Undang-Undang Acara Indonesia TINJAUAN TEORETIS TENTANG UNDANG-UNDANG ACARA

sebenar Akta Keterangan 1950, ia terbagi kepada tiga bagian. 11 Kedudukan saksi serta pemeriksaan saksi teletak dalam aturan yang ada pada bagian III.

B. Undang-Undang Acara Indonesia

Undang-Undang Acara Indonesia, dapat dilihat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang juga disebut sebagai KUHAP. KUHAP yang dipandang sebagai produk nasional, merupakan penerusan dari asas-asas hukum acara pidana yang terdapat di dalam HIR atau Ned strafvordering 1926. Pada tanggal 1 Mei 1848, berdasarkan pengumuman Gubernur Jenderal tanggal 3 Desember 1847 Sbld Nomor 57 ialah Inlands Reglement atau disingkat IR. Reglemen tersebut berisi acara perdata dan acara pidana. Kemudian dengan Sbld 1941 Nomor 44 diumumkan dengan nama Herziene Inlands Reglement atau HIR. Yang terpenting dari perubahan IR menjadi HIR ialah dengan perubahan itu dibentuk lembaga openbaar ministerie atau penuntut umum, yang dahulu ditempatkan di bawah pamongpraja. Dalam praktik, IR masih berlaku disamping HIR di Jawa dan Madura. HIR berlaku di kota-kota besar seperti Jakarta Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan lain-lain sedangkan di kota lain berlaku IR. 12 11 Bagian I Kerelevanan, Bagian II Pembuktian, Bagian III Pengemukaan dan Kesan Keterangan. 12 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.54. Apabila diramu lebih mendalam, detail dan terinci walaupun IR merupakan cikal bakal HIR, tetapi jikalau diperbandingkan, akan didapatkan perbedaan-perbedaan yang tidak sedikit. Perbedaan telihat dalam aspek-aspek berikut: 13 a. Dalam IR belum ada Badan Penuntut Umum tersendiri, dalam HIR sudah ada meskipun belum volwaarding. b. Regen, Patih dan Kepala Afdeeling Residen atau Asisten Residen dalam IR adalah Penyidik, dalam HIR tidak. c. Penahanan sementara yang untuk itu dalam sistem IR tidak diharuskan syarat- syarat tertentu, menurut HIR harus selalu atas perintah bertulis. Hukum Acara Pidana pada periode Undang-Undang Nomor 1 Drt tahun 1951 LN Nomor 9 Tahun 1951 mulai terbentuk sejak Negara Kesatuan eksis pada tanggal 17 Agustus 1950 dan sekaligus menghilangkan dualisme struktur pengadilan dan peradilan di Indonesia. Dengan hadirnya undang-undang ini, terciptalah suatu unifikasi hukum untuk menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan dan acara semua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia berdasarkan Pasal 1 telah dihapuskan dan tidak memberlakukan lagi sembilan buah badan peradilan yang berlaku sebelum ini. 14 13 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik dan Permasalahannya , Bandung: PT. Alumni, 2007, h. 35. 14 Ibid, h. 39-40. Sembilan buah badan peradilan yang belaku sebelumnya adalah Mahkamah Justisi di Makasar dan alat Penuntut Umum padanya; Appelraad di Makasar; Appelraad di Medan; segala PN dan Landgerecht cara baru dan alat Penuntut Umum padanya; segala Pengadilan Kepolisian dan alat Penuntut Umum padanya; segala Pengadilan Magistraat Pengadilan Rendah; segala Pengadilan Kabupaten; segala Raad Distrik; dan segala Pengadilan Negorij di Maluku. Manakala jika ditinjau dari aspek historis yuridis, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 disahkan pada tanggal 31 Desember 1981 dengan nama Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana atau lazim disingkat menjadi istilah KUHAP. Semenjak berlakunya KUHAP, dapatlah disebutkan lebih jauh bahwasanya mulai tanggal 31 Desember 1981 untuk ketentuan Hukum Acara Pidana berlakulah secara tunggal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan peraturan yang sebelumnya berlaku dinyatakan telah dicabut. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsiderans huruf d dan diktum angka 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 yang menyatakan, bahwa: Hukum Acara Pidana sebagai yang termuat dalam Het Herzien Inlandsch Reglement, Stb. 1941 Nomor 44 dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Drt Tahun 1951 LN Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 81 serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai Hukum Acara Pidana, perlu dicabut, karena sudah tidak sesuai dengan cita- cita hukum nasional. Dari teks di atas, dapatlah dikatakan bahwa untuk Hukum Acara Pidana telah ada suatu unifikasi hukum karya bangsa Indonesia sendiri sehingga sewaktu lahirnya KUHAP, undang-undang ini sering disebut sebagai “Karya Agung”. Terlepas dari adagium bahwa law in book tertinggal dengan perkembangan masyarakat law in action. C. Definisi dan Dasar Hukum Keterangan daripada para saksi adalah salah satu saluran bagi menetapkan hak yang didakwa, bahkan sebagian fuqaha berpendapat kesaksian adalah hujah yang paling kuat sekali. Dari segi bahasa ia berarti penerangan yang putus atau pasti, iaitu kata-kata yang diucapkan hasil daripada maklumat yang diperoleh melalui penyaksian. 15 Selain itu, syahadah dari segi bahasa bermaksud “hadir” atau “naik saksi”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesaksian bermaksud orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa kejadian. Manakala kesaksian menurut Kamus Dewan adalah keterangan yang diberikan oleh orang yang melihat, mengetahui dan lain-lain. Dari sudut istilah, ia ditakrif dengan pelbagai bentuk, diantaranya adalah pemberitahuan yang benar bagi tujuan menentukan sesuatu hak menerusi ungkapan kesaksian yang disampaikan di dalam peradilan. Takrifnya lagi ialah satu perkhabaran yang benar yang diberikan dalam majlis kehakiman dengan menggunakan lafaz “asyhadu” aku naik saksi untuk menentukan hak atau kepentingan bagi orang lain. 16 Begitu juga dalam Seksyen 3, 17 mentakrifkan syahadah sebagai apa-apa keterangan yang diberikan di mahkamah dengan menggunakan lafaz asyhadu untuk membuktikan suatu hak dan kepentingan. 15 Mahmud Saedon, Undang-Undang Keterangan Islam, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990, h.55. 16 Lihat Afridah Abas, Kebolehterimaan Keterangan Dengar Cakap sebagai Satu Cara Pembuktian Di Mahkamah Syariah, dalam Nasimah Hussin, Undang-Undang IslamJenayah, Keterangan dan Prosedur, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007, h.212. 17 Akta Keterangan Mahkamah Syariah Wilayah Perskutuan1997. Seksyen = Pasal. Sedangkan Ansorie Sabuan memberi maksud saksi di dalam kitab Hukum Acara Pidananya adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Dengan setiap istilah yang digunakan di atas, maka dapat diketahui bahwa kesaksian adalah keterangan yang terkaitan dengan pancaindera, baik seseorang yang akan memberi maklumat itu melihat, mendengar, merasa atau mengetahui. Takrif undang-undang adalah sesuatu peraturan yang digubal oleh pemerintah dan harus dipatuhi oleh masyarakat yang berkenaan. 18 Di dalam Kamus Black, undang-undang adalah yang diperturunkan, diperintah atau dinyatakan. Satu peraturan atau metode yang mana fenomena atau perbuatannya saling berganding antara satu sama lain. Ia juga perlu dipatuhi atau diikuti oleh rakyat tertakluk kepada hukuman atau implikasi-implikasinya. Manakala keterangan bermaksud hal atau bukti yang menjadikan sesuatu perkara itu menjadi jelas. Menurut Akta Keterangan 1950, keterangan diberi dalam mana-mana guaman atau tatacara baik wujud atau tidak wujudnya tiap-tiap fakta isu dan mengenai apa-apa fakta lain yang ditetapkan baik relevan atau tidak mengenai mana-mana fakta lain. 19 18 Kamus Dewan, Ampang:Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005, h.1768. 19 Seksyen 5 tidak membenarkan sesiapa memberi keterangan mengenai sesuatu fakta yang dia tidak berhak membuktikan menurut undang-undang berhubung dengan prosedur sivil. Bagi istilah hukum pidana mengandung beberapa arti diantaranya adalah hukum pidana merupakan kumpulan peraturan yang mengatur tingkah laku masyarakat dan bila ada yang melanggar akan mendapat hukuman berupa pidana, yaitu suatu hukuman yang memberikan rasa tidak enak pada si pelanggar. 