Ikhtisar Kisah Nabi Musa dan Khidir

dahulu memberikan penilaian kepada muridnya. Khidir pula mengetahui, bahwa Musa akan mengingkari atas apa yang dia dalihkan. Dan dikarenakan pula Musa tidak mampu menelaah hikmah dan kemaslahatan bathiniah yang Khidir dapat telaah. 127 Dalam kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidir yang diabadikan dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 ini terjadi proses pembelajaran. Yang mana disana Khidir sebagai guru dan Musa sebagai murid. Peristiwa yang terjadi dalam perjalanan itu adalah rencana mengajar dengan kehendak Allah. Bisa dikatakan bahwa keadaan atau situasi yang dilalui tersebut sudah diseting sedemikian rupa agar proses pembelajaran dan tujuan perjalanan tersebut tercapai. Yang dilakukan Khidir yaitu pertimbangan memilih strategi pembelajaran untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, dan pertimbangan dari sudut siswa. 128 Pada ayat 70-82 adalah merupakan inti pembahasan dari strategi pembelajaran afektif, karena pada ayat itu terdapat proses pembelajaran nabi Musa kepada Khidir. Sebelum memasuki kisah perjalanan tersebut, latarbelakang nabi Musa bertemu Khidir adalah karena Musa tidak mengembalikan “ilmu” kepada Allah ketika ada seseorang yang bertanya siapa manusia yang paling dalam ilmu. Maka dari itu Allah mencela dan mewahyukan kepada Musa bahwasannya ada seorang hamba-Nya berada ditempat bertemunya dua laut dia lebih pintar dari pada Nabi Musa. Kemudian Musa bertanya, “Bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”. Dari keterangan di atas ada unsur pembentukan yang mengacu pada ranah afektif utamanya jenjang receiving menerima. Receiving Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang datang 127 Ibnu Katsir, Tafsir al- Qur‟an al-Adzim, jilid V, Riyad: Daaru Thaibah, 1999, hal. 181. 128 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, cet. 6, hal. 130 pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. 129 Hal tersebut di buktikan dengan nabi Musa menerima perintah Allah atas kekhilafan yang diperbuat dan menerima adanya orang lain hamba Allah di luar sana yang lebih berilmu dibandingkan Musa meskipun Musa telah mendapatkan karunia yang banyak dari Allah. Setelah Musa menerima perintah dari Allah untuk menemui hamba tersebut, kemudian Allah berfirman, “Ambillah seekor ikan lalu tempatkan ia di wadah. Maka, dimana engkau kehilangan ikan itu, di sanalah dia. 130 Nabi Musa pun merespon menanggapi perintah tersebut dan berpartisifasi untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap hal tersebut. 131 Pada ayat 70 Khidir memberikan syarat kepada nabi Musa, yaitu jangan bertanya hingga Khidir sendiri yang menjelaskannya. Hal ini menjelaskan bahwa guru harus menjelaskan kepada murid persyaratan atau tata tertib sebelum memulai proses pembelajaran. Syarat yang di berikan Khidir kepada nabi Musa jugalah yang menjadi awal dari strategi pembelajaran yang mana nantinya akan menyinggung ranah afektif. Bahkan boleh jadi jika Khidir tidak memberikan syarat kepada nabi Musa bahwa nabi Musa jangan mempertanyakan sesuatupun sebelum Khidir sendiri menjelaskannya maka hal tersebut akan mengakibatkan tidak akan terjadinya proses pembelajaran afektif. Salah satu ciri belajar afektif menurut A. De Block ialah belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa 129 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, 2011, cet. 11, hal. 54. 130 Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min Umri Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987, cet. 3, hal 1757. Hadis no 4450. 131 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, 2011, cet. 11, hal. 55