BAB III SEPUTAR JARINGAN ISLAM LIBERAL
Perkembangan awal ideologi liberal erat kaitannya dengan perkembangan pemikiran-pemikiran yang lahir pada masa pencerahan dan revolusi Perancis pada
tahun 1789.
1
Istilah liberalisme adalah sebuah ideologi yang diterapkan pada individu dan masyarakat yang mana setiap individu dapat mengejar dan
mewujudkan tujuan mereka. Prinsip liberal fundamental mengakui keunggulan kebebasan sebagai nilai acuan politik, itu menegaskan bahwa kemerdekaan adalah
dasar semuanya. Sedikit pembatasan terhadap kebebasan bisa dibenarkan, masalahnya, siapakah yang bisa dibenarkan untuk melakukan pembatasan itu.
Karena itu otoritas politik dan hukum bisa dibenarkan sepanjang dimaksudkan untuk membatasi kebebasan warga negara. Kemerdekaan dimaksudkan untuk
kemajuan diri seperti seorang individu yang benar menentukan prilakunya sendiri. Kebebasan liberty adalah kemerdekaan dalam konteks sosial dan kebebasan
individual dalam relasinya pada ranah sosial politik. Konsep kebebasan individual adalah inti dari ideologi liberal.
Liberalisme yang dahulu berkembang di Eropa rupanya tidak dapat dibendung. Cepat atau lambat gerakan ini telah merasuk keseluruh penjuru dunia.
Platfomnya adalah untuk membebaskan individu dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, semakin menjanjikan kehidupan manusia yang lebih selera. Liberalisme
yang mulanya berada ditatanan politik-ekonomi kini juga telah menginspirasi para agamawan dan rohaniawan untuk menafsir ulang teks-teks agama, termasuk
kalangan Islam di Indonesia.
1
Carlton Clymer Roddee, ed, Pengantar Ilmu Politik, Penerjemah Zulkifly Hamid Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 132.
Lebih lanjut Leonard Binder mengatakan bahwa liberalisme adalah satu faham yang berkembang di Eropa yang menjelaskan beberapa prinsip, yakni.
Pertama , prinsip kebebasan individu. Kedua, prinsip kontrak sosial. Ketiga, prinsip
masyarakat pasaran bebas. Keempat, prinsip meyakini wujudnya pluralitas sosial- kultural dan politik masyarakat.
2
Doktrin liberal berpangkal dari keyakinan bahwa kesepakatan demi kebaikan bersama bagi kelompok bersejarah manapun bisa dicapai menggunkan
wacana rasional. Doktrin liberal mengasumsikan adanya komunitas politik heterogen, keanggotaan yang tidak tetap dan peduli terhadap penetapan kebaikan
bersama bagi bermacam kelompok yang memiliki kepentingan dan jati diri masing- masing. Penentuan kebaikan bersama untuk sebuah komunitas yang anggotanya
tidak banyak memiliki perbedaan mendasar adalah persoalan lain. Disamping itu, jika komunitas politik diyakini bersifat lintas sejarah, maka doktrin liberal akan
menjadi semakin problematik.
3
Konsep liberal menurut Charles Kurzman, memang terdengar seperti sebuah kontradiksi dan perselisihan, Kurzman mencontohkan beberapa pandangan Barat
terhadap Islam melalui unsur-unsur yang eksotik, misalnya, Islam disamakan dengan fanatisme sebagaimana disebut dalam karya Voltaire: kekuasaan politik
Islam disamakan dengan kezhaliman. Montesquieu menyebut dalam farsenya dengan kezaliman Timur.
4
Konteks Islam liberal tegasnya lagi harus dilihat sebagai sebuah alat bantu analisis, bukan katagori yang mutlak. Disinilah Kuzman mendefinisikan liberal
dengan pengertian yang agak longgar, yakni kelompok yang bersikap oposan
2
Leonard Binder, Islam liberal, Kritik Terhadap Ideologi Pembangunan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, h. 3-6.
3
Binder, Islam liberal, h. 3-6.
4
Charles Kurzman, ed, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global
, Terjemah Bahrul Ulum Jakarta: Paramadina, 2001, h.xii.
terhadap revivalis Islam. Sementara Islam dipahami dengan mereka yang mempercayai bahwa Islam memiliki peranan penting dalam dunia kontemporer,
sebagi lawan dari kaum sekularis.
5
Banyak orang berspekulasi tentang Islam liberal, menamakan istilah Islam liberal dengan semaunya. Islam liberal seringkali mengandung konotasi negatif
dimana ia diasosiasikan dengan dominasi asing, kapitalisme tanpa batas, kemunafikan yang mendewakan kebenaran dan permusuhan kepada Islam.
