Mekanisme terjadinya erupsi makulopapular yang diinduksi obat belum diketahui dengan jelas, nampaknya melibatkan lebih dari satu mekanisme, yaitu
mekanisme reaksi tipe III dan tipe IV.
15
Reaksi ini terjadi setelah beberapa hari pemberian obat dan tidak terjadi setelah pemberian dosis pertama, hal ini
menunjtrkkan perlunya periode sensitisasi sebelum reaksi terjadi. Beberapa erupsi makulopapular diperantarai oleh sel T. Baru-baru ini dilaporkan keterlibatan sel T
CD8+ dalam mekanisme terjadinya erupsi obat morbiliformis dan bulosa. Keterlibatan limfosit CD8+ dalam erupsi obat dihasilkan dari bioaktivasi obat
menjadi intemediate reaktif. Intemediate reaktif itraseluler ini mengikat protein sitoplasma secara kovalen, kemudian dipresentasikan oleh MHC kelas I kepada sel T
CD8+.
7
Erupsi makulopapular sering dikaitkan dengan penggunaan ampisillin, NSAID, sulfonamid, antikonvulsan, allopurinol
4,7
, tetrasiklin, eritromisis, fenobarbital, dan bahkan retinoid.
12
Penyebab utama adalah antibiotika β laktam, dan
arti epilepsi.
12
Harus diingat bahwa tidak semua eksantem morbiliformis atau makulopapular diinduksi oleh obat. Infeksi tertentu khususnya virus dapat
menginduksi eksatem yang sukar dibedakan dengan yang diinduksi oleh obat.
7
Kasus PEGA kebanyakan dihubungkan dengan penggunaan antibiotika terutama kelompok
penisilin.
8
2. Urtikuria angioedema
Urtikaria dan angioedema merupakan erupsi obat tersering kedua.
7,15
Lesi pada urtikaria berupa edema yang eritem atau pucat dan seringkali gatal. Lesi urtika
biasanya hilang dalam beberapa jam
15
, jarang lebih dari 24 jam
7,14
dan secara serentak muncul lesi urtika yang baru pada tempat yang lain.
15
Ukuran lesi urtika bervariasi antara beberapa milimeter hingga 10 – 20 cm. Urtikaria yang diinduksi obat
seringkali diikuti demam dan gejala umum lain berupa malaise, vertigo, dan sakit kepala.
15
Angioedema terjadi bila pembengkakan juga terjadi pada dermis dalam dan jaringan subkutan,
14
ditundai edema setempat yang hanya berkembang pada lokasi
Imam Budi Putra : Erupsi Obat Alergik, 2008 USU e-Repository © 2008
tertentu saja. Edema biasanya simetris. Daerah predileksi adalah bibir, kelopak mata, gentalia eksterna, dan punggung tangan dan kaki. Edema pada laring dan lidah
merupakan reaksi edema yang paling berat dan tanpa pertolongan pertama dapat menqakibatkan kematian.
15
Urtikaria selain diperantarai reaksi tipe I, juga dapat merupakan bagian tipe III.
7
Mekanisme terjadinya urtikaria diperantarai IgE, dan juga melalui pembentukan kompeks imun.
14
Penyebab tersering urtikaria adalah penisillin, asam asetisalisilat, dan NSAID lain.
15
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa antibiotika β-laktam
melalui mekanisme alergi bertanggung jawab pada sepertiga kasus, dan NSAID melalui mekanisme pseudoalergi bertanggung jawab pada sepertiga kasus lainnya
dari reaksi urtikaria yang diinduksi obat.
2
3. Flued Drug Eruption FDE
FDE adalah satu-satunya EOA yang melulu diprovokasi oleh obat atau bahan kimia. Tidak ada faktor etiologi lain yang dapat mengelisitasi.
7,15
FDE merupakan EOA tersering ketiga.
15
Gambaran FDE berupa makula merah atau coklat berbatas tegas, dan kadang-kadang bula pada kasus yang berat, dengan predileksi di bagian
distal tubuh tangan, kaki, genitalia, tetapi dapat pula lebih sentral.
7,15
Ukuran lesi bervariasi dari beberapa milimeter hingga sentimeter. Lesi biasanya tidak gatal tapi
dapat memberikan sensasi panas saat lesi timbul.
15
Dengan pemberian obat inisial, lesi soliter dapat terbentuk. Pada pemberian ulang obat penyebab, lesi terjadi tidak
hanya pada lokasi biasanya, tapi juga pada tempat lain.
7
Mekanisme terjadinya FDE diduga melalui reaksi tipe III dan IV.
15
Terclapat peningkatan jumlah limfosit T baik helper maupun supresor. Limfosit T helper
sitotoksik epidermis ditemukan dekat dengan keratinosit yang nekrotik. Limfosit T yang menetap di lesi kulit berperan dalam memori imunologis dan menjelaskan
rekurensi lesi pada tempat yang sama. Ditemukannya keratinosit pada tesi kulit FDE menunjukkan peningkatan ICAM 1 yang terlibat dalam interaksi antara keratinosit
dan limfosit dan FILA-DR. Peningkatan ekspresi ICAM-1 menjelaskan migrasi
Imam Budi Putra : Erupsi Obat Alergik, 2008 USU e-Repository © 2008
limfosit T ke epidermis.
7,8
Beberapa obat penyebab FDE adalah sulfonamid, tetrasiklin, barbiturat, fenazon,
t
funitoin, trimetoprin,
7,15
dan analgesik.
7,12,15
4. Erythema multiforme EM, sindroma Stevens-Jhonson SSJ, nekrolisis