20 Selain itu, definisi Prof. Van Hamel yang diambil dari bukunya Inleading Studie Ned. Strafrecht 1927, berbunyi: “hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan- aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelanggarakan ketertiban hukum rechtsorde yaitu melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut.” Istilah hukum acara pidana yang diberi oleh Kansil menurut Kamus Istilah Aneka Hukum adalah keseluruhan daripada ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana tertib hukum pidana harus ditegakkan dalam hal terjadinya suatu pelanggaran atau bagaimana negara harus menunaikan hak pidana atau hak menghukumnya dalam hal terjadinya pelanggaran. 21 Saksi-saksi mempunyai peran yang amat penting dalam menentukan sesuatu perkara. Oleh sebab itu, seseorang saksi tidak boleh menyembunyikan perkara- perkara yang dipersaksikannya,dan hendaklah menyempurnakan persaksiannya semata-mata karena Allah. Menjadi saksi adalah salah satu kewajiban atau tanggungjawab bagi seseorang. 20 Waluyadi, Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003, h.15. 21 C.S.T. Kansil, Kamus Istilah Aneka Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004, h. 15. Keharusan berpegang dengan kesaksian dalam menetapkan hukuman telah terdapat dalam beberapa nas al-Quran yang berkaitan seperti firman-Nya di dalam surah al-Baqarah2:283, surah an-Nisa’4:6 dan surah at-Talaq65:2 seperti berikut: + ,- . 0,1 23 45 67 89 : 3 07; = ,? ; A ;,B Artinya: “……dan janganlah kamu Wahai orang-orang yang menjadi saksi menyembunyikan perkara yang dipersaksikan itu. dan sesiapa yang menyembunyikannya, maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. dan ingatlah, Allah sentiasa mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.” Q.S. Al-Baqarah, 2:283 C D 67 E9 F 7 E9HEI J E9 K LM N- O H.P Q7 E9HEI;,B + +RS2ST UV W Artinya: “Kemudian apabila kamu menyerahkan kepada mereka hartanya, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi yang menyaksikan penerimaan mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas akan segala yang kamu lakukan.” Q.S. An-Nisa’, 4:6 H.P O .X D YZ., :\ ]- O + E9_0 MD _`, 1 a ,- ,?ST bc - 1 dE eN f WgF + ,- hiP ,1 j kNl 3Oj m , N1Sn Artinya: “Dan adakanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu semasa kamu merujukkan atau melepaskannya; dan hendaklah kamu yang menjadi saksi menyempurnakan persaksian itu kerana Allah semata-mata. Dengan hukum-hukum yang tersebut diberi peringatan dan pengajaran kepada sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya, nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dari segala perkara yang menyusahkannya.” Q.S. At-Talaq, 65:2 Di dalam Akta Keterangan Malaysia, alat bukti terbagi pada pengakuan, kesaksian, qarinah, dokumen dan pandangan para ahli. Begitu juga jika dilihat pada KUHAP, ada lima alat-alat bukti yang sah 22 untuk digunakan dalam setiap pembuktian dan putusan. Maka kedudukan saksi itu terkait dalam alat bukti bagi melihat benar atau tidak keterangan terdakwa. Mengikut ketentuan hukum syara’, meletakkan diri sebagai saksi bagi suatu perkara itu adalah wajib, di mana mereka yang dipanggil untuk menghadirkan diri ke pengadilan menjadi saksi dari pihak penuntut atau tersangka adalah “Fardhu Ain”. Dikarenakan hal tersebut maka, melalui kajian teoretik dan praktik dapat dikonklusikan bahwa menjadi seorang saksi merupakan kewajiban hukum bagi setiap orang. 22 Pasal 184 ayat 1 telah menyebut lima alat-alat bukti yang sah digunakan dalam setiap pembuktian dan putusan. Alat bukti tersebut ialah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

D. Macam-Macam Saksi