Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal

Lebih jauh Kurzman mengatakan bahwa Islam liberal dapat terbagi menjadi tiga tipologi, yaitu. Bentuk liberal sharia, silent sharia dan interpreted sharia. Tipologi pertama melihat Al-Qur’an dan praktik umat Islam awal sebagai sumber ajaran yang memiliki posisi liberal. Dengan demikian, sumber ajaran itu akan mengalami kontekstualisasi yang tidak pernah diam. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa syariat tidak membicarakan semua permaslahan. Ada sebuah persoalan tertentu yang tidak disentuhnya. Kenyataan ini bisa karena wahyu tidak lengkap namun karena hal itu diserahkan kepada usaha penemuan manusia yang dapat dan keliru. Kerena itu pluralitas merupakan kemestian. 13

A. Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal

Islam liberal menurut Charles Kurzman muncul sekitar abad ke-18 ketika kerajaan Turki Utsmaniyah Dinasti Shafawi dan dinasti Mughal India berada diambang keruntuhan. Pada saat itu tampilah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, yaitu, kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Faham liberal banyak berkembang di penjuru dunia, mulai dari India sampai dengan Indonesia, faham liberal di India diawali dengan seorang tokoh keagamaan yang bernama Syah Waliullah pada tahun 1703-1762, menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan keperluan penduduknya. Ide liberalisme juga mewarnai kahidupan Timur Tengah, Eropa dan sebaginya, para liberalis mencoba memasukan mata pelajaran sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam. 14 Di Mesir munculah Qasim Amin 1865-1908 ia adalah pemikir pembaharu dan peletak emansipasi wanita, penulis buku Tahrir Al-Mar’ah Emansipasi 13 Kurzman, ed, Wacana Islam Liberal, h. xxxiii 14 Luthfi Assyaukanie “Sejarah Liberalisasi Islam,” Artikel diakses tanggal 20 Januari 2009 dari http:www.islamlib.comagenda-islam-liberal.html. Wanita, yang mencoba mengangkat citra kaum perempuan ke level yang lebih tinggi dan sederajat dengan kaum laki-laki. Kemudian muncul Ali Abdul Ar-Raziq 1888-1966, yang gencar menentang sistem khilafah, karena menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik, karenanya Muhammad hanyalah pemimpin agama bukan negarawan. Di teruskan di Pakistan, seorang pemikir yang menetap di Amerika dan menjadi pengarah di Universitas Chicago. Pemikir tersebut bernama Fazrul Rahman, Rahman lahir pada tahun 1914, ia mempelopori tafsir konstektual, satu- satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Dia mengatakan Al-Qur’an itu mengandung dua aspek, yaitu peraturan spesifik dan idea moral dan dituju oleh Al-Qur’an adalah idea moralnya. 15 Keterangan di atas hanya sedikit keterangan tentang munculnya Islam liberal, disamping itu banyak pula yang terdapat di negara-negara lain, yang mencoba mengangkat permaslahan Islam itu sendiri dengan bersandingan dengan faham liberalisme. Di Indonesia, istilah Islam liberal telah menunjukkan popularitasnya sejak 1970-an, hampir bersamaan dengan menguatnya posisi Islam revivalis. 16 Wacana Islam liberal mulai populer dan berkembang sejak 1970-an dengan tokoh utama seperti Nurcholish Madjid, meski Nurcholish Madjid sendiri tidak pernah menggunakan istilah Islam liberal untuk gagasan dan pemikirannya. 17 Cak Nur telah memulai gagasan sejak 1970-an. Pada saat itu dia telah menyuarakan pluralisme agama dengan mengatakan: ”Rasanya toleransi agama hanya akan timbul diatas dasar faham kenisbian relativisme bentuk-bentuk formal agama ini 15 Kurzman, Wacana Islam Liberal, h. 18. 16 Kurzman, Wacana Islam Liberal h. xvviii. 17 Adian Husaini dan Nu’im Hidayat, Islam Liberal, h.2. dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal yang mengarah kepada setiap manusia yang kiranya merupakan inti setiap agama. 18 Salah satu aktivis JIL, Novriantoni mengatakan bahwa, keberadaan JIL untuk menindaklanjuti proyek pembaharuan Islam yang sudah ada. Novi juga tidak menampik keberadaan sosok Cak Nur yang turut menginspirasi JIL. Menurutnya, ketika zaman Cak Nur perspektif tentang Islam itu inklusif, kini JIL agak sedikit melangkah kedepan, sedikit lebih kritis. Selain Cak Nur, beberapa tokoh yang turut menginspirasi JIL adalah Abdurrahman Wahid, Munawir Sjadzali maupun Harun Nasution. Setelah Cak Nur meluncurkan gagasannya apada era 1970-an, kini giliran generasi yang lebih muda seperti, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assaukanie dan Ahmad Sahal melakukan langkah-langkah yang sistematis dan terorganisir dalam mengusung gagasannya. Kelompok ini menamakan dirinya dengan ”Jaringan Islam Liberal yang biasa disebut dengan JIL”. Jaringan Islam Liberal yang mereka singkat dengan JIL ini mulai menancapkan dirinya pada bulan Maret 2001, kegiatan awal dilakukan melalui forum diskusi dunia maya milis yang tergabung dalam islamliberal.yahoogroup.com, selain menyebarkan gagasan-gagasannya lewat website dengan alamatnya www.islamlib.com. 19 Islam dan liberal adalah dua istilah yang mempunyai makna yang berbeda, adapun dua istilah ini adalah sesuatu yang antagonis, yaitu saling bertentangan dan berlawanan. Islam liberal menggambarkan prinsip yang mereka anut, yaitu yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Liberal disini bermakna dua yakni, kebebasan dan pembebasan, mereka 18 Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan Bandung: Mizan, 1992, h. 239. 