Salim, 2009, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak Cet. Ke-6,Sinar Grafika,Jakarta.
Sigit Triandaru, dan Totok Budisantoso, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat,Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2010, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta. Suherman, E.,2000, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan Himpunan Makalah
1961-1995, CV. Mandar Maju, Jakarta. Subagyo,P. Joko, 2006, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek
̧, Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
Surbekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta. __________, 2014, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya, Bandung.
Suriaatmadja, Toto Tohir, 2005,Pengangkutan Kargo Udara: Tanggungjawab Pengangkut dalam Dimensi Hukum Udara Nasional dan
Internasional,Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
__________, 2006, Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional, Mandar Maju, Bandung.
Sution Usman Adji, dkk, 2007, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Tjakranegara, Soegjatna, 2005,Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta.
Uli, Sinta, 2006, Pengangkutan Suatu Tindakan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut Dan Angkutan Darat, USU Press, Medan.
B. Makalah
Purba, Hasim, Makalah, 2016, Mewujudkan Keselamatan Penerbangan dengan Membangun Kesadaran Hukum Bagi Stakeholders Melalui Penerapan Safety
Culture, disampaikan dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum KeperdataanHukum Dagang Pada Fakultas Hukum, di Medan.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Universitas Sumatera Utara
UU No.8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
UU No.29 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan UU Nomor 38 tahun 2009 Tentang Pos,
UU No. 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian PP No. 8 tahun 2011 Tentang Multimoda Transport
KM No. 5 tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan PM Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut
Angkutan Udara Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100
D. Website
http:www.bps.go.idindex.phplinkTabelStatis1415diakses pada 13 Juni 2016 Jam 00.30 Wib.
https:cargo.garuda-indonesia.comcargo-knowledgefaq diakses pada hari Senin tanggal 01 Maret 2016 jam 23.12 Wib.
http:www.jne.co.idproduct-01-05.php Diakses pada hari senin tanggal 01 Maret 2016 jam 22.12 Wib.
https:id.wikipedia.orgwikiPerdagangan_elektronik diakses pada 12 Juni 2016 Jam 22.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB III TANGGUNG JAWAB AIRLINE DAN PERUSAHAAN PENGIRIMAN
BARANG A. Hak dan Kewajiban Airline dan Perusahaan Pengiriman Barang
Kewajiban dan hak merupakan sesuatu yang timbal balik, pihak-pihak yanh timbul karena peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian, keadaan.
Peristiwa hukum tersebut dapat berasal dari perjanjian atau undang- undang.
66
Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya
angkutan, sedangkan kewajiban pengirim adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk diangkut ke suatu tempat tujuang tertentu dengan selamat.
67
Pengangkutan udara di Indonesia yang melakukan proses pengiriman barang, ditandai dengan peristiwa hukum berupa perjanjian pengankutan udara
antara pengangkut dengan pengirim barang. Perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang danatau pengirim kargo
untuk mengangkut penumpang danatau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain.
68
66
Muhammad Abdulkadir, Op.cit. Hal 145.
67
Siti Nurbaiti, Op.cit. hal. 15.
68
Pasal 1 angka 29 Undang-Undang No 1 Tahun 2009 Tentang penerbangan.
Perjanjian pengangkutan yang memuat perjanjian antara pengangkut dengan ekspeditur atau
pengirim barang memuat prestasi yang berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak. prestasi pada dasarnya memberikan hak dan kewajiban antara
pihak pengangkut dengan ekspeditur atau pengirim barang, dimana hak dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban itu harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak agar perjanjian dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
A.1. Hak dan Kewajiban Airline dalam Pengiriman Barang
Hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari harus dilaksananakan sebaik-baiknya untuk menjaga keselamatan penerbangan. Airline yang merupakan
sthakeholders penyedia jasa penerbangan memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan usaha penerbangan di Indonesia. Hak dan kewajiban ini termuat
dalam undang-undang dan peraturan yang berlaku. Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100 menyebutkan hak airline
sebagai perusahaan pengangkutan udara antara lain : a.
Pengangkut berhak untuk meminta kepada pengirim barang atau untuk membuat surat muatan udara. Pasal 7 ayat 1
b. Pengangkut berhak meminta kepada pengirim barang untuk membuat
surat muatan udara, jika ada beberapa barang. Pasal 9 c.
Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika ternyata identitas penumpang tidak jelas.
d. Hak penumpang yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu hak
untuk menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan pengangkut lain, serta pengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disetujui, semua
tetap ada ditangan pengangkut udara.
e. Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengirim barang atas
barang yang telah diangkutnya serta mengadakan peraturan yang perlu untuk pengangkutan dalam batas-batas yang dicantumkan Undang-
Undang.
Airlineyang merupakan badan usaha angkutan usaha dan juga pelaku usaha dalam bidang pengangkutan yang mana dalam UU No. 8 Tentang
Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 3 disebutkan: Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yangberbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Airline memiliki hak yang tercantum dalam pasal 6 UU Perlindungan konsumen dimana antara lain:
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik; c.
hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
lainnya.
Kewajiban Airline sebagai badan angkutan udara pengangkut menurut Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100 antara lain:
a. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah
muatan barang-barang diterimanya Pasal 8 ayat 2. b.
Bila pengangkut tidak mungkin melaksanakan perintah-perintah dari pengirim, pengangkut harus segera memberitahukan kepada pengirim
Pasal 15 ayat 3.
Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan juga menerangkan tentang kewajiban pemegang izin angkutan udara dalam Pasal 118 antara lain
:
a. Melakukan kegiatan angkutan udara secara nyata paling lambat 12 dua
belas bulan sejak izin diterbitkan dengan mengoperasikan minimal jumlah pesawat udara yang dimiliki dan dikuasai sesuai dengan lingkup
usaha atau kegiatannya.
b. Memiliki dan menguasai pesawat udara dengan jumlah tertentu.
c. Mematuhi ketentuan wajib angkut penerbangan sipil, dan ketentuan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d.
Menutup asuransi tanggung jawab pengangkut dengan nilai pertanggungan sebesar santunan penumpang angkutan udara niaga yang
dibuktikan dengan perjanjian penutupan asuransi.
e. Melayani calon penumpang secara adil tanpa diskriminasi atas dasar suku
agama, ras, antar golongan, serta strata ekonomi dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
f. Menyerahkan laporan kegiatan laporan kegiatan angkutan udara
termasuk keterlambatan dan pembatalan penerbangan, setiap bulan paling lambat tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya kepada Menteri.
g. Menyerahkan laporan kinerja keunangan yang telah diaudit oleh kantor
akuntan publik terdaftar yang sekurang-kurangnya memuat neraca, laporan rugi laba, arus kas, dan rincian biaya, setiap tahun paling lambat
akhir bulan April tahun berikutnya kepada Menteri.
h. Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atas pemilik
badan hukum angkutan udara niaga, domisili badan usaha angkutan udara niaga dan pemilikan pesawat kepada Menteri.
i. Memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan.
Pasal 62 UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara wajib untuk memberikan asuransi dimana yang
akan diasuransikan adalah: a.
pesawat udara yang dioperasikan; b.
personel pesawat udara yang dioperasikan; c.
tanggung jawab kerugian pihak kedua; d.
tanggung jawab kerugian pihak ketiga; dan e.
kegiatan investigasi insiden dan kecelakaan pesawat udara. Khusus untuk wajib angkut, terdapat dalam Pasal 140 UU no.1 Tahun 2009
tentang penerbangan dimana pengangkut wajib: a.
Mengangkut orang danatau kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan.
b. Memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap pengguna jasa
angkutan udara sesuai dengan perjanjian pengangkutan yang disepakati, dimana perjanjian ini dibuktikan dengan tiket penumpang dan dokumen
muatan.
A.2. Hak dan kewajiban Perusahaan Pengiriman Barang
Menurut Purwosutjipto perusahaan pengirim barangekspeditur mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
a. Sebagai pemegang kuasa. Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas
nama pengirim. Dengan ini maka dia tunduk pada ketentuan-ketentuan mengenai pemberian kuasa pasal 1792 sampai dengan 1819
KUHPerdata
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai komisioner. Kalau ekspeditur berbuat atas namanya sendiri,
maka berlakulah ketentuan-ketentuan mengenai komisioner pasal 76 KUHD
c. Sebagai penyimpan barang. Sebelum ekspeditur mendapatmenemukan
pengangkut yang memenuhi syarat, maka sering juga ekspeditur terpaksa harus menyimpan dulu barang-barang pengirim digudangnya. Untuk ini
berlakulah ketentuan-ketentuan mengenai penyimpanan barang bewaargeving, pasal 1694 KUHPerdata.