6
Ada kesan yang tertanam dalam sebagian orang mengenai liberal dalam Islam, liberal mempunyai makna kebebasan tanpa batas, atau bahkan disetarakan
dengan sikap primitif, ibbabiyah, sikap menolerir setiap hal tanpa mengenal batas yang pasti. Dengan cara pandang semacam itu, Islam liberal dipandang sebagai
ancaman terhadap keberagaman yang sudah terlembaga.
7
Sebuah buku yang sangat penting yang diterbitkan oleh Paramadina dan Pustaka Antara dengan judul: Gagasan Islam Liberal di Indonesia penulis buku ini,
Greg Barton, meneliti khusus empat pemikir Neomodernisme di Indonesia bahkan ada yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh tersebut peletak dari Islam liberal
Indonesia, diantaranya adalah Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid, periode 1968-1980.
Istilah Islam liberal dapat digunakan lebih jauh, yaitu interpretasi Islam yang paralel dengan prinsip modernitas dan demokrasi, kata ”interpretasi” sangat
ditekankan disini, karena Islam pun dalam kenyataannya dapat dan telah di interpretasi oleh kelompok lain yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi.
8
Istilah
5
Kurzman, ed, Wacana Islam Liberal, h. xii.
6
Adian Husaini dan Nu’im Hidayat, Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya
Jakarta: Gema Insani Press, 2002,h. 2.
7
Abdul Moqsith Gazali, Ijtihad Islam Liberal Jakarta: JIL, 2004, h.xvi.
8
Denny JA, dkk, Negara Sekuler: Sebuah Polemik Jakarta: Putra Bedikari Bangsa, 2000, h.118.
Islam liberal pertama kali oleh Asaf Ali Asghar Fyzee, inti utama dari pemikiran Islam liberal, menurut hasil penelitian Leonard Binder adalah, mesti Al-Qur’an itu
bahasa wahyu namun demikian makna dan esensi wahyu bukanlah hal yang bersifat verbal, sehingga untuk mendapatkan makna wahyu tidak terbatas pada kata-kata
yang terungkap dalam Al-Qur’an dan untuk memahaminya melalui kata-kata, tetapi penafsirannya dapat melampauinya, sehingga menemukan arti sebenarnya.
9
Menurut Greg Barton Islam liberal adalah paham yang membuka wawasan ijtihad dan kebebasan berfikir dalam Islam.
10
Pengertian Islam liberal sebagaimana yang dipakai Charles Kurzman dan Greg Barton tidaklah mesti mengacu kepada
istilah yang pernah disebut Leonard Binder sebelumnya. Islamic liberalism, liberalisme Islam seperti yang diangkat pakar politik ini merupakan sebuah tema
yang menampilkan dialog yang terbuka antara dunia Islam dan Barat, antara pemikiran Islam Arab dan Barat. Dalam konteks dialog tersebut, yang terjadi bukan
cuma upaya menarik akar-akar trend ”Liberalisme Islam” sampai ke dunia Barat, tetapi lebih dari itu adalah adanya proses take and give yang saling mengisi dalam
menangani persoalan-persoalan dialektika hubungan antara problem kemodernan, transformasi sosial dan tradisi lokal.
11
Menurut Kurzman, pada umumnya membicarakan Islam liberal berarti membandingkan dengan liberalisme Barat yang intinya pada daya kritisnya,
meskipun terdapat perbedaan diantara keduannya, karena liberal Islam masih berpijak pada Al-Qur’an dan Hadis serta Sejarah Islam.
12
9
Rudy Suharto, Islam dan Tantangan Modernitas: Kajian Metode Ijtihad Islam Liberal Jakarta: Jurnal Al-Huds, 2002, h. 37.
10
Greg Barton, Gagasan Islam Liberal Indonesia Jakarta: Pustaka Antara Paramadina, 1999, h. 21.
11
Barton, Gagasan Islam Liberal Indonesia, h. 21.
12
Kurzman, ed, Wacana Islam Liberal, h. xxxiii
Lebih jauh Kurzman mengatakan bahwa Islam liberal dapat terbagi menjadi tiga tipologi, yaitu. Bentuk liberal sharia, silent sharia dan interpreted sharia.
Tipologi pertama melihat Al-Qur’an dan praktik umat Islam awal sebagai sumber ajaran yang memiliki posisi liberal. Dengan demikian, sumber ajaran itu akan
mengalami kontekstualisasi yang tidak pernah diam. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa syariat tidak membicarakan semua permaslahan. Ada sebuah
persoalan tertentu yang tidak disentuhnya. Kenyataan ini bisa karena wahyu tidak lengkap namun karena hal itu diserahkan kepada usaha penemuan manusia yang
dapat dan keliru. Kerena itu pluralitas merupakan kemestian.
13
A. Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal