Sanksi perdata Sanski pidana

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pelanggaran yang telah dilakukan pelaku usaha tersebut adalah dalam bentuk kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Terhadap Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pelaku usaha yang tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang danatau fasilitas perbaikan, tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan. Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan danatau garansi yang disepakati danatau yang diperjanjikan. Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah terhadap pelaku usaha yang telah menerbitkan atau menimbulkan kerugian kepada konsumen.

2. Sanksi perdata

Sanksi perdata pada prinsipnya merupakan suatu tuntutan yang diajukan oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain, baik itu konsumen ataupun dari pelaku usaha sendiri. Sanksi perdata merupakan sanksi yang mana pihak dirugikan dapat menggunakan jalur perdata yaitu dengan mengajukan gugatan wanprestasi ataupun gugatan perbuatan melawan hukum. Bentuk perlindungan yang diberikan pada prinsipnya dapat berupa ganti rugi secara materiil ataupun non materiil tergantung dari bentuk kerugian yang ditimbulkan. Gugatan perdata ini tetap menggunakan hukum acara pada umumnya yaitu HIRRBG.

3. Sanski pidana

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 61 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sanksi pidana dijatuhkan kepada pelaku usaha Universitas Sumatera Utara danatau pengurusnya. Ketentuan ini didasarkan kepada Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat 2, dan Pasal 18. Ketentuan sanksi pidana ini akan dikenakan kepada pelaku usaha yang telah melanggar peraturan yang telah disebutkan sebelumnya dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Berikutnya pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Selain sanksi administrasi, perdata dan pidana sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen yang memakai jasa pelaku usaha, terdapat pula perlindungan hukum lainnya yaitu penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Berdasarkan Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Tugas dan wewenang dari BPSK ini tertuang dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; Universitas Sumatera Utara b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen; c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini; e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen; g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang itu; i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen; j. Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan; k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen; l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. Penyelesaian sengketa melalui BPSK wajib diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 21 hari. Dalam hal putusan yang dikeluarkan oleh BPSK tersebut tidak diterima atau pihak yang kalah merasa keberatan terkait putusan yang ada, maka pihak yang keberatan tersebut dapat mengajukan keberatannya paling lama 14 hari Universitas Sumatera Utara kerja sejak pemberitahuan putusan tersebut ke Pengadilan Negeri. Dalam jangka waktu paling lambat 21 hari pula, Pengadilan Negeri harus mengeluarkan putusan sejak diterimanya keberatan tersebut. Dan apabila terhadap putusan Pengadilan Negeri pihak yang dikalahkan merasa keberatan, maka pihak tersebut dapat melakukan langkah kasasi ke Mahkamah Agung dalam jangka waktu 14 hari sejak putusan dilakukan di Pengadilan Negeri. Mahkamah Agung harus mengeluarkan putusan paling lambat 30 hari sejak diterima permohonan kasasi tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB III BENTUK TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA KEPADA KONSUMEN ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI AKIBAT PEMAKAIAN JASA A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pelaku usaha merupakan pihak yang menghasilkan produk atau jasa yang kemudian dinikmati oleh konsumen. Bentuk dan kualitas dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku pada prinsipnya adalah hasil terbaik yang diperuntukan kepada konsumen, sehingga membentuk jalinan hubungan yang saling menguntungkan. Pelaku usaha menghasilkan produk atau jasa yang kemudian dinikmati oleh konsumen dengan jumlah nilai tertentu. Biasanya konsumen sangat jarang melakukan cross check terhadap produk atau jasa yang dijual oleh konsumen, hal ini disebabkan kepercayaan yang diberikan oleh konsumen. Suatu hal buruk terjadi ketika kepercayaan yang diberikan konsumen kepada pelaku usaha diperlakukan dengan sepele atau dengan kata lain sama sekali tidak menghargai sikap konsumen tersebut. Alhasil pelaku usaha memanfaatkan kepercayaan ini dengan membohongi konsumen. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pelaku usaha diberikan tanggung jawab terkait produk atau jasa yang diberikannya. Berikut tanggung jawab pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: 1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau Universitas Sumatera Utara jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan; 2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi; 4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan; 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan terkait dengan pelaku usaha yang menjalankan usaha periklanan, yaitu dikatakan bahwa pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pada Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan terkait adanya keharusan pelaku usaha untuk melakukan tanggapan atau melakukan ganti rugi terhadap orang yang dirugikan seperti yang dinyatakan bahwa pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Universitas Sumatera Utara Pasal 24 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa: 1. Pelaku usaha yang menjual barang danatau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila: a Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apapun atas barang danatau jasa tersebut; b Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang danatau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi. 2. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang danatau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang danatau jasa yang tersebut. Kemudian pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan: 1. Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 satu tahun wajib menyediakan suku cadang danatau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan; 2. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut: a. Tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang danatau fasilitas perbaikan; b. Tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan. Universitas Sumatera Utara Pasal 26 Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan pelaku usaha yang memperdagangkan jasa,wajib memenuhi jaminan danatau garansi yang disepakati danatau yang diperjanjikan. Selnajutknya Pasal 27 Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen, apabila: 1. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan; 2. Cacat barang timbul pada kemudian hari; 3. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang; 4. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen; 5. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 empat tahun sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.

B. Jenis Kerugian yang Dialami Konsumen Akibat Penggunaan Jasa 1. Kasus bank century

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

8 157 125

Penerapan Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus Putusan MA No 156 PK/Pdt.Sus/2012)

4 97 96

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Tinjauan Terhadap Perjanjian Antara Pelaku Usaha Dengan Konsumen Jasa Layanan Kesehatan Dalam Kaitannya Dengan Hukum Perlindungan Konsumen

0 51 104

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Kerugian Konsumen Akibat Paket Penghematan Pulsa Excelcomindo(Studiputusan PN No.206/Pdt/2006)

0 67 98

Bentuk-Bentuk Kekerasan Yang Dialami Oleh Caddy Golf (Studi Kasus Terhadap 5(lima) Caddy Yang Bekerja Di Lapangan Golf Graha Metropolitan)

5 117 81

Hapusnya PertanggungJawaban Pelaku Usaha Jasa Terhadap Kerugian Yang Dialami Oleh Konsumen (Studi Kasus Putusan MA No: 769/K/Pdt.Sus/2011)

4 50 95

Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Yang Dialami Akibat Tenggelamnya Kapal Pengirim Barang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 45 103

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9