viii berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan
membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan dari kooperatif.
Menurut Manning dan Lucking 1992: 70 bahwa belajar kooperatif mempunyai aspek yang menarik yaitu memungkinkan lingkungan yang kompetitif yang mendidik dan
memacu siswa untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPS. Di dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Suasana kerjasama tersebut dapat menumbuhkan motivasi siswa
untuk berprestasi yang terlihat dalam aktifitas pembelajaran melalui kemauan bekerja sama dengan orang lain serta berkompetisi meraih prestasi yang optimal.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Model Pembelajaran Co
operative Learning
Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 20072008.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Fokus pembelajaran di dalam kelas belum sepenuhnya berpusat pada siswa sehingga proses pembelajaran masih tergantung pada guru.
2. Rendahnya kompetensi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial disinyalir merupakan akibat rendahnya motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran IPS.
3. Belum adanya pemakaian model pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi dengan melalui kegiatan yang menarik dan dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. 4. Kurangnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran kooperatif maupun
pentingnya motivasi berprestasi siswa. 5. Belum tersentuhnya aspek motivasi berprestasi dalam pembelajaran yang menjadi suatu
kecenderungan potensial dalam meningkatkan pencapaian kompetensi belajar. 6. Kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan kerja sama antar siswa dalam proses
belajar mengajar terutama dalam melatih keterampilan proses dalam belajar. Kondisi tersebut disebabkan masih kurangnya kreativitas guru dalam merancang model
pembelajaran.
7. Para guru mata pelajaran IPS belum banyak yang menggunakan metode
STAD
maupun
Jigsaw
bahkan guru belum memiliki pengetahuan tentang hakikat dan manfaat penggunaan metode
STAD
dan
Jigsaw
dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas, maka penulis membatasi penelitian pada masalah-masalah sebagai berikut :
1. Masalah model pembelajaran
Students Teams Achievement Divisions STAD
dan
Jigsaw
terhadap pencapaian kompetensi belajar IPS. 2.
Masalah motivasi berprestasi siswa. 3.
Kompetensi belajar IPS berupa data, skor atau angka yang diperoleh siswa kelas VIII SMP melalui pengukuran setelah mengikuti pembelajaran IPS.
ix
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD Students Teams Achievement Divisions
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
terhadap pencapaian kompetensi belajar IPS? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap pencapaian kompetensi belajar IPS ?
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap pencapaian kompetensi belajar IPS ?
E. Tujuan Penelitian