Nabi Musa dan Nabi Khidir

mewahyukan kepada Musa bahwasannya seorang hamba-Ku berada ditempat bertemunya dua laut dia lebih pintar daripadamu. Kemudian Musa bertanya, “Bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”. Allah berfirman, “Ambillah seekor ikan lalu tempatkan ia di wadah. Maka, dimana engkau kehilangan ikan itu, disanalah dia. 78

2. Khidir AS

Khidir seorang misterius yang dituturkan oleh Allah dalam Al- Qur‟an pada surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada nabi Musa asal usul dan kisah lainnya tentang Khidir tidak banyak disebutkan. Selain dalam Al- Qur‟an pada surah Al-Kahfi ayat 65-82 terdapat juga dalam hadis shahih yang di riwayatkan oleh Abi Hurairah ra: رضخلا ي س ا َا : اق مَلس يلع للا لص ي َلا ع , ع للا يضر رير يبأ ع راخ لا ا ر ءارضخ فلخ م زت ت ي ا إف ,ءاضيب رف لع سلج َأ Dari Abi Hurairah ra, dari Ra sulallah saw, bersabda: “Sesungguhnya ia dinamakan Khidir karena ia duduk di atas bulu yang berwarna putih sehingga bekasnya menjadi hijau. HR Bukhari. 79 Khidir secara harfiah berarti „seseorang yang hijau‟ melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangakan kesegaran akan pengetahuan. Qurais Shihab menambahkan, agaknya penamaan serta warna itu sebagai simbol keberkatan yang menyertai hamba Allah yang istimewa itu. 80 Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang disandang oleh Khidir. Beberapa mengatakan Khidir adalah gelarnya dan yang lain menganggapnya sebagai nama julukan. 81 Al-Maraghi 78 Muhammmad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhori, Jami‟ Shahih al-Mukhtashor min Umri Rasulallah wa Sunaninhi wa Ayyamih, Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987, cet. 3, hal 1757. Hadis no 4450. 79 Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir al- Qur‟an no. 3221. 80 M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an, jilid VIII , Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. 1, hal 94. 81 http:id.m.wikipedia.orgwikikhidir , online tanggal 1 april 2015 menyebutkan bahwa nama khidir adalah laqab untuk teman Musa yang bernama Balwan bin Mulkan. 82 Dalam bukunya Khidir as yang ditulis oleh Mahmud ash-syafrowi, selain Balwan bin Mulkan ada beberapa nama yang diperselisihkan sebagai nama asli dari Khidir, diantaranya: 83 1. Talia bin Malik 2. Yasa‟ 3. „Amir 4. Al-Mu‟ammar 5. Urmiya 6. Khadrun Sosok nabi Khidir yang menurut jumhurul mufasirin sebagai nabi yang dijadikan oleh nabi Musa sebagai gurunya. Alasan lain kenapa Khidir disebut sebagai guru bagi Musa adalah karena beliau di karuniai ilmu Laduni. Sebagai mana yang disebutkan dalam Firman Allah swt: …      “…dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” QS. Al- Kahfi: 65 Menurut para ahli tafsir, yang dimaksud “ilmu” pada ayat di atas adalah ilmu yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib, atau ilmu khusus yang langsung dari Allah atau ilmu laduni. Laduni adalah suatu ilmu yang diberikan langsung oleh Allah kepada hamba-Nya tanpa melalui proses belajar, tanpa guru, bahkan tanpa melalui perantara atau sebab apa pun. 84 82 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid XV, Mesir: Maktabah Mustafa al- Babi al-Halabi wa awladih, , 1946, hal 175. 83 Mahmud asy-Syafrowi, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat, Yogyakarta: Mutiara Media, 2013, cet. 1, hal. 12. 84 Mahmud asy-Syafrowi, Khidir as Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat, Yogyakarta: Mutiara Media, 2013, cet. 1, hal. 18. Demikianlah keduanya dikisahkan dan diabadikan dalam Al- Qur‟an surat al- Kahfi ayat 60-82 yang mana kisah tersebut banyak sekali ibrah yang dapat dipetik dan diambil pelajaran terlebih dalam segi pendidikan.