19 Ahmad Suhelmi, Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir Jakarta: Teraju, 2002, h. 185. percaya bahwa Islam selalu dilekati dengan kata sifat tersebut, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirannya, mereka memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu ”liberal” untuk mewujudkan Islam liberal, mereka membentuk Jaringan Islam Liberal JIL. Gagasan Jaringan Islam Liberal, dibicarakan pertama kali di Utan Kayu, tahun 2001, pada waktu itu beberapa intelektual muda antara lain, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assyaukanie, Gunawan Muhammad dan lain-lain, berkumpul untuk membentuk Jaringan Islam Liberal. JIL yang merupakan forum intelektual terbuka dan menyebarkan faham liberalisme Islam Indonesia ini awalnya sebatas komunitas diskusi beberapa intelektual muda muslim di ISAI Insitut Studi Arus Informasi, namun kemudian berkembang menjadi forum diskusi via internet. Jaringan Islam Liberal JIL terbentuk pada tanggal 9 Maret 2001. Tanggal tersebut merujuk pada awal diluncurkannya milis islamliberalyahoogroups.com yang awalnya beranggotakan puluhan aktivis-intelektual muda dari berbagai kelompok Muslim moderat. Sejak awal, JIL di desain sebagai forum bersama kaum Muslim moderat untuk menyaringkan aspirasi dan opini mereka tentang persoalan- persoalan sosial-keagamaan dalam perspektif demokrasi dan pluralisme. Disebut menyaringkan, karena suara Muslim moderat yang diyakini sebagai mayoritas secara statistik di Indonesia, selama ini cenderung “diam” silent majority. Sementara kalangan hardliners, meskipun minoritas tapi vokal vocal minority. Pengelolaan JIL dikomandani oleh beberapa pemikir muda, antara lain, Ulil Abshar Abdalla Lakpesdam NU, Luthfi Assyaukanie Dosen Paramadina Mulya dan Ahmad Sahal Jurnal Kalam. Markas JIL yang berpusat di Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Timur, markas tersebut sering diramaikan dengan diskusi atau kongkow-kongkow para aktivis muda dari berbagai kalangan. Jaringan Islam Liberal dengan slogan menuju Islam yang membebaskan, bertujuan untuk memperkokoh landasan demokratisasi melalui penanaman nilai- nilai pluralisme, inklusivisme dan humanisme, membangun kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan terhadap perbedaan, mendukung gagasan penyebaran pemahaman keagamaan terutama Islam yang pluralis, terbuka dan humanis, mencegah agar gagasan yang militan dan pro kekerasan menguasai publik. JIL adalah sebuah fenomena menarik di Indonesia, karena dianggap mendobrak kemapanan dan kejumudan berfikir. Hal ini bisa dimengerti karena rata- rata aktivis JIL memiliki latar belakang Islam tradisional, yang berorientasi masalah ubudiyah dan tradisi yang dogmatis, yang praktis harus diikuti tanpa diskusi, padahal aturan-aturan itu sering tidak relevan dengan pembebasan umat Islam dari kemiskinan, kebodohan ataupun penindasan. 20 Disamping aktif dalam berkampanye lewat internet dan radio, sejumlah aktivis Islam liberal juga menerbitkan jurnal Tashwirul Afkar, yang dikomadani oleh Ulil, jurnal yang terbit empat bulan sekali ini resmi dibawahi oleh Lakpesdam NU Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM bekerja sama dengan The Asia Fundation. Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan beberapa landasan diantarannya adalah: 21 Pertama, membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam, mereka percaya bahwa ijtihad adalah prinsip utama untuk 20 Artikel diakses tanggal 20 Januari 2009 dari http:www. islamlib.comidhalamantentang- jilhtml 21 Artikel diakses tanggal 20 Januari 2009 dari http:www. islamlib.comidhalamantentang- jilhtml menafsirkan segala sesuatu. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat interaksi sosial, ubudiyat ritual dan ilahiyyat teologi. Kedua, mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks, mereka tidak menafsirkan sesuatu tanpa lewat sumber hukum Islam yakni, Al- Qur’an dan Hadis, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Ketiga, mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural, mereka mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran dalam penafsiran keagamaan sebagai suatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang mungkin dapat memperoleh kebenaran dan kemungkinan kesalahan. Keempat, memihak pada yang minoritas dan tertindas, mereka berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang memperlakukan praktik ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas disini mencakup minoritas agama, etik, ras, jender, budaya, politik dan ekonomi. Kelima, kebebasan beragama, mereka menyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Mereka tidak membenarkan penganiayaan persekusi atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan. Keenam, memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik, mereka yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Mereka menentang negara agama teokrasi. Mereka yakin bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.

B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Jaringan Islam Liberal