n. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang
danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah; o.
Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau
guna tertentu; p.
Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru; q.
Barang danatau jasa tersebut telah mendapatkan danatau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau
aksesori tertentu; r.
Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi :
1 barang danatau jasa tersebut tersedia;
2 barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
3 barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
4 barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
22
4. Ketentuan pencantuman klausula baku
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
23
Menurut E. H. Hondius, klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak
22
Selanjutnya baca Pasal 8 – 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
23
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Universitas Sumatera Utara
oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
24
Klausula baku merupakan aturan sepihak dalam kuitansi, fakturbon, perjanjian, atau dokumen lainnya dalam transaksi jual beli yang sangat merugikan
konsumen. Adanya klausula baku menyebabkan posisi konsumen sangat lemah dibandingkan dengan pelaku usaha.
25
a. Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen danatau perjanjian apabila:
Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan beberapa keharusan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
pencantuman klausula baku, yaitu:
1 menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
2 menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konsumen; 3
menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli oleh konsumen;
4 menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
5 mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yang dibeli oleh konsumen; 6
memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
24
Syahmi, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1005, hal. 142
25
Direktorat Perlindungan Konsumen, Departemen Perdagangan Republik Indonesia “Klausula Baku”, artikel diunduh dari situs www. pkditjenpdn.depdag.go.idindex.php?page=baku, diakses pada
tanggal 12 Mei 2014.
Universitas Sumatera Utara
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; 7
menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8
menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran.
b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti;
c. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian dinyatakan batal demi hukum; d.
Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang ini.
Pencantuman klausula baku dalam dokumen promosi dan transaksi diperbolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan bentuk serta pencantumannya harus jelas terlihat dan mudah dipahami. Contoh klausula baku yang dilarang dalam UU
Perlindungan Konsumen, antara lain:
26
a. formulir pembayaran tagihan bank dalam salah satu syarat yang harus dipenuhi
atau disetujui oleh nasabahnya menyatakan bahwa, “Bank tidak bertanggung jawab atas kelalaian atau kealpaan, tindakan atau keteledoran dari Bank sendiri atau
pegawainya atau koresponden, sub agen lainnya, atau pegawai mereka...”;
26
Direktorat Perlindungan Konsumen, Ibid
Universitas Sumatera Utara
b. Kuitansi atau faktur pembelian barang, yang menyatakan: “Barang yang sudah
dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan”; atau “Barang yang tidak diambil dalam waktu 2 minggu dalam nota penjualan kami batalkan”.
B. Bentuk-Bentuk Produk Jasa yang Dihasilkan oleh Pelaku Usaha