Makalah Peraturan Perundang-Undangan Tanggung Jawab Airline Dalam Mengangkut Barang

Salim, 2009, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak Cet. Ke-6,Sinar Grafika,Jakarta. Sigit Triandaru, dan Totok Budisantoso, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat,Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2010, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta. Suherman, E.,2000, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan Himpunan Makalah 1961-1995, CV. Mandar Maju, Jakarta. Subagyo,P. Joko, 2006, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktek ̧, Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta. Surbekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta. __________, 2014, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya, Bandung. Suriaatmadja, Toto Tohir, 2005,Pengangkutan Kargo Udara: Tanggungjawab Pengangkut dalam Dimensi Hukum Udara Nasional dan Internasional,Pustaka Bani Quraisy, Bandung. __________, 2006, Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional, Mandar Maju, Bandung. Sution Usman Adji, dkk, 2007, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Tjakranegara, Soegjatna, 2005,Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta. Uli, Sinta, 2006, Pengangkutan Suatu Tindakan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut Dan Angkutan Darat, USU Press, Medan.

B. Makalah

Purba, Hasim, Makalah, 2016, Mewujudkan Keselamatan Penerbangan dengan Membangun Kesadaran Hukum Bagi Stakeholders Melalui Penerapan Safety Culture, disampaikan dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum KeperdataanHukum Dagang Pada Fakultas Hukum, di Medan.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Universitas Sumatera Utara UU No.8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan UU No.29 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan UU Nomor 38 tahun 2009 Tentang Pos, UU No. 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian PP No. 8 tahun 2011 Tentang Multimoda Transport KM No. 5 tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan PM Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100

D. Website

http:www.bps.go.idindex.phplinkTabelStatis1415diakses pada 13 Juni 2016 Jam 00.30 Wib. https:cargo.garuda-indonesia.comcargo-knowledgefaq diakses pada hari Senin tanggal 01 Maret 2016 jam 23.12 Wib. http:www.jne.co.idproduct-01-05.php Diakses pada hari senin tanggal 01 Maret 2016 jam 22.12 Wib. https:id.wikipedia.orgwikiPerdagangan_elektronik diakses pada 12 Juni 2016 Jam 22.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 45

