Etiologi Gejala Klinis Thalassemia

Data yang diperoleh dari rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2004-2005 ditemukan penderita thalassemia rawat inap sebanyak 35 orang, pada tahun 2006-2008 ditemukan penderita thalassemia rawat inap sebanyak 120 orang Ganie, 2004, dan setelah dilakukan survey awal di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 ditemukan penderita thalassemia rawat inap sebanyak 133 orang.

2.1.3. Etiologi

Tubuh memiliki 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.Sel darah merah mengandung hemoglobin, protein kaya zat besi yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.Hemoglobin juga membawa karbon dioksida dari tubuh untuk paru-paru Ganie, 2005. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin. Hem terdiri dari zat besi dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Rantai globin merupakan suatu protein, maka sintesisnya dikendalikan oleh suatu gen. Dua kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin- αterletak pada kromosom 16 dan kluster globin- βterletak pada kromosom 11. Penyakit thalassemia diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Gen globin beta hanya sebelah yang mengalami kelainan maka disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak nomal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan pengobatan. Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia Ganie, 2005.

2.1.4. Klasifikasi

Thalassemia dapat di klasifikasikan menjadi thalassemia alfa dan thalassemia beta Eleftheriou, 2007.

1. Thalassemia Alfa

Thalassemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa yang ada.Thalasemia alfa terdiri dari : a. ThalassemiaTrait ;b. Hemoglobin H ; c. Fetalis Hydrops ;d. Hemoglobin BartEleftheriou, 2007. Pada thalassemia trait, orang dengan hilang 2 alpha globin gen αα - - α- akanmemiliki alpha thalassemia trait. Pada thalassemia ini biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan tetapi dapat menyebab kadar sel darah merah yang rendah anemia dan sel darah merah kecil Eleftheriou, 2007.Ada 2 jenis alpha thalassemia trait, yaitu: 1. Seseorang dengan kehilangan satu gen globin alpha pada setiap kromosom α- α-.Keadaan ini disebut bentuk trans alpha thalassemia trait. Bentuk trans alpha thalassemia trait α- α- umumnya di Afrika-Amerika sekitar 20-30 ; 2. Seseorang dengan kehilangan 2 gen globin alpha pada kromosom yang sama αα -.Keadaan ini disebut bentuk cis alpha thalassemia trait. Orang dengan alpha thalassemia trait tidak akan berkembang menjadi penyakit Hemoglobin H atau Hydrops Fetalis di kemudian hari Eleftheriou, 2007. Pada Hemoglobin H, Jika satu 1 orang tua memiliki bentuk cis alpha thalassemia trait αα -, dan orang tua lainnya adalah silent carrierααα-, maka kemungkinannya adalah 25 1 dari 4 kesempatan dengan setiap kehamilan memiliki anak dengan penyakit Hemoglobin H Eleftheriou, 2007. Seseorang dengan penyakit Hemoglobin H dapat mengalami pembesaran limpa, jumlah sel darah yang rendah, dan batu empedu.Penyakit kuning mungkin ada dalam derajat variable dan anak-anak mungkin menunjukkan hambatan pertumbuhan. Komplikasi lain termasuk infeksi, borok kaki, kekurangan asam folat dan episode hemolitik akut sebagai respon terhadap obat dan infeksi. Pasien yang lebih tua sering memiliki beberapa tingkat zat besi overload. Hal ini membutuhkan perawatan dokter Eleftheriou, 2007. Pada Fetalis Hydrops, jika kedua orang tua memiliki bentuk cis alpha thalassemia traitαα -, ada 25 1 dari 4 kesempatan dengan setiap kehamilan memiliki anak dengan hidrops fetalis --. Penyakit ini adalah kondisi kesehatan yang serius yang biasanya dapat menyebab kematian sebelum atau segera setelah lahir Wilkins, 2009. Gambaran klinisnya adalah bayi edema pucat dengan tanda-tanda gagal jantung dan anemia intra-uterus yang berkepanjangan. Kondisi lain yang dijumpai adalah hepatosplenomegali, keterbelakangan dalam pertumbuhan otak, tulang dan kelainan bentuk kardiovaskular dan pembesaran plasenta Wilkins, 2009. Bayi dengan hidrop fetalis hampir selalu mati dalam rahim 23-38 minggu atau segera setelah lahir, meskipun beberapa kasus telah dijelaskan bahwa neonatus diberikan intensif pendukung kehidupan yaitu terapi dan diobati dengan tranfusi darah Wilkins, 2009. Pada Hemoglobin Bart, seorang bayi dengan Hemoglobin Bart dapat menyebabkan kadar sel darah merah yang rendah anemia ringan Chui, 2002.Jika sejumlah kecil Hemoglobin Bart pada saat lahir, biasanya akan hilang segera setelah lahir. Ini berarti anak tersebut memiliki alpha thalassemia trait atau silent carrier.Tes skrinning bayi baru lahir biasanya tidak bisa mendeteksi kondisi ini.Jika sejumlah besar Hemoglobin Bart pada saat lahir, biasanya akan ditegakkan dengan penyakit Hemoglobin H pada tes skrinning bayi baru lahir Chui, 2002.

