d. Nama dan alamat pengirim kargo
e. Nama dan alamat penerima kargo
f. Jumlah, cara bungkusan, tanda-tanda istimewa, atau nomor kargo yang ada
g. Jumlah, berat, ukuran, atau besarnya kargo
h. Jenis atau macam kargo yang dikirim
i. Pernyataan bahwa pengangkutan kargo ini tunduk pada ketentuan dalam
UU Penerbangan.
34
Penyerahan surat muatan udara oleh pengirim kepada pengangkut membuktikan kargo telah diterima oleh pengangkut dalam keadaan baik seperti
tercatat dalam surat muatan udara. Dalam hal surat muatan udara tidak diisi keterangan mengenai tanggal dan tempat surat muatan udara dibuat, tempat
pemberangkatan dan tujuan, nama dan alamat pengangkut pertama, nama dan alamat pengirim kargo, nama dan penerima kargo, jumlah, cara pembungkusan, tanda-tanda
istimewa, atau nomor kargo yang ada, jumlah, berat, ukuran, atau besarnya kargo; jenis atau macam kargo yang dikirim dan pernyataan bahwa pengangkutan kargo ini
tunduk pada Undang-undang Penerbangan; atau tidak diserahkan pada pengangkut, maka pengangkut tidak berhak menggunakan ketentuan dalam undang-undang ini
untuk membatasi besaran ganti rugi yang menjadi tanggung jawabnya artinya tanggung jawab pengangkut tidak terbatas unlimitid liability.
B. Pengaturan Hukum Mengenai Perusahaan Pengiriman Barang Multimoda dalam Angkutan Barang