BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi Balita merupakan komposisi makanan yang dibutuhkan dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas hidup
anak dalam pertumbuhan selanjutnya Kusumawati, 2011. Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
dapat dijadikan cermin, seberapa jauh makanan anak dapat diperhatikan oleh orangtua. Paramastri.I, dkk 2007 mengatakan Ibarat sebuah lingkaran besar
penyebab kematian pada balita, maka inti lingkaran kecil yang berada dalam lingkaran besar adalah kondisi kekurangan gizi yang melandasi terjadinya
kematian jika balita menderita suatu penyakit yang mematikan balita ketika asupan gizinya kurang. Gizi buruk yang diteliti diperkirakan menyebabkan
kematian 54 pada anak balita. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi balitakurang berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa di perdesaan
prevalensi balita gizi burukkurang 20,7 lebih besar daripada di perkotaan 15,3. Berdasarkan pendidikan kepala keluarga, dapat disimpulkan bahwa
prevalensi balita gizi burukkurang pada balita yang kepala keluarganya berpendidikan rendah lebih besar dibandingkan balita yang kepala keluarganya
berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Semua upaya dilakukan
agar gizi balita terpenuhi dan balita dapat tumbuh secara optimal, baik secara fisik maupun intelektual. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena
Angka kematian bayi selama 5 tahun terakhir belum menurun yang merupakan salah satu target MDGs 2015. Sebab Data yang disajikan dalam Laporan
Universitas Sumatera Utara
Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan yang kurang signifikan.Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4 2007 menjadi 4,9
2010, namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0 dari tahun 2007 ke tahun 2010. Paramastri.I, dkk 2007
mengatakan bahwa perbaikan gizi penting untuk meningkatkan kesehatan, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh
kembang, fisik mental, sosial anak, produktivitas kerja serta prestasi akdemik. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah dengan menyampaikan
pesan atau informasi sehingga informasi dapat diterima dan dipahami. Intervensi penyuluhan dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat
terutama keluarga yaitu ibu rumah tangga agar mampu menjadi motivator dilingkungan rumah tangganya.
Berdasarkan hasil penelitian Jayanti 2011 diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata pengetahuan ibu balita gizi balita pre test dan post test
dengan penyuluhan yaitu dari 16,65 menjadi 16,81 sesudah diberi perlakuan dengan penyuluhan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara
statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk. Pemberian penyuluhan tentang
gizi dengan metode ceramah ternyata mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi balita. Hal ini senada dengan penelitian Supardi 2002 yang dikutip
oleh Sri 2009 yang membuktikan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pengetahuan ibu. Penguatan pemberian penyuluhan
dalam pengetahuan dipengaruhi oleh karakteristik responden seperti tingkat pendidikan . Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan
nilai rata-rata sikap ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
yaitu dari 8,12 menjadi 15,81 sesudah diberi perlakuan dengan penyuluhan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan
terdapat pengaruh sikap pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk. Penyuluhan sebagai proses perubahan pengetahuan dan sikap yang
menuntut persiapan dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Pegawai Promkes di Puskesmas sebagai penyuluh berperan dalam
menyuluh ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita setelah diberi penyuluhan dalam mengurangi balita gizi
buruk. Penyuluhan dapat mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk memperhatikan pemberian gizi Balita yang dapat
mengurangi balita gizi buruk di Medan Denai. Berdasarkan hasil penelitian Jayanti 2011 diketahui bahwa terdapat
perubahan nilai rata-rata pengetahuan ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 16,08 menjadi 31,12 sesudah diberi perlakuan
dengan media leaflet. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan pre test dan post test
dengan media leaflet pada ibu balita gizi buruk. Pemberian informasi dalam bentuk leaflet ternyata mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi buruk.
Hal ini sesuai dengan penelitian Supardi 2002 yang dikutip oleh Sri 2009 yang membuktikan bahwa ada pengaruh pemberian leaflet terhadap pengetahuan
ibu. Media Leaflet berisi informasi tentang gizi yang dikemas dengan rancangan tulisan, gambar, dan warna yang menarik. Penentuan pesan dan kesan dalam
rancang media harus diperkuat dengan melihat kebiasaan dan kesukaan masyarakat Medan Denai. Media leaflet mempunyai keunggulan yang dapat
menyesuaikan ibu balita gizi buruk dapat melihat informasi tentang gizi balita.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata sikap ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan media leaflet yaitu dari
8,46 menjadi 14,23 sesudah diberi perlakuan dengan media leaflet. Hasil uji pair- t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat
pengaruh sikap pre test dan post test dengan media leaflet pada ibu balita gizi buruk. Oleh karena itu, Efektifitas Penyuluhan dan Media Leaflet terhadap
pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita perlu diteliti dan didukung oleh data yang didapat dari beberapa literatur .
B. Rumusan Masalah