2. Thalassemia Beta

Sindrom thalassemia beta adalah kelompok kelainan darah herediter yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak ada sintesis rantai beta globin, sehingga mengurangi kadar hemoglobin dalam sel darah merah RBC, penurunan produksi RBC dan dapat mengakibatkan anemia Suyono, 2001.Thalassemia beta terdiri dari: a. Thalassemia Beta Mayor ; b. Beta Thalassemia Intermedia ; c. Beta Thalassemia Minor ; d. Dominan Beta Thalassemia ; e. Beta Thalassemia berhubungan dengan anomali Hb. Pada Thalassemia Beta Mayor, presentasi klinisnya dapat terjadi di antara usia 6 hingga 24 bulan. Pada bayi yang terkena dapat menyebabkan gagal berkembang dan menjadi pucat secara progresif. Adanya masalah pada intake makanan, diare, iritabilitas, demam dengan serangan berulang, pembesaran progresif dari perut yang disebabkan oleh limpa dan pembesaran hati juga dapat terjadi Aessopos, 2005. Di beberapa negara berkembang, karena kurangnya sumber daya manusia sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dan tidak ditransfusi, gambaran klinis dari thalassemia mayor tersebut dapat ditandai dengan retardasi pertumbuhan, pucat, kuning, perburukan massa otot, genu valgum, hepatosplenomegali, kaki borok dan perubahan otot skeletal yang dihasilkan dari ekspansi sumsum tulang. Perubahan tulang juga termasuk kelainan ada tulang panjang pada kaki dan perubahan bentuk dari kraniofasial malar lebih menonjol, depresi pada jembatan dari hidung, hipertrofi maksilla yang cenderung akan lebih memperlihatkan gigi atas Aessopos, 2005. Jika program tranfusi sudah dimulai secara rutin sejak konsentrasi Hb dari 9,5-10,5 gdL, maka pertumbuhan dan perkembangan cenderung normal hingga 10 sampai 12 tahun. Pasien yang ditransfusi dapat menyebabkan komplikasi yang berhubungan dengan zat besi yang berlebihan bagi tubuhnya. Selain itu, komplikasi pada anak-anak termasuk retardasi pertumbuhan dan keterlambatan pematangan seksual. Adanya komplikasi dari zat besi yang berlebihan dapat berhubungan dengan komplikasi pada jantung pembesaran pada otot jantung, hati fibrosis dan sirosis, kelenjar endokrin diabetes mellitus, hipogonadisme dan insufisiensi dari kelenjar paratiroid, tiroid, pituitary dan yang paling jarang terkena yaitu kelenjar adrenal Aessopos, 2005. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu hipersplenisme, hepatitis kronis yang dihasilkan dari infeksi virus yang dapat menyebabkan hepatitis BC, infeksi HIV, trombosis vena dan osteoporosis. Resiko terkena hepatoseluler meningkat pada pasien dengan infeksi virus hati dan kadar besi yang berlebihan. Kepatuhan pada terapi besi sangat mempengaruhi tingkat keparahan dari terjadinya komplikasi tersebut. Individu-individu yang belum ditransfusi secara teratur biasanya meninggal sebelum dekade kedua dan ketiga. Para penderita yang telah dilakukan transfusi secara teratur dapat mencapai usia lebih dari 40 tahun. Penyakit jantung yang disebabkan oleh siderosis dari miokard merupakan komplikasi yang paling penting dari beban besi yang berlebihan dari beta thalassemia. Bahkan, komplikasi jantung merupakan penyebab kematian sekitar 71 pada pasien dengan beta thalassemia mayor Aessopos, 2005. Pada Beta Thalassemia Intermedia, memiliki karakteristik anemia yang lebih ringan dan tidak membutuhkan transfusi darah atau hanya kadang-kadang jika dibutuhkan. Pada kasus yang dapat terjadi, pasien datang di antara usia 2 hingga 6 tahun dan walaupun dapat bertahan tanpa transfusi darah rutin dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada kasus lain,pasien- pasien sama sekali tidak menunjukkan gejala hingga dewasa dan hanya mengalami anemia ringan Hoffman, 2001. Pada Beta Thalassemia Minor, biasanya tanpa gejala klinis namun terkadang memiliki anemia ringan. Bila kedua orang tua merupakan pembawa maka terdapat resiko 25 pada setiap kehamilan dengan anak yang memiliki thalassemia homozigot Hoffman, 2001. Pada Dominan Beta Thalassemia, berbeda dengan pembentukan thalassemia beta yang menyebabkan berkurangnya produksi rantai globin beta normal. Beberapa mutasi langka dapat terjadi mengakibatkan adanya sindrom varian beta globin yang tidak stabil yang mengendap pada eritroid dan dapat menyebabkan eritropoiesis tidak efektif.Mutasi ini berhubungan dengan thalassemia pada fenotip heterozigot oleh karena itu disebut sebagai dominan beta thalassemia.Adanya hiperstabil Hb harus dicurigai pada setiap individu dengan thalassemia intermedia dimana kedua orang tua dengan hasil darah normal atau pada keluarga dengan pola dominan thalassemia.Beta globin tersebut yang menetapkan diagnosis dominan beta thalassemia Olivieri, 1999. Pada Beta Thalassemia berhubungan dengan AnomaliHb, Interaksi HbE dan hasil beta thalassemia pada fenotip thalassemia dapat berbeda kondisi dimulai dari thalassemia mayor ke bentuk ringan pada thalassemia intermedia. Dilihat dari tingkat keparahan gejala, ketiga kategori dapat di identifikasikan sebagai berikut:1. Mild HbE beta thalassemia; 2. Moderately severe HbE beta thalassemia;dan 3. Severe HbE beta thalassemiaOlivieri, 1999. Mild HbE beta thalassemia.Hal ini diamati pada sekitar 15 dari semua kasus di Asia Tenggara.Pada kelompok pasien dipertahankan Hb antara 9 hingga 12 gdL dan biasanya tidak ada masalah kelainan klinis.Tidak ada pengobatan yang diperlukan Olivieri, 1999. Moderately severe HbE, beta thalassemia.Mayoritas kasus HbE beta thalassemia termasuk di dalam kategori ini.Kadar Hb tetap pada 6-7 gdL dan gejala klinis mirip dengan thalassemia intermedia.Transfusi darah tidak diperlukan kecuali adanya infeksi dapat memicu terjadinya anemia lebih lanjut.Kadar besi yang berlebihan dapat terjadi Olivieri, 1999. Severe HbE beta thalassemia.Kadar Hb dapat serendah 4-5 gdL. Pasien pada kelompok ini memiliki gejala klinis sama dengan thalassemia mayor dan diterapi sebagai pasien dengan thalassemia mayor. Pasien dengan HbC beta thalassemia dapat hidup tanpa gejala dan dapat terdiagnosa melalui tes darah rutin.Bila terjadi, gejala klinis merupakan anemia dan pembesaran pada limpa.Transfusi darah jarang diperlukan.Mikrositosis dan hipokrom dapat ditemukan pada setiap kasus Olivieri, 1999.