E. Kajian yang Relevan

Dalam penelitian skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan selama proses penelitian dan penu lisan, yang membahas Qur‟an surat al-Kahfi ayat 60-82. Terdapat dalam beberapa skripsi yang disusun oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diantaranya skripsi yang di tulis oleh Ahmad Syaikhu yang berjudul “Proses Pembelajaran Dalam Al-Qur‟an telaah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam QS Al-Kahfi [18];60-82 ”, dengan kesimpulan proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang mengantarkan peserta didik menuju sasaran pembelajaran yang diinginkan. Proses pembelajaran Musa menunjukan betapa Musa adalah seorang peserta didik yang masih awam tentang ilmu yang diberikan gurunya. Hal ini mengisyaratkan kepada Musa untuk mengakui bahwa di atas bumi ini masih ada yang lebih pintar darinya. Selain itu, pembelajaran yang baik adalah ketika guru dan murid sama aktif dalam proses pembelajaran. Dan skripsi yang di tulis oleh Abdul Yasir dengan judul “Nilai-nilai Motivasi Belajar Yang Terkandung Dalam Kisah Nabi Musa dan Khidir kajian Tafsir Al- Qur‟an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82”, dengan kesimpulan bahwa terdapat nilai motivasi belajar nabi Musa kepada Khidir yang dibuktikan salah satunya dengan perjalan yang dilakukan musa untuk bertemu dengan Khidir. BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Karena penelitian ini adalah bersifat kajian pustaka, maka yang menjadi objek penelitian pada skripsi ini adalah buku-buku referensi dan literatur yang dapat dipertanggung jawabkan yang terkait dengan pembahasan skripsi dengan judul “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS Analisis Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 60- 82”. Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada bulan Januari 2015 hingga Februari 2015.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode studi pustaka atau penelitian kepustakaan library research dimana peneliti menggunakan metode penelitian analisis deskriptif-kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. 85 Penelitian ini lebih menekankan pada kekuatan analisis data pada sumber- sumber data yang ada, yang didapatkan dari literatur berupa kitab-kitab, buku-buku dan tulisan-tulisan lainnya serta dengan mengandalkan teori-teori yang ada, untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara luas dan mendalam. Untuk itu, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kepustakaan dengan berdasarkan tulisan yang mengarah pada pembahasan skripsi yang sedang peneliti kerjakan. Adapun sumber pokoknya primer adalah 1. Al-Qur‟an. 31 85 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Remaja Rosdakarya, 2005, h. 60. 2. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, karya M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Maraghi, karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Di samping hal tersebut, juga merujuk pada buku-buku pendukung sekunder baik yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung. Sumber-sumber pendukung ini antara lain adalah: 1. Buku-buku Tafsir yang dianggap memadai dan mewakili. 2. Buku-buku yang berisikan ilmu-ilmu tentang al-Qur`an, atau yang dikenal dengan „Ulum al-Qur‟an. 3. Kamus-kamus yang memuat daftar kata-kata al-Qur`an, yang mana isinya merupakan petunjuk praktis untuk menemukan ayat-ayat. Dan dipakai pula kamus-kamus lain yang relevan dengan pembahasan. 4. Sumber-sumber lain yang relevan dengan pembahasan. Adapun metode yang digunakan dalam menafsirkan ayat yang dibahas dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode Tahlily analisis. metode ini berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al- Qur‟an dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan, dan keinginan mufasirnya yang dihidangkannya secara runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf. 86 Adapun aspek-aspek penting yang diperhatikan oleh mufassir dalam menggunakan metode ini adalah: 87 1. Menjelaskan arti kata-kata mufradat yang terkandung di dalam suatu ayat yang ditafsirkan. 2. Menjelaskan asbab al-nuzul, baik secara sababi atau ibtida‟i. 3. Menyebutkan kaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain musaba al-ayat dan hubungan atara surat dengan surat yang lain baik sebelum atau sesudahnya musabah al-surah. 4. Menjelaskan hal-hal yang bisa disimpulkan dari ayat tersebut, baik yang berkaitan dengan hukum, tauhid, akhlak, atau yang lainnya. 86 Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013 hlm, 378 87 Anshori LAL, Tafsir bil Ra‟yi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, cet. 1, hlm. 77 Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi ” yang telah distandarkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Fokus Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya fokus pada kisah nabi Musa AS dan Nabi Khidir As yang dijelaskan dalam al- Qur‟an surat al-Kahfi ayat 60-82, dengan melihat penafsirannya serta menganalisa dengan merujuk kepada penafsiran para ulama.