lxxiv Hal ini dipertegas oleh Robert E. Slavin 1995: 16 dikatakan bahwa perspektif
motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau sruktur tujuan dimana para siswa bekerja. Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika
para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk
keberhasilan kelompok. Lebih lanjut Robert E. Slavin 1995: 25 menyatakan penelitian dalam kelas terhadap pengaruh pencapaian prestasi pembelajaran kooperatif, bahwa dua
puluh dari dua puluh sembilan kajian STAD 69 menemukan pengaruh positif yang signifikan, dan tidak ada yang negatif.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan eksperimen ini peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang akurat, yang benar-benar sesuai dengan harapan. Namun
masih terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan, sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan itu antara lain:
1. Adanya keterbatasan jumlah sampel, yang berakibat sampel kecil. Karena jumlah sampel
yang relatif kecil ada kemungkinan akan mempengaruhi hasil analisis data dan pengambilan keputusan yang tepat. Oleh karena itu generalisasi temuan penelitian hanya
berlaku secara terbatas. Diperlukan penelitian lebih lanjut, bila akan diterapkan di lain tempat.
2. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen yang menuntut adanya
pengendalian terhadap semua vaiabel penelitian di luar variabel yang telah ditetapkan agar tidak mengganggu perlakuan dalam eksperimen. Sementara ada kecenderungan
subyek penelitian untuk berinteraksi di luar penelitian. Hal ini mengakibatkan pengendalian perlakuan yang tertuju kepada siswa tersebut menjadi sulit. Disamping itu
kontrol terhadap kemampuan subyek penelitian hanya meliputi variabel motivasi
lxxv berprestasi siswa, tanpa mengontrol variabel lain. Akibatnya kontrol perlakuan pada
siswa menjadi sulit, sehingga hasil penelitian dapat saja dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang telah ditentukan dalam penelitian ini.
3. Lamanya waktu perlakuan yang diberikan di dalam penelitian ini relatif cukup singkat
sehingga mungkin saja perlakuan yang diberikan belum mencerminkan dengan baik hasil uji kompetensi belajar IPS.
lxxvi
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisa data menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan kompetensi belajar mata pelajaran IPS antara yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif
STAD
dan
Jigsaw
. .Dalam hal ini kompetensi belajar mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif
STAD
lebih baik daripada dengan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw
. Disamping itu terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi. terhadap kompetensi belajar mata pelajaran IPS. Dari
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1.
Terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
terhadap pencapaian kompetensi belajar IPS. Model pembelajaran kooperatif
STAD
menghasilkan kompetensi belajar IPS yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata kompetensi belajar IPS antara model pembelajaran kooperatif
STAD
dengan
Jigsaw
. Dapat disimpulkan bahwa hasil uji kompetensi belajar IPS yang diajar dengan model
pembelajaran
STAD
lebih baik dari pada
Jigsaw
. 2.
Terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi
belajar IPS. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah.. Dapat disimpulkan bahwa skor kompetensi
belajar mata pelajaran IPS yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.