32
- Sebelah Barat berbatasan dengan: Kabupaten Aceh Singkil Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. -
Sebelah Utara berbatasan dengan: Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan: Kecamatan Tara Bintang,
Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah.
2.3 Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi
yang dimiliki seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak warga Pakpak yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS Pegawai Negeri Sipil, guru,
pegawai swasta, dan lain-lain. Pada saat penulis melakukan wawancara dengan narasumber, pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat Pakpak adalah
bercocok tanam, seperti kopi, padi, tanaman palawija, durian, dan jeruk. Menurut penuturan beliau, banyak diantar Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Swasta
menekuni pekerjaan bercocok tanam selain dari pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan para pedagang maupun pengusaha kecil memiliki ladang bercocok tanam
serta menekuni kegiatan tersebut sebagai penopang hidup.
33
2.4 Sistem Kepercayaan dan Religi
Pada mulanya sistem kepercayaan pada masyarakat Pakpak menganut kepercayaan yang disebut perselihi atau perbegu. Perselihi atau perbegu ini ialah
suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun roh-roh nenek moyang
yang dikultuskan Naiborhu, 1988:22-26.
2.4.1 Kepercayaan terhadap dewa-dewa
Dahulu kala sebelum masuknya agama ke lingkungan masyarakat Pakpak,mereka mempercayai kekuatan gaib dan percaya bahwa alam adalah
sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata GuruBatara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak SitempaSinembe nasa si lot yang
artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut:
Debata GuruBatara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi, yaitu:
1 Beraspatih Tanoh
Diberi simbol dengn menggambar cecak yang berfungsi melindungi segalatumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orangtua menebang pohon
bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati Tanoh.
2 Tunggung Ni Kuta
34
Tunggung Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya.
Oleh karena hal tersebut, maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut:
a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat
tulisan-tulisan yang berbentuk mantra ataupun ramuan obat- obatan serta ramalan-ramalan.
b. Naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung
kampung. Apabila satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa suara gemuruh
ataupun siulan. c.
Penghulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki fungsi untuk memberikan sinyal atau tanda berupa
gemuruh sebagai pertanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu desa.
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi rmuan yang
ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam
sekitarnya yang diyakini dapat mengganggu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi
sesajen.
35
f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai
kepala ular yang digunakan untuk menjerat musuh. g.
Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih kurang satu meter yang diukir dengan ukiran
Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan. h.
Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh.
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut,
sungai, dan danau. j.
Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau, air.
2.4.2 Kepercayaan terhadap roh-roh
9
a. Sumangan, yaitu tendi roh orang yang sudah meninggal mempunyai
kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang. Sebelum masuknya agama Kristen dan Islam masyarakat Pakpak-Dairi
percaya terhadap roh-roh yang diklasifikasikan dan diistilahkan sebagai berikut:
b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun
temurun. c.
Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu sinambela, yaitu roh orang meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air atau sungai.
9
Lihat juga Skripsi Erni Banjarnahor, Tangis Beru Si Jahe Di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat: Kontiunitas dan Perubahan Penyajian, Kajian
Tekstual dan Musikal. Hal: 36
36
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari
tempat lain secara lintas dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba. Biasanya begulaus adalah roh orang yang meninggal dunia
secara mendadak. Kepercayaan-kepercayaan di atas pada saat ini sudah jarang dilaksanakan
oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Suak Simsim sejak masuknya agama di daerah tersebut. Masyarakat
Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah menganut agama yang tetap yaitu agama yang sudah diakui oleh pemerintah. Sebagian besar
masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecilnya beragama Katolik.
2.5 Sistem Kekerabatan
10
Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari kulakula, dengan sebeltek situaananak yang paling tua, dengan sebeltek
Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada suatu ikatan yang mengatur tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari yang
dilaksanakan dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat termasuk juga dalam upacara adat
kematian kerja njahat. Sistem tersebut yaitu:
2.5.1 Sulang silima
10
Lihat juga skripsi Erni Banjarnahor, Tangis Beru Si Jahe Di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat: Kontiunitas dan Perubahan Penyajian, Kajian
Tekstual dan Musikal. Hal: 37
37
siditengah atau anak tengah dan dengan sebeltek siampun-ampunanak yang paling kecil, serta anak berru. Sulang silima dalam masyarakat Pakpak adalah
kelompok besar dalam kekerabatan masyarakat Pakpak. Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulangjambar dari daging-daging tertentu dari
seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian dagingjambar ini disesuaikan
dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam adat masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut
masing-masing mempunyai tugas dan tanggungjawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.
a. Kula kula
Kula-kula meupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Pakpak. Kula-kula adalah
kelompokpihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap
sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah Tuhan yang dilihat. Oleh karena
itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan Pakpak. Dalam acara-acara
adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting.
38
b. Dengan sebelteksenina
Dengan sebelteksenina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah
orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan dengan
sebeltek, yaitu senina. Dalam sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut. Secara umum,
hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, sesubklensemarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri
yang bersaudara, memiliki suami yang bersaudara. c.
Anak beru Anak beru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok
pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak beru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak beru adalah
sebagai pekerja, penganggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan situaan adalah anak paling tua, siditengah adalah
anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam
sebuah ikatan keluarga. Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang jambar
yang berbeda, yaitu sebagai berikut: 1.
Kula-kula pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta akan mendapat sulang per-punca naidep.
39
2. Situaan orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta akan
mendapat sulang perisang-isang. 3.
Siditengah keluarga besar dari keturunan anak tengah akan mendapat sulangper-tulantengah.
4. Siampun-ampun keturunan paling bungsu dalam satu keluarga
akan mendapat sulang per-ekur-ekur. 5.
Anak beru pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang berpesta akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu.
Biasanya penerimaan perjambaren anak beru disertai dengan takal peggu. Yang artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
besar terhadap berjalannya pesta. Anak beru lah yang bertugas menyiapkan makanan serta menghidangkan selama pesta
berlangsung.
11
Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Batak Toba, Karo, Nias dan Jawa yang datang ke daerah Kecamatan Suak Simsim, tetapi setelah
tinggal beberapa lama disana, masyarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah
2.6 Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Suak Simsim adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduuk disana adalah suku
Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari-hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.
11
Dikutip dari skripsi Marliana Manik Analisis Fungsi, Tekstual, dan Musikal TangisSimate Suatu Genre Nyanyian Ratapan Dalam Konteks Kematian Pada Kebudayaan
Masyarakat Pakpak-Dairi Di Desa Siompin Aceh Singkil. Hal: 46-48
40
mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang
digunakan di tempat umum seperti sekolah, puskesmas dan kan tor kelurahan. Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat Pakpak, yaitu: 1.
Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau
bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi yang disebut
tangis mangaliangi bahasa tutur tangis. 3.
Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan di hutan. 4.
Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah tengah kampung karena dianggap tidak sopan.
5. Rebun rana tabas atau mangmang yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
mantera oleh guru Naiborhu, 2002:51.
41
2.7 Kesenian