16 mampu mengevaluasi sebuah informasi untuk dijadikan bahan dalam
penyelesaian tugas perkuliahannya. Berdasarkan uraian dan permasalahan tersebut, untuk itu peneliti tertarik
meneliti mengenai literasi informasi mahasiswa dalam pencarian informasi. Sehingga peneliti
memilih judul “Literasi Informasi Mahasiswa dalam Pencarian Informasi Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Literasi Informasi Mahasiswa dalam
Pencarian Informasi Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara”?.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Literasi Informasi dalam Pencarian Informasi Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah, sebagai bahan masukan untuk merumuskan
suatu strategi dalam pencarian informasi yang di butuhkan. 2. Peneliti lain, dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian
dengan topik yang sama di masa mendatang. 3. Peneliti, dalam rangka menambah pengetahuan tentang literasi informasi
dan pencarian informasi.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang literasi informasi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN SU dalam menemukan informasi yang
mencakup strategi pencarian informasi, kemampuan menentukan jenis dan batas informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif
Universitas Sumatera Utara
17 dan efisien, mengevaluasi temuan dan sumber-sumber secara kritis, dan
menggunakan informasi dengan efektif.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Literasi Informasi
Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekkan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi
informasi adalah kemelekkan terhadap informasi. Istilah literasi informasi dalam kalangan masyarakat saat ini belum begitu familiar. Walaupun saat ini literasi
informasi banyak dikaitkan dengan pengguna perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi.
Literasi informasi menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz 2004: 356 adalah:
...”Information literacy is skill in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity
with resource they provide including information formats and automated search tools, and knowledge
of commonly used techniques”.... Berdasarkan pengertian literasi informasi yang telah diuraikan, maka
literasi informasi adalah sebuah kemampuan dalam menemukan infromasi yang dibutuhkan dan mengerti bagaimana perpustakaan mengorganisasikan koleksi,
mengetahui sumber informasi yang tersedia di perpustakaan termasuk format dan alat penelusuran informasi dan pengetahuan umum untuk penelusuran informasi.
Hal ini
termasuk kemampuan
untuk mengevaluasi
informasi dan
menggunakannya secara efektif seperti penambahan infrastuktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik dan budaya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Shapiro. Menurut Shapiro 1996: 31 literasi informasi adalah:
...”Information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical
reflection on the nature of information itself, its technical infrastructure,
and its social, cultural and even philosophical context and impact”.... Berdasarkan pendapat tersebut literasi informasi merupakan sebuah seni
liberal baru dalam rangka untuk mengetahui bagaimana menggunakan komputer,
Universitas Sumatera Utara
19 mengakses informasi dan berpikir secara kritis, infrastuktur teknologi dalam
kontek sosial, budaya, konteks filosofi dan dampaknya. Menurut Bun
dy yang dikutip oleh Hasugian 2009: 200 “Literasi Informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari,
menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi”. Sejalan dengan pengertian tersebut menurut laporan penelitian American
Library Association’s Presidential Committee on Information Literacy 1989: 1 mengatakan bahwa
...“information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate,
evaluate, and use effectively the needed information”.... Pendapat tersebut menjelaskan bahwa literasi informasi adalah
seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan sebuah informasi dibutuhkan, kemampuan untuk mendapatkan
informasi, dapat mengevaluasi dan menggunakan secara efektif. Menurut Hepworth yang dikutip oleh Marais 1999: 2 mengatakan bahwa
literasi informasi merupakan sebuah proses untuk memperoleh pengetahaun terhadap perilaku dan keahlian dalam bidang informasi, sebagai penentu utama
manusia mengeksploitasi
kenyataan, membangun
hidup, bekerja
dan berkomunikasi dalam komunitas informasi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Hancock yang dikutip oleh Andayani 2008: 3 mendefenisikan literasi informasi merupakan sebuah
kemampuan individu untuk: 1 mengenali kebutuhan informasi, 2 mengidentifikasi dan mencari sumber informasi yang tepat, 3 mengetahui
bagaimana cara memperoleh informasi, 4 mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, 5 mengorganisasikan informasi, 6 menggunakan informasi yang
diperoleh secara efektif. Berdasarkan dua definisi tersebut maka dapat disimpulkan literasi
informasi adalah suatu proses seseorang untuk memperoleh informasi dengan cara mengenali kebutuhan informasi, mencari informasi, megetahui bagaimana cara
memperoleh informasi, mengevaluasi informasi, mengorganisasikan informasi dan menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
20 Berdasarkan beberapa definisi literasi informasi tersebut maka literasi
informasi adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi dalam
pemenuhan kebutuhan informasi untuk memecahkan berbagai masalah.
2.1.1 Manfaat Literasi Informasi
Memiliki literasi informasi akan dapat memudahkan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Menurut Gunawan
2008: 3 literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah memampuan
untuk belajar secara terus-menerus. Menurut Adam 2009: 1 terdapat beberapa manfaat literasi informasi
yaitu: 1. Membantu dalam pengambilan keputusan
Peran literasi informasi dapat membatu pemecahan masalah suatu persoalan. Dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah,
seseorang harus memiliki informasi yang cukup untuk dapat mengambil sebuah keputusan.
2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjadi manusia pembelajar.
Dengan memiliki
keterampilan dalam
mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, maka
seseorang akan dapat melakukan pembelajaran secara mandiri. 3. Menciptakan pengetahuan baru
Berdasarkan pemahaman literasi informasi maka akan terciptalah pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan
mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.
Menurut Hancock 2004: 1 manfaat literasi informasi adalah: 1. Untuk pelajar
Literasi informasi berperan dalam membantu proses pembelajaran. Literasi informasi yang dimiliki oleh pelajar dan guru mereka dapat
menguasai pelajaran mereka dan siswa tidak akan bergantung pada guru karena dapat belajar mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang
dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
21 2. Untuk masyarakat
Untuk kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan literasi infomasi untuk dapat mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat
membuat keputusan.
3. Untuk pekerja Dalam dunia kerja literasi informasi berguna untuk menyortir dan
mengevaluasi informasi yang diperoleh sehingga dapat mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah
terhadap pekerjaan yang dihadapi dan membantu dalam pengambilan sebuah kebijakan.
Berdasarkan pendapat yang diuraikan maka literasi informasi memiliki manfaat bagi semua orang di era globalisasi baik bagi pelajar, pekerja, dan dalam
lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki informasi akan dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika mengahadapi suatu persoalan
dan dapat mengambil suatu kebijakan.
2.1.2 Tujuan Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang terutama dalam dunia pendidikan tinggi. Saat ini seseorang
dihadapkan dengan berbagai jenis informasi yang berkembang sangat pesat, tetapi belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya
dan sesuai dengan kebutuhan para pencari informasi. Literasi informasi akan mempermudah seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan
berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi juga sangat penting dalam dunia perguruan tinggi untuk
mendukung pendidikan
dan mengimplementasikan
kurikulum berbasis
kompentensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Dengan memiliki
literasi informasi maka peserta didik akan mampu berfikir secara kritis dan logis. Tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu dilakukan
evaluasi sebelum informasi tersebut digunakan.
Universitas Sumatera Utara
22 Menurut Doyle yang dikutip oleh Wijetuge 2005: 33 mengatakan bahwa dengan
memiliki kemampuan literasi informasi maka seorang individu akan mampu: a. menentukan informasi yang akurat dan lengkap untuk menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan b. dapat menentukan batasan informasi yang dibutuhkan
c. dapat mengidentifikasi sumber informasi yang potensial d. memformulasikan informasi
e. mengembangkan strategi penelusuran f. mengakses sumber informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
g. mengevaluasi informasi h. mengorganisasikan informasi
i. menggabungkan informasi menjadi dasar pengetahuan j. menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai sebuah tujuan.
Menurut UNESCO 2005: 1 literasi informasi menuntut seseorang untuk dapat menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil
informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga mengatakan tujuan dari literasi informasi adalah:
a. memampukan seseorang mengakses informasi sesuai profesi mereka b. memandu mereka dalam pengambilan keputusan
c. seseorang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan
mereka. Berdasarkan tujuan tersebut maka tujuan literasi informasi adalah untuk
membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi baik untuk kebutuhan pribadi seorang individu maupun untuk lingkungan masyarakat.
2.1.3 Model Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi. Ada banyak model literasi informasi yang
digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi informasi seseorang. Pengukuran literasi informasi yang sering digunakan di perguruan tinggi yaitu The
Big Six, The Seven Pillars, dan The Empeworing Eight. Setiap model literasi tersebut memiliki langkah-langkah. Model-model literasi informasi tersebut
adalah:
Universitas Sumatera Utara
23
1. The Big 6 An Informastion Problem-Solving Proscess
Model ini dekembangkan oleh Michael B. Eisenberg and Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Berkowitz dan Eisenberg memberi nama
model literasi informasi ini dengan The Big 6. The Big 6 terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah. Tiap-tiap keterampilan memiliki beberapa
langkah yaitu: 1. Perumusan Masalah
a. Merumuskan masalah informasi b. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi
2. Strategi Pencarian Informasi a. Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik
b. Memilih sumber terbaik 3. Lokasi dan Akses
a. Mengalokasikan sumber-sumber baik isi maupun fisik b. Menemukan informasi dalam sumber-sumber tersebut
4. Pemanfaatan Informasi a. Membaca, mendengar
b. Mengekstrasi informasi yang relevan 5. Sintesis
a. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber b. Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi a. Mengevaluasi hasil efektivitas
b. Mengevaluasi proses efesiensi
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa model literasi informasi The Big 6 memiliki 6 keterampilan yaitu
merumuskan masalah; strategi pencarian informasi; mengetahui lokasi dan akses informasi; memanfaatkan informasi; mensintesis informasi dan
melakukan evaluasi terhadap informasi yang telah ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
24
2. The Seven Pillars
Model ini dibuat oleh SCONUL Standing Conference of National and University Libraries pada tahun 1999, dengan keterampilan:
1. Mengenal kebutuhan informasi 2. Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber
informasi 3. Membangun strategi menemukan informasi
4. Menentukan lokasi dan akses informasi 5. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh
6. Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke orang lain
7. Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan mendukung penciptaan ilmu baru.
Berdasarkan penjelasan tersebut, model literasi informasi seven pillars memiliki tujuh tahapan yaitu: mengenal kebutuhan informasi,
mengetahui sumber informasi, membangun strategi penelusuran informasi, menentukan lokasi dan mengakses informasi, membandingkan dan
mengevaluasi informasi yang diperoleh, mengkomunikasikan informasi kepada orang lain, dan dapat membangun sebuah pengetahuan baru.
3. Empeworing Eight
Empeworing Eight diperkenalkan pada tahun 2004 dalam International Workshop on Information Skills for Learning di University of
Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung penuh oleh International Federation of Library AssociationAction for Development through
Library Programme IFLAALP dan National Institute of Library and Information Science NILIS di University of Colombo. Menurut
Sudarsono [et al] 2007: 25 model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia dan digunakan untuk orang Asia. Model ini
dianggap model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Sekarang
Universitas Sumatera Utara
25 model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan
beberapa keterampilan yaitu: 1. Mengidentifikasi
a. Menentukan topik atau subyek b. Menentukan dan memahami siapa target pendengar
c. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir d. Mengidentifikasi kata kunci
e. Merencanakan strategi penelusuran f. Mengidentifikasi jenis sumber informasi di mana informasi dapat
ditemukan 2. Mengeksplorasi
a. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih b. Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih
c. Melakukan wawancara atau penelitian luar lainnya 3. Menyeleksi
a. Memilih informasi yang relevan b. Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu sulit atau
biasa saja c. Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat atau
membuat pengaturan visual seperti chart, grafik atau outline dan sebagainya
d. Menentukan tahapan proses e. Mengumpulkan sitasi yang cocok
4. Mengorganisir a. Menyortir informasi
b. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi c. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber
d. Menyusun informasi dalam susunan yang logis e. Menggunakan visual organiser untuk membandingkan atau menguji
informasi
Universitas Sumatera Utara
26 5. Mencipta
a. Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri b. Merevisi atau mengedit
c. Menyelesaikan format bibliografi 6. Mempresentasi
a. Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian b. Membagikan informasi kepada orang lain
c. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan tingkat pendidikan seseorang
d. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya 7. Menilai
a. Menerima masukan dari orang lain b. Menilai penampilan orang lain sebagai respon hasil karya orang lain
c. Merefleksikan sudah seberapa baik penelitian dilakukan d. Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam
proses penelitian e. Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih
baik lagi diwaktu mendatang 8. Mengaplikasi
a. Meninjau ulang masukan dan penilaian yang telah diberikan b. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar
selanjutnya c. Mengusahakan untuk menggunakan pengetahuan baru yang
diperoleh di dalam situasi yang beragam d. Menentukan subjek lain apa saja yang dapat menerapkan
keterampilan ini e. Memberi tambahan pada portofolio yang dibuat
Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat diketahui bahwa model literasi informasi Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu
mengidentifikasi masalah yang meliputi identifikasi topik, penerima
Universitas Sumatera Utara
27 informasi, format informasi, menentukan kata kunci, menetapkan strategi
penelusuran dan sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan untuk menemukan dan memilih informasi yang sesuai dengan topik; memilih
informasi yang relevan; mengorganisasikan informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang logis; merevisi dan
membuat daftar bibliografi; menyajikan informasi kepada audien sasaran; menaksir yaitu menerima saran dari orang untuk perbaikan di masa yang
akan datang; terakhir yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misalnya dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya.
2.1.4 Keterampilan Literasi Informasi
Literasi informasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum berbasis
kompentensi di dunia pendidikan. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan berusaha terus belajar untuk memperoleh informasi dan menciptakan
pengetahuan baru. Untuk itu ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan tersebut. Menurut Gunawan 2008: 9 ada 7 tujuh langkah dalam
memperoleh kemampuan literasi informasi. Keterampilan tersebut adalah: 1. Merumuskan masalah
Langkah awal untuk merumuskan masalah adalah mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah dalam perumusan masalah adalah:
a. Melakukan analisis situasi Analisis situasi adalah mencari informasi yang dapat diperoleh
melalui perpustakaan, toko buku, internet, dan pusat-pusat informasi lainnya.
b. Brainstroming Brainstroming
adalah teknik
yang digunakan
dalam mengembangkan dan menciptakan ide baru untuk menyelesaikan
suatu masalah. c. Mengajukan pertanyaan
Kegiatan ini mendorong untuk berpikir secara kritis
Universitas Sumatera Utara
28 d. Memvisualisasikan pemikiran mind mapping
Kegiatan memvisualisasikan
pemikiran dilakukan
dengan penggambaran hubungan diantara konsep-konsep.
2. Mengidentifikasi sumber informasi Mengetahui bentuk dari sumber informasi tercetak maupun sumber
elektronik. Kriteria pemilihan sumber informasi antara lain: a. Relevansi
Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman
dan sumber referensi yang jelas. b. Kredibilitas
Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya. Kredibilitas dapat dilihat dari: a Kredibilitas pencipta
dan penanggung jawab dapat dilihat dari sejauh mana suatu lembaga dan pencipta menghasilkan karya dan begaimana latar belakang
penanggung jawab dan pencipta bisa dilihat dari biografi penanggung jawab. b Proses pembuatan dapat dilihat dari proses
penelaan. Sebuah karya akan semakin bekualitas bila sudah melewati suatu penelaan dari para ilmuan. c Pemanfaatan sumber informasi
dapat dilihat dari seberapa sering orang menggunakan sumber informasi tersebut.
c. Kemuktahiran Kemuktahiran sumber informasi dapat dilihat dari tahun terbit,
keterangan kapan revisi terakhir kali, keterangan kapan jadwal refisi berkala dan daftar pustaka. Sedangkan melalui sumber internet,
kemuktahiran dapat dilihat dari kapan situs tersebut dibuat dan kapan terakhir kali di up-date.
3. Mengakses informasi Langkah yang dilakukan dalam mengakses informasi adalah:
a. Mengetahui kebutuhan informasi
Universitas Sumatera Utara
29 b. Mengidentifikasi alat penelusuran yang relevan dengan informasi
yang dibutuhkan c. Menyusun strategi penelusuran informasi
4. Menggunakan informasi Saat ini sumber informasi yang ditawarkan di era globalisasi sangat
banyak tapi belum semua informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Sehingga perlu melakukan seleksi terhadap informasi dengan beberapa
kriteria berikut: a. Relevan
Kerelevannan informasi adalah yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
b. Akurat Merupakan informasi yang tidak menyesatkan, sehingga dapat
dibuktikan dengan memeriksa informasi tersebut terlebih dahulu. c. Objektif
Informasi yang didasarkan pada fakta dan fenomena yang dapat diamati.
d. Kemutakhiran Kemutakhiran sebuah informasi dapat dilihat dari kapan informasi
tersebut dikumpulkan, kapan di publikasikan, kapan di patenkan, dan kapan publikasi sumber bila informasi dalam bentuk tulisan.
e. Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya dapat dilihat dari sejauh
mana kemampuan seorang penulis dalam menguasai bidang tulisannya.
5. Menciptakan karya a. Clarifity kejelasan
Sebuah karya ditulis harus berdasarkan langkah-langkah, disusun secara logis, dan menggunakan sudut pandang yang konsisten.
b. Organization organisasi
Universitas Sumatera Utara
30 Pengorganisaian sebuah karya dilakukan dengan cara menyusun ide-
ide yang akan dibahas dalam karya tersebut. c. Coherence koherensi dan pertalian
Penulisan sebuah karya dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara ide-ide atau gagasan-gagasan yang dibahas dalam topik tersebut.
d. Transision transisi Transisi diperlukan agar sebuah informasi mudah dimengerti.
Transisi merupakan penghubung antara kalimat-kalimat, paragraf ke paragraf dan ide ke ide.
e. Utility kesatuan Sebuah karya yang utuh harus memiliki suatu kesatuan misalnya
kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf. f. Conciseness kepadatan
Kepadatan sebuah karya dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan kata-kata atau frase-frase yang berlebihan dan berbelit-
belit. 6. Mengevaluasi
Mengevaluasi sebuah karya dapat dilakukan dengan cara membaca karya yang akan dievaluasi mulai dari pendahuluan, isi dan penutup.
7. Menarik pelajaran Pelajaran dapat diperoleh dari kesalahan-kesalahan, kegagalan-
kegagalan dan pengalaman baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Campbell yang dikutip oleh Jesus 2008: 11 juga mengatakan bahwa ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi yaitu:
1. Merumuskan kebutuhan masalah Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tahap awal dalam
melakukan penelusuran informasi. Identifikasi informasi berguna untuk mengetahui apa kegunaan informasi yang akan dicari misalnya untuk
kebtuhan pendidikan, kesehatan dan hubungan dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
31 2. Mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi
Mengalokasikan informasi dapat dilakukan dengan cara membuat database agar mudah ditemu kembalikan. Kualitas informasi dapat
dilihat dari penggunaan informasi dan kredibilitas dari informasi tersebut.
3. Menyimpan dan menemukan kembali informasi Informasi yang telah diperoleh harus disimpan dengan baik dan bila
diperlukan mudah dalam proses temukembali. Penyimpanan dapat dilkukan dengan cara manual dan elektronik. Penyimpanan secara
manual dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak di perpustakaan sedangkan sistem elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan
komputer. 4. Menggunakan informasi secara efektif dan efisien
Kemampuan ini digunakan agar seseorang mampu untuk menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif dan efisien.
5. Mengkomunikasikan pengetahuan Kemampuan ini bertujuan untuk memampukan seseorang untuk
menciptakan pengetahuan baru dan mampu mengkomunikasikan kepada orang lain yang membutuhkan informasi tersebut.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh literasi informasi seseorang harus menguasai dan mempelajari
langkah-langkah dalam memperolah kemampuan literasi informasi. Apabila langkah-langkah tersebut sudah dikuasai maka kemampuan literasinya akan
semakin meningkat.
2.1.5 Standar Literasi Informasi Perguruan Tinggi
Standar literasi informasi dibuat oleh ACRL merupakan standar untuk menilai kemampuan literasi informasi, kerangka ini memuat garis besar proses
dimana mahasiswa, pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator
Universitas Sumatera Utara
32 tertentu untuk mengetahui apakah seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki
kemampuan literasi informasi. Kompetensi literasi informasi ini berguna bagi mahasiswa karena dapat
dijadikan sebagai kerangka berpikir ketika mahasiswa berinteraksi dengan informasi yang berbeda-beda. Kompetensi ini juga akan menjadikan seorang
mahasiswa lebih peka untuk mengembangkan pola pikir dalam sistem pembelajaran serta menjadikan mahasiswa dapat mengetahui tindakan yang
diperlukan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi information literacy
competency standard for higher school disetujui oleh ACRL Broad pada 18 Januari 2000. Standar ini terdapat 22 dua puluh dua indikator yang berfokus
pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut yaitu: 1. Mahasiswa yang literet menentukan jenis dan batas informasi yang
diperlukan 2. Mahasiswa yang literet mengakses informasi yang diperlukan dengan
efektif dan efisien 3. Mahasiswa yang literet mengevaluasi informasi dan sumbernya secara
kritis 4. Mahasiswa yang literet menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu 5. Mahasiswa yang literet mamahami isu ekonmi, hukum dan sosial
seputar penggunaan akses informasi secara etis dan legal
Standar pertama menyatakan bahwa mahasiswa yang literet mampu menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan. Standar ini memiliki
empat indikator yaitu: 1 mahasiswa yang leteret mendefinisikan dan menyatakan dengan jelas kebutuhan terhadap informasi; 2 mahasiswa yang literet
menentukan jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial; 3 mahasiswa yang literet memperhitungkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari
informasi yang dibutuhkan; dan 4 mahasiswa yang literet mengevaluasi jenis dan batas informasi yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
33 Standar yang kedua menyatakan mahasiswa yang literet mengakses
informasi yang diperlukan dangan efektif dan efisien. Standar ini memiliki lima indikator yaitu: 1 mahasiswa yang literet menentukan metode penelitian atau
sistem penelusuran informasi yang sesuai untuk mengakses informasi; 2 mahasiswa yang literet membuat dan melakukan strategi penelusuran yang telah
dirancang dengan efektif; 3 mahasiswa yang literet melakukan temu kembali informasi dengan berbagai metode; 4 mahasiswa yang literet memperbaiki
strategi penelusurannya jika diperlukan; dan 5 mahasiswa yang literet mengutip, mencatat, dan mengelola informasi dan sumber-sumbernya dengan baik.
Standar yang ketiga menyatakan mahasiswa yang literet mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis dan memasukkan informasi yang telah
dipilih ke dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya. Standar ini memiliki tujuh indikator yaitu: 1 mahasiswa yang literet meragukan ide utama
dari informasi yang dikumulkan; 2 mahasiswa yang literet menentukan dan menerapkan kriteria untuk mengevaluasi informasi dan sumbernya; 3 mahasiswa
yang literet mensintesis atau menyatukan ide-ide utama untuk membentuk konsep baru; 4 mahasiswa yang literet membandingkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah ada untuk menentukan nilai tambah, kontraksi, dan karakteristik yang unik lainnya dari informasi tersebut; 5 mahasiswa yang literet
menentukan apakah pengetahuan baru memberikan pengaruh kepada sistem nilai dan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan perbedaan; 6 mahasiswa
yang literet memeriksa pemahaman dan interpretasi informasi melalui wawancara dengan individu lain, para ahli dibidangnya, dan para praktisi; dan 7 mahasiswa
yang literet menentukan apakah query pertanyaan awal harus diperbaiki. Standar keempat adalah mahasiswa yang literet menggunakan dan
mengkomunikasikan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Standar ini memiliki tiga indikator yaitu: 1 mahasiswa yang literet memakai
informasi yang baru dan yang sebelumnya untuk merencanakan dan menciptakan suatu hasil karya atau petunjuk tertentu; 2 mahasiswa yang literet memperbaiki
proses pengembangan
suatu karya;
3 mahasiswa
yang literet
mengkomunikasikan hasil karya secara efektif kepada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
34 Standar kelima adalah mahasiswa yang literet memahami isu ekonomi,
hukum dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum. Standar ini memiliki tiga indikator yaitu: 1 mahasiswa yang literet
memahami isi etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan teknologi; 2 mahasiswa yang literet mematuhi undang-undang, peraturan, kebijakan
institusi dan etika yang berkaitan dengan akses dan penggunaan sumber informasi; 3 mahasiswa yang literet mengakui penggunaan sumber-sumber
informasi saat menunjukkan hasil karya. Dari indikator-indikator pada masing-masing standar yang telah dijabarkan
di atas dapat disimpulkan bahwa, standar satu berfokus pada tahap mengenali informasi yang dibutuhkan, pada standar dua berfokus pada tahap mengakses
informasi, pada standar tiga berfokus pada tahap evaluasi informasi, pada standar empat berfokus pada tahap penciptaan informasi baru dan pada standar lima
berfokus pada tahap menggunakan informasi secara etis dan legal. Standar kompentensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi terdiri dari
serangkaian pekerjaan untuk mengatakan seseorang literet terhadap informasi. Kompentensi ini disajikan melalui proses kerjasama antara pihak institusi,
pustakawan dan para pemegang peran penting lain yang mengidentifikasikan seorang mahasiswa dikatakan literet terhadap informasi. Mahasiswa akan
menemukan kegunaan dari kompetensi tersebut karena disediakan sebuah kerangka kerja untuk mengontrol bagaimanakah seorang mahasiswa berinteraksi
dengan informasi di sekitar mereka. Setiap mahasiswa seharusnya mahir terhadap kompentensi yang telah dijabarkan, namun untuk semua orang akan
menerapkannya pada tingkat atau profesi setra kecepatan yang sama. Untuk mengimplementasikan standar secara penuh, maka pertama yang
harus dilakukan sebuah institusi adalah harus menjelaskan cara dan tujuan pendidikan untuk menentukan bagaimana literasi informasi akan dipelajari. Untuk
mencapai tujuan dari konsep tersebut, peranan institusi pendidikan dan para pengajarnya sangat penting untuk meningkatkan literasi informasi pada
mahasiswanya.
Universitas Sumatera Utara
35
2.2 Pencarian Informasi 2.2.1 Pengertian Pencarian Informasi
Informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh
karena itu informasi harus dikelola dengan baik. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi
penggunanya. Information seeking adalah proses atau kegiatan yang mencoba untuk mendapatkan informasi dan teknologi baik dalam konteks manusia.
Menurut Donohew dan Tipton 1973, Information Seeking menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari
pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Menurut Wilson 1999 menjelaskan beberapa definisi tentang perilaku
informasi, yaitu: 1. Perilaku informasi information behavior
Merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan
penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton televisi dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula
dengan komunikasi face to face. 2. Perilaku penemuan informasi information seeking behavior
Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu atau
upaya menemukan suatu informasi secara umum. Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi manual seperti
koran, perpustakaan atau sistem informasi yang berbasis komputer. 3. Perilaku pencarian informasi information searching behavior
Merupakan perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi atau aktivitas khusus mencari
informasi tertentu yang sedikit banyaknya sudah terencana dan terarah. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di
tingkat interaksi dengan komputer seperti penggunaan mouse atau
Universitas Sumatera Utara
36 tindakan mengklik sebuah link, maupun di tingkat intelektual dan
mental seperti penggunaan strategi Boolean bentuk information retrieval systemsistem temu kembali informasi atau keputusan
memilih buku yang paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan.
4. Perilaku penggunaan informasi information user behavior Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan
seseorang ketika
seseorang menggabungkan
informasi yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya.
Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prilaku informasi merupakan keseluruhan dari perilaku setiap manusia bagaimana manusia itu
mencari, menggunakan, atau mengolah suatu informasi yang didapat.
Menurut Kuhlthau 2004: 1 terdapat beberapa proses dalam pencapaian penemuan informasi yaitu:
1. Inisiasi Dimulai dengan pengakuan kebutuhan informasi dan melibatkan upaya
pertama untuk menyelesaikan ketidakpastian. 2. Seleksi
Dalam seleksi,
mengetengahkan individu
informasinya yang
berhubungan dengan topik umum atau bidang pengetahuan. Mencari informasi situasi formal mungkin memerlukan seorang individu untuk
berhubungan dengan taksonomi yang sangat terorganisir area yang tunduk pada pertanyaan tertentu atau masalah.
3. Koleksi Pada titik ini, individu harus memiliki suatu pemahaman umum tentang
prinsip-prinsip dan konsep yang mendasari masalah informasi. Koleksi memerlukan individu untuk memilih, tidak hanya berupa perhatian
Universitas Sumatera Utara
37 khusus tetapi menentukan bagaimana setiap ide baru terhubung dengan
informasi. 4. Presentasi
Tahap presentasi merupakan tahap untuk mengkomunikasikan informasi yang telah didapatkan kepada orang lain dengan cara
berpidato, membuat laporan, atau produk lain. 5. Peranan information seeking dalam komunikasi pembangunan
a. Memperlancar proses belajar b. Mempermudah proses belajar
c. Memperkuat proses belajar d. Merangsang proses belajar, dan
e. Menumbuhkan semangat motivasi dalam proses belajar
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pencarian informasi dimulai dari inisiasi yaitu penyeleksian ketidakpastian; seleksi informasi
merupakan mencari informasi yang berhubungan dengan topik umum atau bidang pengetahuan; koleksi berhubungan dengan bagaimana seseorang menemukan
setiap ide baru yang terhubung dengan informasi; presentasi merupakan tahap dimana seseorang mengkomunikasikan dan menyajikan informasi yang telah
ditemukan kepada orang lain; information seeking berperan dalam komunikasi pembangunan untuk memperlancar proses belajar, mempermudah proses belajar,
merangsang proses belajar dan menumbuhkan semangat dan motivasi dalam proses belajar.
2.2.2 Model Pencarian Informasi
1. Robert S. Taylor Model pencarian informasi Robert S. Taylor berfokus pada pencarian
informasi media referensi di perpustakaan. Menurut Robert S. Taylor terdapat empat tingkatan pencarian informasi yaitu: 1 mengidentifikasi
kebutuhan informasi; 2 merumuskan masalah yang menyatakan pernyataan keraguan; 3 menentukan kebutuhan informasi; 4
Universitas Sumatera Utara
38 menentukan query dengan sistem informasi yang ada di perpustakaan
atau database. 2. Nicholas Belkin
Nicholas Belkin merupakan pendukung Anomalous States of Knowledge ASK konsep yang menjelaskan bagaimana kebutuhan informasi
tersebut muncul. Kebutuhan informasi individu muncul ketika ada kesenjangan antara keadaan pengetahuan dengan masalah yang sedang
dihadapi. Seseorang akan mengatasi keraguan dengan mencari informasi. Setelah memperoleh informasi seseorang harus melakukan evaluasi
untuk memastikan tidak adannya keraguan, dan bila keraguan tidak ditemukan maka, seseorang akan melanjutkan informasi yang akan di
cari. 3. Brenda Dervin
Brenda Dervin sangat mendukung model yang berfokus pada sikap perilaku pencarian informasi. Dervin menggambarkan seseorang akan
mencapai sikap pencarian informasi dimana sudah merasakan kebutuhan terhadap sebuah informasi. Tujuan seseorang mencari informasi adalah
untuk memahami situasi saat ini. 4. Carol Kuhlthau
Penelitian Carol Kuhlthau didasarkan pada karya psikolog George kelly. Kelly berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses pengujian sebuah
susunan informasi. Kuhlthau mengembangkan teori Kelly yang disebut model Information Search Process ISP atau proses pencarian informasi.
Kuhlthau membagi lima tahapan dalam pencarian informasi yaitu: 1 seleksi informasi; 2 eksprolasi informasi; 3 menggunakan formulasi
informasi; 4 koleksi atau keyakinan; 5 presentasi. 5. T.D. Wilson
T.D Wilson pernah mengajukan serangkaian model pencarian informasi yaitu pada tahun 1981, 1996, 1997, dan 1999. Wilson menjelaskan ada
tiga aspek pencarian informasi yaitu: 1 mengapa mencari informasi dijadikan sumber utama dari pada kebutuhan yang lain; 2 mengapa
Universitas Sumatera Utara
39 sebuah sumber informasi menjadi perhatian yang lebih dari pada sumber
yang lain; 3 mengapa masyarakat mengangap keberhasilan mempengaruhi suatu informasi.
Kesimpulan dari uraian tersebut adalah model pencarian informasi terdiri dari: Menurut Robert S. Taylor yang menyatakan bahwa ada empat tingkatan
seseorang dalam pencarian informasi, sedangkan menurut Nicholas Belkin pencarian informasi muncul ketika adanya kesenjangan antara pengetahuan
dengan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Brenda Dervin seseorang akan mencari informasi bila telah memahami kebutuhan informasi yang akan dicari.
Menurut Carol Kuhlthau memperkenalkan model Information Search Process ISP atau proses pencarian informasi dalam menemukan informasi. Menurut T.D.
Wilson mengatakan pertanyaan mengapa seorang mencari informasi dan menjadikan informasi sebagai kebutuhan utama.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Arikunto 2002:57 penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status sebuah gejala yaitu, keadaan
gejala yang ada pada saat penelitian itu berjalan. Pada peneletian ini penulis memaparkan gambaran dari seluruh data yang
didapat di lapangan penelitian secara apa adanya kemudian menghubungkannya dengan pendapat-pendapat ahli.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri-Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan
Estate.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang tertdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Riduwan 2013: 238 populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang
menjadi objek penelitian yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat- syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakutas Tarbiyah yang masih aktif pada tahun akademik 20122013 yaitu sebanyak 4042 orang
mahasiswa. Berdasarkan Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Aktif Tahun Akademik 20122013, adalah berikut:
Universitas Sumatera Utara
41 Tabel 3.1 : Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
IAIN SU Aktif Tahun Akademik 20122013 No.
Jurusan Jumlah Mahasiswa
1.
PAI Pendidikan Agama Islam
1304 2.
PBA Pendidikan Bahasa Arab
264 3.
BKI Bimbingan Konseling Islam
383 4.
MPI Manajemen Pendidikan Islam
211 5.
PBI Pendidikan Bahasa Inggris
715 6.
PMM Pendidikan Matematika
740 7.
PGMI Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
425
Jumlah 4042
Sumber: bagian kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah IAIN SU
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagai sumber data. Menurut Sugiyono 2002: 57 ”Sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, sampel diambil bila jumlah populasi yang diteliti cukup besar. Tujuan ditetapkan sampel sebagai sumber data adalah untuk
memudahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian dengan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10, yaitu sebagai berikut:
n = =
= = 97,58 = 98
Keterangan: N = Populasi n = Sampel
e = Tingkat kesalahan Dari populasi sebanyak 4042 orang mahasiswa maka, diperoleh sampel
sebanyak 98 orang mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
42
3.4 Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Proporsional Stratified Random Sampling dimana sampel di ambil dari anggota populasi secara acak dan berstrata
secara proporsional. Teknik ini digunakan karena responden dalam penelitian ini heterogen dengan berstrata. Pengambilan jumlah sampel pada teknik jenis ini
adalah jumlah sampel harus proporsional. Oleh karena itu, populasi yang lebih kecil tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Rumus pengambilan sampel setiap strata adalah
Keterangan : n = jumlah sampel per strata n
1
= jumlah populasi per strata n
2
= jumlah sampel penelitian N = jumlah populasi
Jadi, dari rumus tersebut maka dapat dihitung jumlah sampel yang diambil dari setiap tingkatan adalah:
Tabel 3.2 : Penentuan sampel penelitian bardasarkan strata
No. Jurusan
Sub Populasi Sampel
Jumlah hasil pembulatan
1. PAI Pendidikan Agama
Islam 1304
32 2.
PBA Pendidikan Bahasa Arab
264 6
3. BKI Bimbingan
Konseling Islam 383
9 4.
MPI Manajemen Pendidikan Islam
211 5
5. PBI Pendidikan Bahasa
Inggris 715
18 6.
PMM Pendidikan Matematika
740 18
7. PGMI Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah 425
10 Jumlah Populasi
4042 Orang Jumlah Sampel
98 Orang
Universitas Sumatera Utara
43
3.5 Teknik Pengumpulan Data