d. Sebagai penyelenggara urusan zaakwaarnemer. Untuk melaksanakan
amanat pengirim, ekspeditur banyak sekali harus berurusan dengan pihak ketiga untuk kepentingan berang-barang tersebut, misalnya:
melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang pengeluaran dan pemasukan barang-barang di pelabuhan, bea-cukai dan lain-lain. Di sini ada unsur
penyelenggaraan urusan zaakwaarnemer dan untuk itu berlakulah pasal 1354 KUHPerdata.
e. Register dan surat muatan. Sebagai pengusaha, seorang ekspeditur harus
memelihara register harian tentang macam dan jumlah barang-barang dagangan dan barang lainnya yang harus diangkut, begitu pula harganya
pasal 86 ayat 2 KUHD. Hal ini erat hubungannya dengan pasal 6 KUHD. Kecuali register harian tersebut di atas, dia harus memuat surat
muatan vrachtbrief-pasal 90 KUHD pada tiap-tiap barang yang akan diangkut.
f. Hak retensi. Berdasarkan fungsi-fungsi atau sifat perjanjian ekspedisi
tersebut dimana pemegang kuasa mempunyai hak retensi pasal 1812 KUHPer, begitu juga komisioner pasal 82 KUHD, penyimpan barang
pasal 1729 KUHPerdata, penyelenggara urusan menurut arrest H.R. tanggal 10 Desember 1948 begitu pula dengan ekspeditur mempunyai
hak retensi. Dimana hak retensi adalah hak dari penerima kuasa untuk menahan sesuatu yang menjadi milik pemberi kuasa karena pemberi
kuasa belum membayar kepada penerima kuasa hak penerima kuasa yang timbul dari pemberian kuasa.
69
Secara umum berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos, perusahaan pengiriman barangperusahaan penyelenggara pos mempunyai
hak antara lain: a.
Bahwa perusahaan pengirman barang dapat melakukan layanan komunikasi tertulis danatau surat elektronik, layanan paket, layanan
logistik, layanan transaksi keuangan dan layanan keagenan pos. pasal 5
b. Perusahaan pengiriman barang penyelenggara pos dapat melakukan
kerja sama dengan penyelenggara pos dalam negeri, asing, badan usaha dalam negeriasing bukan penyelenggara pos.pasal 11
c. Setiap perusahaan penyelenggara pos komersil berhak menentukan tarif
berdasarkan formula perhitungan berbasis biaya. pasal 16
69
Purwosutjipto.Op.cit. Hal 14-15
Universitas Sumatera Utara
Bersarkan Keputusan Menteri Nomor 5 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan, maka kewajiban Perusahaan jasa pengangkutan
atau penyelenggara pos sebagai berikut: a.
Perusahaan penyelenggara wajib memiliki timbangan sekurang- kurangnya 1 satu buah s.d. 30 kilogram dengan ketelitian 100 gram
dan memiliki alamat kantor yang jelas. Pasal 3
b. Wajib memiliki izin dari Direktur Jendral. Pasal 4
c. Dalam pasal 13 peraturan menteri ini menjabarkan kewajiban
penyelenggara layanan: 1
menempatkan Surat Izin Penyelenggaraan Jasa Titipan pada tempat yang mudah dilihat oleh pengguna jasa;
2 menetapkan syarat-syarat dan tata cara penyelenggaraan jasa titipan;
3 menyelesaikan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pengguna jasa;
4 melaporkan kepada yang berwajib apabila mengetahui atau menduga
ada barang titipan yang berisi benda-benda yang dilarang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5 memberikan laporan kegiatan operasional minimal setiap 6 enam
bulan kepada Direktur Jenderal; 6
melaporkan setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar selambat- lambatnya 30 tiga puluh hari setelah perubahan kepada Direktur
Jenderal;
B. Tanggung Jawab Airline Dalam Mengangkut Barang
B.1. Tanggung jawab pengangkut udara
Tanggung jawab erat kaitannya dengan ganti rugi dalam pengankutan. Didalam UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan pada ketentuan umum
disebutkan : Tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara
untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang serta pihak ketiga.
Tanggung jawab perusahaan penerbangan atau airline terhadap kargo dimulai sejak pengirim barang menerima salinan surat muatan udara dari
Universitas Sumatera Utara
perusahaan penerbangan sampai dengan waktu yang ditetapkan sebagai batas pengambilan sebagaimana tertera dalam surat muatan udara.
