serapannya singlet atau tunggal, dan frekwensi vibrasinya jauh lebih besar dari frekwensi dalam larutan pekat. Puncak doblet juga akan terjadi bila gugusan N-H atau O-H suatu
molekul jumlahnya masing – masing dua. Vibrasi lentur N-H dari amin primer biasanya memberikan puncak serapan antara 1580 – 1650cm
Noerdin,1999
-1
Amina sekunder memberikan satu vibrasi molekul N-H pada panjang gelombang 3450-3300 cm
-1
. Sebuah frekuensi serapan yang tinggi biasanya menunjukkan sebuah aril dan alkil sekunder, ketika sebuah serapan terjadi pada panjang gelombang 3350-3300
cm
-1
menunjukkan sebuah alkil amina sekunder, akan tetapi amina tersier tidak menunjukkan adanya vibrasi molekul N-H.
Vibrasi C-N dari amina akan terjadi dengan vibrasi molekul sama dengan yang dimiliki oleh ikatan C-C dan C-0 biasanya mendekati panjang gelombang 1350-1200
cm
-1
dan data ini tidak cocok dalam penentuan strukturnya. N-metil amina hadir dengan vibrasi molekul mendekati 2750 ±50 cm
-1
.Ternau,J.R.1979.
Hanya getaran yang menghasilkan perubahan momen dwikutub secara berirama saja yang teramati di dalam inframerah. Medan listrik yang berganti-ganti, yang
dihasilkan oleh perubahan penyebaran muatan yang menyertai getaran menjodohkan getaran molekul dengan medan listrik pancaran elektromagnet yang berayun Silverstain,
1986 .
2.4.2. Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton
1
H-NMR
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Nuclear Magnetic Resonance, NMR merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan
informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom
hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen Cresswell, 1982 .
Spektrum NMR dari amina sangat beragam, sama seperti NMR yang ditunjukkan pada alkohol. Serapan N-H dari sebuah amina alifatik berada pada
δ 0,5 sampai 3 ppm, sedangkan serapan amina aromatik berada pada
δ 3,0 sampai 5,0 ppm. Sebagai hasil dari adanya ikatan hidrogen pada amina sekunder ataupun amina primer maka pergeseran
kimia dari proton N-H bervariasi, dimana pergeseran kimia ini tergantung pada pelarut, konsentrasi dan temperaturnya. Hal ini hampir serupa dengan alkohol. Sama juga dengan
alkohol, amina juga mungkin dapat dibedakan proton dari N-H dengan menggunakan deuterium yaitu D
2
O. Serapan proton dari N-H juga dapat dengan mudah diketahui dengan mencocokkan dengan pertukaran isotopnya dengan kontaminan yang mendekati
peak dari HOD dengan pertukarannya menggunakan air Alan, 1981 .
Beberapa keuntungan dari pemakaian standar internal TMS yaitu : 1. TMS mempunyai 12 proton yang setara sehingga akan memberikan spektrum
puncak tunggal yang kuat. CH
H
3 3
C Si
CH CH
3
2. TMS merupakan cairan yang mudah menguap, dapat ditambahkan ke dalam larutan sampel dalam pelarut CDCl
3
3
atau CCl
4
Boleh dikatakan semua senyawa organik memberikan resonansi bawah medan terhadap TMS. Hal ini disebabkan Si lebih bersifat elektro positif dibandingkan atom C.
.
TMS sendiri dari segi kimia bersifat lembam, tidak bercampur dengan H
2
O ataupun air berat Muldja, 1995 .
Efek Perisai Shielding Effect
Proton yang akan ditentukan dengan spektrometer RMI berada didalam lingkungan atom – atom yang lain. Momen magnet setiap inti didalam atom berbeda – beda besarnya.
Sebagai contoh µ
H
µ
F
µ
P
. Agar terjadi resonansi pada ketiga atom tersebut maka atom P memerlukan H
yang lebih besar. Demikian pengaruh elektron yang mengelilingi inti akan menghasilkan medan magnet sekunder yang mentang H
. seolah –olah elektron
yang mengelilingi inti bertindak seperti perisai yang melindungi medan magnet inti terhadap pengaruh H
, sebagai contoh CH
4
yang keempat protonnya lebih terlindungi oleh awan elektron, sedangkan H
–
tidak mempunyai awan elektron.
