dan perasaan diluar kendali, yang mana diekspresikan melalui dorongan untuk kurus dan penolakan terhadap makanan”.
3. Faktor ruang sosial Berdasarkan pendapat ahli psikologi yang bernama Orbach dalam Ogden, 2010
menjelaskan pengaruh ruang sosial pada gangguan makan bahwa ukuran tubuh yang kecil bagi wanita menjadi tujuan hanya pada saat dimana wanita tersebut menuntut
akan ruang lebih. Ia juga berpendapat bahwa memiliki ukuran kecil dapat membentuk perasaan kuat dan gangguan makan ini merupakan ekspresi konflik antara
mengambil ruang dan menjadi tidak terlihat yang menjadi hasil dari kontrol berlebihan atas dunia baik dari dalam maupun luar.
2.2.2 Sikap Terhadap Thin-ideal
2.2.2.1 Pengertian sikap G.W. Allport dalam Sarwono, 2009 juga mendefinisikan sikap sebagai
kesiapan mental yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang berkaitan dengan pengalaman individual masing-masing yang mengarahkan dan menentukan
respons terhadap berbagai objek dan situasi terkait. Selain itu, Zanna Rempel dalam Sarlito, 2009 mendefinisikan sikap sebagai
reaksi evaluatif yang disukai dan tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.
Eagley Chaiken dalam Penington et.al, 1999 mengatakan sikap merupakan kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian dengan tingkatan suka
21
atau tidak suka. Sedangkan Penington et.al 1999 mengemukakan definisi sikap merupakan konstruk psikologis yang mengacu pada proses mental tertentu pada diri
seseorang. Berdasarkan ragam pengertian sikap yang dikemukakan diatas, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan pengertian menurut Eagley Chaiken dalam Penington et.al, 1999 mengatakan sikap merupakan kecenderungan psikologis yang
mengekspresikan penilaian dengan tingkatan suka atau tidak suka. 2.2.2.2. Ciri-ciri sikap
Luthfi et.al 2009 merumuskan ciri-ciri sikap sebagai berikut : 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek.
2. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu. Sikap membantu menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap juga mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari. 3. Sikap relatif mudah berubah, karena sikap adalah hal dapat dipelajari dan
sebaliknya. Walaupun secara umum sikap relatif mudah berubah, untuk obyek tertentu spesifik ternyata sikap relative cenderung menetap dan jarang berubah.
4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.
22
5. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar sepanjang perkembangan dan berinteraksi dengan obyeknya.
2.2.2.3 Komponen sikap Katz dalam Pennington Hill, 1999 mengemukakan bahwa pendekatan
struktural sikap adalah berupa penilaian, positif atau negatif dari suatu objek sikap baik orang atau gambaran. Menurut Eagly Chaiken dalam Pennington Hill,
1999, ada tiga model komponen yang terkait dengan sikap, diantaranya sebagai berikut:
Gambar 2.4 Komponen Sikap
Aspek kognitif
Objek sikap Aspek afektif
Aspek perilakukonatif
Sikap
1. Komponen kognitif pengetahuan Komponen kognitif mengacu pada kepercayaan, opini, dan ide mengenai objek
sikap. 2. Komponen afektif emosi
23
Komponen afektif mengacu pada penilaian bagus atau tidak bagus, suka atau tidak suka dari objek sikap dan juga merupakan prinsip seseorang.
3. Komponen konatif tendensi perilaku Komponen konatif mengacu pada niat menunjukkan perilaku atau berperilaku
nyata terkait dengan objek sikap. 2.2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Menurut Luthfi et.al 2009, sikap pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yaitu faktor pengalaman, situasi, norma-norma,
hambatan dan faktor pendorong. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif,
tetapi juga dapat bersifat negatif. Diagram terbentuknya sikap dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Faktor Internal -Fisiologis
-Psikologis Objek Sikap :
Thin-ideal
Reaksi SIKAP
Faktor Eksternal -Pengalaman
-Situasi -Norma-norma
-Hambatan
Menurut Pennington Hill 1999, terdapat beberapa fungsi sikap sebagai berikut:
24
1. Fungsi pengetahuan, fungsi ini peduli mengenai bagaimana seseorang mengatur, menyusun, dan proses informatif mengenai dunia sosial.
2. Fungsi adaptif, fungsi ini peduli bagaimana sikap memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan yang diingini dan menghindari hal yang tidak diinginkan.
3. Fungsi pertahanan ego, fungsi ini menyatakan bahwa sikap umumnya untuk melindungi orang-orang dari diri mereka sendiri dan orang lain.
4. Fungsi ekspresi diri, fungsi ini memberitahukan kebutuhan untuk menceritakan sesuatu mengenai diri seseorang dan untuk mengetahui isi pikiran
orang tersebut. 2.2.1.4. Pengertian thin-ideal
Bordo dalam Ogden, 2010 pada salah satu bukunya yang berjudul “Reading the Slender Body”, berpendapat bahwa gambaran yang ada mengenai kurus atau thin-
ideal merupakan hasil kontemporer dan ketakutan dalam masyarakat, yang dapat dijelaskan dalam gambaran pengertian ukuran tubuh sebagai berikut
Gambar 2.6 Pengertian Ukuran Tubuh
Makan berlebihan kontrol
menarik Malas
Menderita Tidak populer
Gemuk
Tidak sukses Tidak menarik
kebebasan sukses
Kurus
25
Istilah thin-ideal ini memiliki sinonim dengan thinness, slim, ultra-thin ideal, slender body atau ultra-slender ideal. Istilah tersebut memiliki makna sama yaitu
pengidealan citra tubuh kurus atau yang dikenal dengan slogan “cantik itu langsing” DumasNielsen 2003 terkait thin-ideal bahwa:
“Rata-rata berat badan dari model –yang mana merupakan standar kecantikan amerika-adalah memiliki berat badan 95 dibawah berat badan perempuan amerika
pada umumnya. Banyak remaja putri dan pemudi menjaga berat badan yang sehat, yang mana lebih rendah dari rerata berat badan populasi pada umumnya, dan
kebanyakan dari mereka tidak menemukan ideal berat badan yang disampaikan secara sukses dalam kesehariannya melalui hiburan, iklan-iklan, dan model. Banyak
peneliti percaya bahwa hal ini merupakan faktor penting pada peningkatan gangguan makan, senada peningkatan remaja putri dan wanita muda yang berusaha untuk
mencapai ketidakmungkinan tersebut”.
Selain itu, DumasNielsen mengemukakan bahwa patokan atau ukuran thin- ideal kian meningkat secara berlanjut pada dekade sebelumnya. Senadan dengan hal
tersebut Wilson 2007 menjelaskan melalui gambaran sebagai berikut berdasarkan penelitian mengenai ukuran tubuh yang dilakukan oleh pengamat model Playboy dan
kontestan Miss Amerika dengan periode masing-masing 10 tahun, yaitu: Berdasarkan gambaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran thin-ideal
bervariasi sepanjang waktu, tidak ada patokan yang jelas. Namun, hasil penelitian diatas menemukan bahwa berat badan rata-rata mereka pada tahun 2000 semakin
dratis penurunan BMT dengan taraf 13-19 dibawah dari usia yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan 4 kategori atas BMT Berat Massa
Tubuh oleh Gucciardi et.al 2004, terdiri atas berat badan terlalu rendah BMT
26
20, berat badan yang sesuai BMT 20-250, berat badan berlebih BMT 25-27, dan Obesitas BMT 27. Pada tahun 2000, Tren thin-ideal dengan BMT tersebut sudah
berada ditaraf berat badan terlalu rendah.
2.3 Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Gangguan Makan