70
Konsep atau prinsip tanggung jawab hukum yang digunakan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah tanggung jawab
praduga bersalah presumption of liability, karena itu pengangkut otomatis bertanggung jawab, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa pengangkut
tidak bersalah atau beban pembuktian terbalik atau pembuktian negatif.
71
a. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada
dalam pengawasan pengangkut. pasal 144 Tanggung jawab pengangkut atas barang atau kargo dimana diatur dalam
UU No. 1 tahun 2009 Tentang penerbangan antara lain adalah sebagai berikut:
b. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim
kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam
pengawasan pengangkut. pasal 145
c. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena
keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut
disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional. pasal 146
Sedangkan menurut Undang-undang No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan, pasal yang mengatur tentang tanggung jawab diatur dalam pasal 43
ayat 1 yang berbunyi : Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan
bertanggung jawab atas a.
Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut. b.
Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut. c.
Keterlambatan angkutan penumpang dan atau barang yang diangkut apabila terkait hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut
Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan No.77 tahun 2011 tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara disebutkan bahwa pengangkut yang
mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggung jawab atas kerugian terhadap :
70
Martono K. dan Agus Pramono, Op.cit. Hal. 214.
71
Ibid. Hal.194.
Universitas Sumatera Utara
a. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka;
b. Hilang atau rusaknya bagasi kabin;
c. Hilang, musnahnya bagasi tercatat;
d. Hilang, musnah, atau rusaknya kargo;
e. Keterlambatan angkutan udara;
f. Kerugian yang diderita pihak ketiga.
B.2. Ganti kerugian pengangkutan udara atas barang angkutan
Seorang pengguna jasa angkutan apabila mengalami kerugian akibat kecelakaan accident maka ia harus menerima ganti rugi dari pengangkut sebagai
kelanjutan dari adanya tanggung jawab pengangkut.
72
Menurut Ordonansi Pengankutan udara stb.100-1993 ganti rugi pada pengangkut bagasi dan barang
tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai jumlah dua puluh lima rupiah Rp.25,- per Kg. Kecuali bila ada pernyataan khusus tentang harga barang pada
waktu penyerahan tiap pengirim kepada pengangkut dan dengan pembayaran tarif yang lebih tinggi. Dalam hal ini pengangkut wajib untuk membayar sampai
jumlah dari harga yang dinyatakan itu, kecuali bila ia dapat membuktikan, bahwa harga ini melebihi harga sebenarnya bagi pengirim pada waktu penyerahan.
Mengenai barang-barang yang dimaksudkan dalam ayat 2 dari pasal 6, tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai lima ratus rupiah Rp. 500,- per penumpang.
73
72
Suriaatmadja Toto Tohir,Op.cit. Hal. 33.
73
Ibid. Hal. 33.
Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan tidak mengatur jumlah yang akan diberikan. Undang-undang ini memberikan ganti rugi menunjuk
pada peraturan pelaksana dalam hal ini peraturan menteri yang terkait yaitu Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut Udara.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara ganti kerugian terhadap barang atau kargo yang dikirim
hilang, musnah atu rusak dapat dianggap hilang apabila setelah 14 empat belas hari terhittung sejak barang atau kargo tiba ditempat tujuan. Untuk penetapan
ganti rugi terdapat dalam pasal 7 ditetapkan sebagai berikut: a.
Terhadap hilang atau musnah, pengangkut wajib memberikan gantikerugian kepada pengirim sebesar Rp. 100.000,00 seratus
riburupiah per kg.
b. Terhadap rusak sebagian atau seluruh isi kargo atau kargo,pengangkut
wajib memberikan ganti kerugian kepada pengirimsebesar Rp. 50.000,00 lima puluh ribu rupiah per kg.
Lalu apabila pada saat menyerahkan kepada airline, pengirim menyatakan
nilai barang atau kargo dalam surat muatan udara airway bill, ganti kerugian yang wajib dibayarkan oleh airline kepadapengirim sebesar nilai barang atau
kargo yang dinyatakan dalam surat muatan udara. Ketentuan ini menjadi bias, apakah tidak menjadi beban berat buat perusahaan penerbangan yang harus
membayar kepada pengirim sebesar yang dinyatakan surat muatan udara, sementara tidak menyebutkan bahwa pengirim harus membayar biaya tambahan
seharga barang yang dinyatakan dalam surat muatan udara.
74
C. Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang dan Perusahaan Multimoda