Al - jarh wa Al - ta’dîl

kompetensi yang memadai, dan memiliki reputasi keuangan yang baik. Sedangkan ukuran keberhasilan tata kelola yang baik adalah jika perbankan menghasilkan kinerja yang memuaskan para pihak berkepentingan, untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang memenuhi persyaratan tersebut, maka Bank Indonesia menetapkan uji kepatutan dan kelayakan sebagai bagian dari pelaksanaan fungsi pengawasan bank. 32

G. Al - jarh wa Al - ta’dîl

Pengertian jarh : 33 a. Menurut Bahasa : jarh sebagai bentuk mashdar dari “jaraha”. Seperti pada contoh kalimat , man jarahahu bi lisanihi jarhan: ‘abahu wa yanqushahu. b. Jarh bil fathah yang berarti luka atau melukai dengan pedang c. Jarh bidhommah yang berarti “ismun” lil jarh. Jarh itu berarti : melukai dengan lisan yang membekas kedalam harga diri kehormatannya. Dan Jurh itu berarti : melukai badan dengan besi atau sejenisnya. Sedangkan Jarh secara Istilah : adalah memberi sifat seorang rawi periwayat dalam keadilan, kejujuran dan hafalannya yang menyebabkan melemahnya atau ditolaknya perkataan atau riwayat seorang rawi. Pengertian tadil : 34 32 http:www.infobanknews.combankrapor_bpd_kian_ok.html 33 Abdul Mawjud Muhammad Abdullatif, ilmu jarh wa ta’dil, penilaian kredibilitas para perawi dan pengimplementasiannya , Bandung, Gema Media Pusakatama, 2003, h.28 1. Tadil secara bahasa : di ambil dari kata aladalah aladlu yang berarti : menyamakan dan menimbang, membuat seimbang sesuatu dengan yang lain. 2. Tadil secara istilah : mensifati seorang rawi periwayat dalam keadilan dan hafalannya yang menyebabkan diterimanya riwayat seorang rawi tersebut. Al - jarh wa al - ta’dîl pada awalnya digunakan sejak zaman sahabat untuk mendapatkan seseorang yang berkualitas dalam menyampaikan suatu informasi, seiring berlangsungnya jaman al - jarh wa al - ta’dîl menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri untuk menentukan kualitas hadist, dengan kata lain kualitas seseorang akan menentukan apa yang dilakukan dan diucapkan sedangkan dalam rekrutmen dan seleksi karyawan dengan nuansa konvensional melakukan aktivitas yang tak jauh beda dalam menentukan SDM yang berkualitas sehingga berbagai test atau uji dilakukan untuk menjaring SDM yang diinginkan. 35 Al - jarh wa al - ta’dîl adalah ilmu yang membahas tentang Al jarh sifat-sifat tercela dan Al - ta’dîl sifat-sifat adil dari seorang rawi, dengan menggunakan lafal- lafal dan perinngkat lafal-lafal tertentu. Ilmu al - jarh wa al - ta’dîl merupakan bagian dari syari’at dalam kerangka memelihara syari’at itu sendiri dan dengan tujuan memberikan nasihat dan kemaslahatan syari’at, bukan mencela kekurangan- kekurangan dari sifat manusia itu sendiri. al - jarh wa al - ta’dîl bukan tergolong 34 Abdul Mawjud Muhammad Abdullatif, ilmu jarh wa ta’dil, penilaian kredibilitas para perawi dan pengimplementasiannya , Bandung, Gema Media Pusakatama, 2003,.h.29 35 Khoridotul bahiroh, skripsi, Rekrutmen dan seleksi karyawan dalam perspektif Al jarh wa At tadil . 2003 perbuatan ghibah membicarakan kejelekan orang yang dilarang baik dari segi agama maupun dari segi etika. Hal ini dikarenakan al - jarh wa al - ta’dîl diperbolehkan dalam masalah persaksian dan masalah periwayatan, dengan alasan berhati-hati dan teliti al tatsabbut dalam urusan agama lebih baik daripada urusan hak huquuq dan harta amwaal. 36 Al - jarh wa al - ta’dîl dan pembahasan-pembahasannya tentang rawi-rawi sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Kemudian dilanjutkan pada masa Sahabat dan masa Tabi’in, lalu diteruskan pada masa sesudahnya. Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang disyariatkan dari Rasulullah SAW. Atas sebagian rawi-rawi dengan meneliti ke-ta’dil-an mereka. 37 ﺎ ﺪ وﺮْ ْ ﻰ ﺎ ﺪ ﺪ ْ ءاﻮ ﺎ ﺪ حْور ْ ﺎ ْا ْ ﺪ ْ رﺪﻜْ ْا ْ ةوْﺮ ْ ﺔ ﺎ : نأ ﺎ ر نذْﺄ ْ ا ﻰ ا ﻰ ا ْ و ﺎ ر لﺎ ْ ﻮ أ ةﺮ ْا ْ و ْا ةﺮ ْا ﺎ ا ﻰ ا ْ و ﻬْ و ْاو ْ إ ﺎ ْا ﺮ ا ْ ﺎ ﺔ ﺎ ﺎ لﻮ ر ا ْأر ﺮ ا ْ اﺬآ اﺬآو ْ ﻬْ و ْ ْاو ْ إ لﺎ لﻮ ر ا ﻰ ا ْ و ﺎ ﺔ ﺎ ﻰ ْﺪﻬ ﺎ ﺎ نإ ﺮ سﺎ ا ﺪْ ا ﺔ ﺰْ مْﻮ ﺔ ﺎ ْا ْ آﺮ سﺎ ا ءﺎ ا ﺮ يرﺎ ا اور Aisyah r.a. berkata “ada seorang laki-laki meminta izin untuk menghadap Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW. Melihat orang tersebut, beliau bersabda, 36 Abdul Mawjud Muhammad Abdullatif, ilmu jarh wa ta’dîl, penilaian kredibilitas para perawi dan pengimplementasiannya , Bandung, Gema Media Pusakatama, 2003 ,.h. 19 37 Abdul Mawjud Muhammad Abdullatif, ilmu jarh wa ta’dîl, penilaian kredibilitas para perawi dan pengimplementasiannya .h. 19 ‘alangkah jeleknya golongan orang itu atau alangkah jeleknya keturunan orang itu.’ Namun ketika orang itu duduk, Nabi SAW. Berwajah ceria dan menanggapi orang itu dengan baik. Oleh karena itu ketika orang itu beranjak pergi, ‘Aisyah bertanya kepada Nabi SAW. tentang orang itu “Hai. Rasulullah Ketika anda melihat seorang laki-laki, anda berkata bahwa oarng itu adalah golongan yang tidak baik atau keturunan yang tidak baik. Kemudian anda bermuka ceria dan menanggapi orang itu dengan baik?”, Rasulullah SAW. balik bertanya kepada ‘Aisyah, “Hai ‘Aisyah, kapan engkau membicarakan kepadaku sesuatu yang jelek itu? Sesungguhnya sejelek- jeleknya kedudukan manusia di sisi ALLAH SWT. pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan orang lain karena jelek pembicaraannya.” 38

H. Kerangka Konseptual