2.1.5. Gejala Klinis

Gejala klinis pada pasien thalassemia mayor dapat berupa: 1. Facies colley ; 2. Pucat yang berlangsung lama ; dan 3. Perut membuncit TIF, 2008. Facies cooley, terjadi keaktifan sumsum tulang yang luar biasa pada tulang muka dan tulang tengkorak hingga mengakibatkan pertumbuhan tulang tersebut dan umumnya terjadi pada anak usia lebih dari 2 tahun TIF, 2008. Pucat yang berlangsung lama, merupakan gejala umum pada penderita thalassemia, yang berkaitan dengan anemia berat TIF, 2008. Perut membuncit, akibat pembesaran hati dan limpa.Hati dan limpa membesar akibat dari hemopoiesis ekstrameduler dan hemosiderosis.Dan akibat dari penghancuran eritrosit yang berlebihan, maka terjadi peningkatan bilirubin indirek, sehingga menimbulkan kuning pada penderita thalassemia dan kadang ditemui trombositopenia TIF, 2008. Gejala klinis lain yang dapat ditemukan yaitu: 1. Pada anak yang cukup mendapat transfusi, pertumbuhan dan perkembangannya biasanya normal. Bila terapi kelasi efektif, anak tersebut bisa mencapai pubertas dan terus mencapai usia dewasa secara normal. Bila terapi kelasi tidak efektif, maka secara bertahap akan terjadi penumpukan zat besi. Efeknya mulai tampak pada akhir dekade pertama, efeknya dapat berupa komplikasi hati, endokrin dan jantung akibat kelebihan zat besi mulai tampak, termasuk diabetes, hipertiroid, hipoparatiroid, dan kegagalan hati progresif dan tanda-tanda seks sekunder akan terlambat atau tidak muncul TIF, 2008. ; 2.Gambaran klinis pasien yang tidak mendapat transfusi adekuat sangat berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan sangat terlambat dan pembesaran limpa progresif. Terjadi perluasan sumsum tulang yang mengakibatkan deformitas tulang kepala, dengan zigoma yang menonjol, memberikan gambaran khas wajah mongoloid. Pasien dapat terlihat pucat, kuning, perut membesar oleh karena splenomegali TIF, 2008.

2.1.6. Diagnosis