BAB III TANGGUNG JAWAB AIRLINE DAN PERUSAHAAN PENGIRIMAN

BARANG A. Hak dan Kewajiban Airline dan Perusahaan Pengiriman Barang Kewajiban dan hak merupakan sesuatu yang timbal balik, pihak-pihak yanh timbul karena peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian, keadaan. Peristiwa hukum tersebut dapat berasal dari perjanjian atau undang- undang. 66 Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan kewajiban pengirim adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk diangkut ke suatu tempat tujuang tertentu dengan selamat. 67 Pengangkutan udara di Indonesia yang melakukan proses pengiriman barang, ditandai dengan peristiwa hukum berupa perjanjian pengankutan udara antara pengangkut dengan pengirim barang. Perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang danatau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang danatau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain. 68 66 Muhammad Abdulkadir, Op.cit. Hal 145. 67 Siti Nurbaiti, Op.cit. hal. 15. 68 Pasal 1 angka 29 Undang-Undang No 1 Tahun 2009 Tentang penerbangan. Perjanjian pengangkutan yang memuat perjanjian antara pengangkut dengan ekspeditur atau pengirim barang memuat prestasi yang berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak. prestasi pada dasarnya memberikan hak dan kewajiban antara pihak pengangkut dengan ekspeditur atau pengirim barang, dimana hak dan Universitas Sumatera Utara kewajiban itu harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak agar perjanjian dapat terlaksana sebagaimana mestinya. A.1. Hak dan Kewajiban Airline dalam Pengiriman Barang Hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari harus dilaksananakan sebaik-baiknya untuk menjaga keselamatan penerbangan. Airline yang merupakan sthakeholders penyedia jasa penerbangan memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan usaha penerbangan di Indonesia. Hak dan kewajiban ini termuat dalam undang-undang dan peraturan yang berlaku. Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100 menyebutkan hak airline sebagai perusahaan pengangkutan udara antara lain : a. Pengangkut berhak untuk meminta kepada pengirim barang atau untuk membuat surat muatan udara. Pasal 7 ayat 1 b. Pengangkut berhak meminta kepada pengirim barang untuk membuat surat muatan udara, jika ada beberapa barang. Pasal 9 c. Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika ternyata identitas penumpang tidak jelas. d. Hak penumpang yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu hak untuk menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan pengangkut lain, serta pengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disetujui, semua tetap ada ditangan pengangkut udara. e. Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengirim barang atas barang yang telah diangkutnya serta mengadakan peraturan yang perlu untuk pengangkutan dalam batas-batas yang dicantumkan Undang- Undang. Airlineyang merupakan badan usaha angkutan usaha dan juga pelaku usaha dalam bidang pengangkutan yang mana dalam UU No. 8 Tentang Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 3 disebutkan: Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yangberbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Universitas Sumatera Utara Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Airline memiliki hak yang tercantum dalam pasal 6 UU Perlindungan konsumen dimana antara lain: a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan; e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Kewajiban Airline sebagai badan angkutan udara pengangkut menurut Ordonansi Pengangkutan Udara stb. 1939-100 antara lain: a. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah muatan barang-barang diterimanya Pasal 8 ayat 2. b. Bila pengangkut tidak mungkin melaksanakan perintah-perintah dari pengirim, pengangkut harus segera memberitahukan kepada pengirim Pasal 15 ayat 3. Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan juga menerangkan tentang kewajiban pemegang izin angkutan udara dalam Pasal 118 antara lain : a. Melakukan kegiatan angkutan udara secara nyata paling lambat 12 dua belas bulan sejak izin diterbitkan dengan mengoperasikan minimal jumlah pesawat udara yang dimiliki dan dikuasai sesuai dengan lingkup usaha atau kegiatannya. b. Memiliki dan menguasai pesawat udara dengan jumlah tertentu. c. Mematuhi ketentuan wajib angkut penerbangan sipil, dan ketentuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Menutup asuransi tanggung jawab pengangkut dengan nilai pertanggungan sebesar santunan penumpang angkutan udara niaga yang dibuktikan dengan perjanjian penutupan asuransi. e. Melayani calon penumpang secara adil tanpa diskriminasi atas dasar suku agama, ras, antar golongan, serta strata ekonomi dan sosial. Universitas Sumatera Utara f. Menyerahkan laporan kegiatan laporan kegiatan angkutan udara termasuk keterlambatan dan pembatalan penerbangan, setiap bulan paling lambat tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya kepada Menteri. g. Menyerahkan laporan kinerja keunangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar yang sekurang-kurangnya memuat neraca, laporan rugi laba, arus kas, dan rincian biaya, setiap tahun paling lambat akhir bulan April tahun berikutnya kepada Menteri. h. Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atas pemilik badan hukum angkutan udara niaga, domisili badan usaha angkutan udara niaga dan pemilikan pesawat kepada Menteri. i. Memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan. Pasal 62 UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara wajib untuk memberikan asuransi dimana yang akan diasuransikan adalah: a. pesawat udara yang dioperasikan; b. personel pesawat udara yang dioperasikan; c. tanggung jawab kerugian pihak kedua; d. tanggung jawab kerugian pihak ketiga; dan e. kegiatan investigasi insiden dan kecelakaan pesawat udara. Khusus untuk wajib angkut, terdapat dalam Pasal 140 UU no.1 Tahun 2009 tentang penerbangan dimana pengangkut wajib: a. Mengangkut orang danatau kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan. b. Memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap pengguna jasa angkutan udara sesuai dengan perjanjian pengangkutan yang disepakati, dimana perjanjian ini dibuktikan dengan tiket penumpang dan dokumen muatan. A.2. Hak dan kewajiban Perusahaan Pengiriman Barang Menurut Purwosutjipto perusahaan pengirim barangekspeditur mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai berikut: a. Sebagai pemegang kuasa. Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas nama pengirim. Dengan ini maka dia tunduk pada ketentuan-ketentuan mengenai pemberian kuasa pasal 1792 sampai dengan 1819 KUHPerdata Universitas Sumatera Utara b. Sebagai komisioner. Kalau ekspeditur berbuat atas namanya sendiri, maka berlakulah ketentuan-ketentuan mengenai komisioner pasal 76 KUHD c. Sebagai penyimpan barang. Sebelum ekspeditur mendapatmenemukan pengangkut yang memenuhi syarat, maka sering juga ekspeditur terpaksa harus menyimpan dulu barang-barang pengirim digudangnya. Untuk ini berlakulah ketentuan-ketentuan mengenai penyimpanan barang bewaargeving, pasal 1694 KUHPerdata. d. Sebagai penyelenggara urusan zaakwaarnemer. Untuk melaksanakan amanat pengirim, ekspeditur banyak sekali harus berurusan dengan pihak ketiga untuk kepentingan berang-barang tersebut, misalnya: melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang pengeluaran dan pemasukan barang-barang di pelabuhan, bea-cukai dan lain-lain. Di sini ada unsur penyelenggaraan urusan zaakwaarnemer dan untuk itu berlakulah pasal 1354 KUHPerdata. e. Register dan surat muatan. Sebagai pengusaha, seorang ekspeditur harus memelihara register harian tentang macam dan jumlah barang-barang dagangan dan barang lainnya yang harus diangkut, begitu pula harganya pasal 86 ayat 2 KUHD. Hal ini erat hubungannya dengan pasal 6 KUHD. Kecuali register harian tersebut di atas, dia harus memuat surat muatan vrachtbrief-pasal 90 KUHD pada tiap-tiap barang yang akan diangkut. f. Hak retensi. Berdasarkan fungsi-fungsi atau sifat perjanjian ekspedisi tersebut dimana pemegang kuasa mempunyai hak retensi pasal 1812 KUHPer, begitu juga komisioner pasal 82 KUHD, penyimpan barang pasal 1729 KUHPerdata, penyelenggara urusan menurut arrest H.R. tanggal 10 Desember 1948 begitu pula dengan ekspeditur mempunyai hak retensi. Dimana hak retensi adalah hak dari penerima kuasa untuk menahan sesuatu yang menjadi milik pemberi kuasa karena pemberi kuasa belum membayar kepada penerima kuasa hak penerima kuasa yang timbul dari pemberian kuasa. 69 Secara umum berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos, perusahaan pengiriman barangperusahaan penyelenggara pos mempunyai hak antara lain: a. Bahwa perusahaan pengirman barang dapat melakukan layanan komunikasi tertulis danatau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan dan layanan keagenan pos. pasal 5 b. Perusahaan pengiriman barang penyelenggara pos dapat melakukan kerja sama dengan penyelenggara pos dalam negeri, asing, badan usaha dalam negeriasing bukan penyelenggara pos.pasal 11 c. Setiap perusahaan penyelenggara pos komersil berhak menentukan tarif berdasarkan formula perhitungan berbasis biaya. pasal 16 69 Purwosutjipto.Op.cit. Hal 14-15 Universitas Sumatera Utara Bersarkan Keputusan Menteri Nomor 5 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan, maka kewajiban Perusahaan jasa pengangkutan atau penyelenggara pos sebagai berikut: a. Perusahaan penyelenggara wajib memiliki timbangan sekurang- kurangnya 1 satu buah s.d. 30 kilogram dengan ketelitian 100 gram dan memiliki alamat kantor yang jelas. Pasal 3 b. Wajib memiliki izin dari Direktur Jendral. Pasal 4 c. Dalam pasal 13 peraturan menteri ini menjabarkan kewajiban penyelenggara layanan: 1 menempatkan Surat Izin Penyelenggaraan Jasa Titipan pada tempat yang mudah dilihat oleh pengguna jasa; 2 menetapkan syarat-syarat dan tata cara penyelenggaraan jasa titipan; 3 menyelesaikan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pengguna jasa; 4 melaporkan kepada yang berwajib apabila mengetahui atau menduga ada barang titipan yang berisi benda-benda yang dilarang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5 memberikan laporan kegiatan operasional minimal setiap 6 enam bulan kepada Direktur Jenderal; 6 melaporkan setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar selambat- lambatnya 30 tiga puluh hari setelah perubahan kepada Direktur Jenderal;

B. Tanggung Jawab Airline Dalam Mengangkut Barang

B.1. Tanggung jawab pengangkut udara Tanggung jawab erat kaitannya dengan ganti rugi dalam pengankutan. Didalam UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan pada ketentuan umum disebutkan : Tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang serta pihak ketiga. Tanggung jawab perusahaan penerbangan atau airline terhadap kargo dimulai sejak pengirim barang menerima salinan surat muatan udara dari Universitas Sumatera Utara perusahaan penerbangan sampai dengan waktu yang ditetapkan sebagai batas pengambilan sebagaimana tertera dalam surat muatan udara. 70 Konsep atau prinsip tanggung jawab hukum yang digunakan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah tanggung jawab praduga bersalah presumption of liability, karena itu pengangkut otomatis bertanggung jawab, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa pengangkut tidak bersalah atau beban pembuktian terbalik atau pembuktian negatif. 71 a. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut. pasal 144 Tanggung jawab pengangkut atas barang atau kargo dimana diatur dalam UU No. 1 tahun 2009 Tentang penerbangan antara lain adalah sebagai berikut: b. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam pengawasan pengangkut. pasal 145 c. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional. pasal 146 Sedangkan menurut Undang-undang No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan, pasal yang mengatur tentang tanggung jawab diatur dalam pasal 43 ayat 1 yang berbunyi : Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan bertanggung jawab atas a. Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut. b. Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut. c. Keterlambatan angkutan penumpang dan atau barang yang diangkut apabila terkait hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan No.77 tahun 2011 tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara disebutkan bahwa pengangkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggung jawab atas kerugian terhadap : 70 Martono K. dan Agus Pramono, Op.cit. Hal. 214. 71 Ibid. Hal.194. Universitas Sumatera Utara a. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka; b. Hilang atau rusaknya bagasi kabin; c. Hilang, musnahnya bagasi tercatat; d. Hilang, musnah, atau rusaknya kargo; e. Keterlambatan angkutan udara; f. Kerugian yang diderita pihak ketiga. B.2. Ganti kerugian pengangkutan udara atas barang angkutan Seorang pengguna jasa angkutan apabila mengalami kerugian akibat kecelakaan accident maka ia harus menerima ganti rugi dari pengangkut sebagai kelanjutan dari adanya tanggung jawab pengangkut. 72 Menurut Ordonansi Pengankutan udara stb.100-1993 ganti rugi pada pengangkut bagasi dan barang tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai jumlah dua puluh lima rupiah Rp.25,- per Kg. Kecuali bila ada pernyataan khusus tentang harga barang pada waktu penyerahan tiap pengirim kepada pengangkut dan dengan pembayaran tarif yang lebih tinggi. Dalam hal ini pengangkut wajib untuk membayar sampai jumlah dari harga yang dinyatakan itu, kecuali bila ia dapat membuktikan, bahwa harga ini melebihi harga sebenarnya bagi pengirim pada waktu penyerahan. Mengenai barang-barang yang dimaksudkan dalam ayat 2 dari pasal 6, tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai lima ratus rupiah Rp. 500,- per penumpang. 73 72 Suriaatmadja Toto Tohir,Op.cit. Hal. 33. 73 Ibid. Hal. 33. Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan tidak mengatur jumlah yang akan diberikan. Undang-undang ini memberikan ganti rugi menunjuk pada peraturan pelaksana dalam hal ini peraturan menteri yang terkait yaitu Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara. Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara ganti kerugian terhadap barang atau kargo yang dikirim hilang, musnah atu rusak dapat dianggap hilang apabila setelah 14 empat belas hari terhittung sejak barang atau kargo tiba ditempat tujuan. Untuk penetapan ganti rugi terdapat dalam pasal 7 ditetapkan sebagai berikut: a. Terhadap hilang atau musnah, pengangkut wajib memberikan gantikerugian kepada pengirim sebesar Rp. 100.000,00 seratus riburupiah per kg. b. Terhadap rusak sebagian atau seluruh isi kargo atau kargo,pengangkut wajib memberikan ganti kerugian kepada pengirimsebesar Rp. 50.000,00 lima puluh ribu rupiah per kg. Lalu apabila pada saat menyerahkan kepada airline, pengirim menyatakan nilai barang atau kargo dalam surat muatan udara airway bill, ganti kerugian yang wajib dibayarkan oleh airline kepadapengirim sebesar nilai barang atau kargo yang dinyatakan dalam surat muatan udara. Ketentuan ini menjadi bias, apakah tidak menjadi beban berat buat perusahaan penerbangan yang harus membayar kepada pengirim sebesar yang dinyatakan surat muatan udara, sementara tidak menyebutkan bahwa pengirim harus membayar biaya tambahan seharga barang yang dinyatakan dalam surat muatan udara. 74

C. Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang dan Perusahaan Multimoda

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan varang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan)

4 71 82

Tanggung Jawab Hukum Pihak Pengangkut Dalam Angkutan Barang Melalui Laut Dengan Menggunakan Container (Studi Pada PT. Sumatera Madya Jaya)

0 53 72

Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian yang Menyebabkan Rusak atau Hilangnya Barang Pengiriman Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus PT. Tiki Cabang Gelugur Medan)

22 172 102

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang dalam Pengiriman Barang Paket Dengan Klausul...

0 27 3

Tanggug Jawab Jasa Pengiriman Barang Terhadap Hilang/Atau Rusaknya Barang Melalui Jalur Darat (Studi Kasus pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Medan)

6 91 89

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG TERHADAP KELALAIAN YANG MENYEBABKAN RUSAK ATAU HILANGNYA BARANG DIKAITKAN DENGAN KUHD DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG TERHADAP KELALAIAN YANG MENYEBABKAN RUSAK ATAU HILANGNYA BARANG DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN.

0 0 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan - Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian yang Menyebabkan Rusak atau Hilangnya Barang Pengiriman Menurut Undang-Undang Perlindungan Kon

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA ATAS KELALAIAN YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PENGIRIMAN BARANG (Studi di PT. JNE Cabang Mataram) - Repository UNRAM

0 1 11