Karena setiap proton dalam molekul zat organik beranekaragam, maka setiap proton didalam molek
ul zat organik membrikan tetapan perisai δ yang berbeda. Ada dua hal yng sangat berpengaruh terhadap tetapan perisai yang menunjukkan kerapatan
elektron terhadap proton yaitu adanya efek polar dan efek induksi. Mulja,1995
Pergeseran Kimia
Spektroskopi NMR dalam kimia tidak didasarkan pada kemmpuannya untuk membeda – bedakan unsur dalam suatu senyawa, tetapi didasarkan pada kemampuannya untuk
mengetahui inti tertentu dengan memperhatikan lingkungannya dalam molekul. Frekuensi resonansi individu intidipengaruhi oleh distribusi elektron pada ikatan kimia
dalam molekul, dengan demikian harga frekwensi resonansi suatu inti tertentu tergantung pada struktur molekul.
Untuk memberikan gambaran NMR sebagai gambaran inti adalah proton,sebagai benzil asetat akan menghasilkan tiga sinyal NMR yang berbeda yaitu masing – masing
untuk satu proton fenil, metilen, dan gugus metil. Hal ini dihasilkan oleh pengaruh lingkungan kimia yang berbeda pada suatu proton tersebut dalam molekul, keadaan ini
dikenal dengan pergeseran kimiafrekwensi resonansi atau lebih sederhana sebagai pergeseran kimia.
Tetrametil silan TMS merupakan senyawa yang memenuhi persyaratan yang dimaksud. Sinyal TMS sangat jelas dan pergeseran kimianya berbeda terhadap
kebanyakan resonansi proton lain. Sehingga sinyal resonansi cuplikan jarang teramati saling tindih dengan TMS. Senyawa TMS memiliki sifat inert, mudah menguap,
merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik sehingga mudah dipisahkan setelah cuplikan selesai dibuat spektrum. Jadi ska
la δ resonansi magnetik proton didasarkan pada standar ini TMS. Sastrohamidjojo,1996
Resonansi magnetik inti memiliki kegunaan yang besar karena tidak setiap proton dalam molekul beresonansi pada frekwensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekkul dikelilingi elektron dan menunjukkan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari suatu proton dengan proton lainnya. Proton
– proton ini dilindungi oleh elektron – elektron yang mengelilinginya.
Didalam medan magnet, perputaran elektron – elektron valensi dari proton menghsailkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan, hingga tiap
proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan yang mengenainya dan besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilingi inti,
maka makinbesar pula medan magnet yang digunakan. Akibat secara keseluruhan adalah intiproton merasakan adanya pengurangan medan yang mengenainya. Karena inti
merasakan medan magnet yang lebih kecil, maka ia akan mengalami presesi pada frekwensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam molekul mempunyai llingkkungan
kimia yang sedikit berbeda dan mempunyai perloindungan elektron yang sedikit berbeda yang akak mengakibatkan dalam frekwensi resonansi sedikit berbeda. Fessenden, 1997
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
1. Neraca Analitik
Mettler PM 480 2.
Rotary Evaporator Buchi
3. Corong
4. Gelas Beaker
Pyrex 5.
Gelas Ukur Pyrex
6. Kolom Kromatografi
Pyrex 7.
Plat Skrining 8.
Labu Erlenmeyer Pyrex
9. Oven
10. Melting Point Apparatus
Fisher Johns 11.
Bosch Monoscope 12.
Lampu UV 13.
Tabung Reaksi 14.
Rak Tabung Reaksi 15.
Plat Kromatografi Lapis Tipis 16.
Magnetik Stirer 17.
Hot Plate Nuova
18. Chamber
19. Indikator Universal
20. Alat soklet
21. Labu Alas
Pyrex 22.
Blender Maspion
23. Stoples
24. Corong Pisah
Pyrex
25. Spektrofotometer IR
Jasco FT-IR 5300 26.
Spektrometer
1
H-NMR Hitachi FT-NMR-1900
3.2. Bahan – bahan
1. Batang Brotowali
2. Etanol
P.a. E.Merck 3.
HCl 2 N
4. NH
4
5. Kloroform
P.a. E.Merck OH
Pekat
6. Aquadest
7. MgSO
4
8. Pereaksi Meyer
Anhidrat
9. Pereaksi Wagner
10. Pereaksi bouchardat
11. Pereaksi Dragendorf
12. Silika Gel 60 G
E.Merck. Art. 7734 13.
Silika Gel 60 GF
254
E.Merck. Art. 10180
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah batang tumbuhan Brotowali Tinospora crispa L.MIERS
yang diperoleh dari pajak sore Padang Bulan Medan yang kemudian dibuat dalam bentuk serbuk halus sebanyak 1000 g
3.3.2. Uji Skrining Fitokimia
Dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif terhadap sampel tumbuhan Brotowali
Tinospora crispa L.MIERS untuk membuktikan adanya kandungan alkaloid dalam