BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Brotowali
2.1.1.Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya
ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak
membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh
wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan
tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.
2.1.2. Sistematika Tumbuhan Brotowali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Class
: Dicotyledon Ordo
: Ranunculales Famili
: Menispermaceae Genus
: Tinospora Species
: Tinospora crispaL.MIERS.
2.1.3.Manfaat dan Kandungan Kimia Tumbuhan Brotowali
Brotowali Tinospora crispaL.MIERS. merupakan tumbuhan obat dari famili
menispermaceae yang serbaguna karena dapat digunakan untuk obat berbagai penyakit seperti rematrik, kencing manis, sakit kuning, dan beberapa penyakit lainnya.
Masyarakat sudah biasa mnenggunakan tanaman ini untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Batangnya digunakan untuk pengobatan rematik, memar, demam,
merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, dan batuk. Air rebusan daun brotowali dimanfaatkan untuk mencuci luka atau penyakit kulit seperti kudis dan gatal- gatal;
sedangkan air rebusan daun dan batang untuk penyakit kencing manis. Seluruh bagian tanaman ini bisa digunakan untuk penyakit kolera
Banyaknya manfaat tumbuhan ini mungkin berkaitan dengan banyaknya jenis senyawa kimia yang dikandungnya, antara lain, alkaloida, damar lunak, pati, glikosida,
zat pahit, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan jatrorhize. Zat pahit pikroretin merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernafasan dapat bekerja dengan
baik. Kandungan alkaloid berberin berguna untuk membunuh bakteri pada luka. Selain itu brotowali juga bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula.
www.medikaholistik.com.
Orang – orang kuno di desa – desa biasa memelihara tanaman brotowali. Tanaman yang merambat dan rasanya sangat pahit itu banyak manfaatnya terutama untuk
mengobati beberapa penyakit. Dikenal juga sebagai tanaman obat, sehingga hampir semua industri jamu memiliki kebun brotowali.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium tanaman ini memngan dung pati, alkaloid yang terdiri dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin.
Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. Pada akar tanaman juga terdapat alkaloid berberin.
Sebagai obat tradisional air rebusan batang atau ranting brotowali manjur untuk mengobati penyakit malaria, demam, penyakit kulit, serta membersihkn ginjal dan
menyembuhkan luka. Batang brotowali penuh ditutupi dengan kutil dan mengandung banyak air. Rebusan batang brotowali juga merangsang kerja pernapasan dan
menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.
Kandungan berberin untuk membunuh bakteri pada luka. Kandungan bahan yang lain dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan maupun menurunkan kadar gula darah.
Batang brotowali juga digunakan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis dan nyeri perut. Pada pemakaian sebagai obat luar, rendaman batang brotowali bisa
digunakan untuk membersihakan luka atau kudis.
Karena rasanya yang pahit, mungkin darah pemakai brotowali juga berasa pahit. ”Terbukti nyamuk pun tak mau menggigit”, kata Albertus Soetjipto yang biasa
mengkonsumsi brotowali. Ia mengaku dirumahnya kampung Manggarai, Jakarta, ia menanam brotowali hingga tumbuh subur bahkan menjalar kemana – mana sampai keatas
genting.
Menanam brotowali sangatlah mudah. Hanya dengan memotong batangnya lalu ditancapkan ditanah stek, bisa hidup. Potongan batang yang akan ditanamtidak perlu
panjang, cukup satu jengkal saja bisa hidup, namun tanaman ini lebih suka ditanah yang gembur dan ada perlindungan.www.suaramerdeka.com.
2.2.Senyawa Organik Bahan Alam
Senyawa organik bahan alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat- sifat yang dimilikinya. Ada empat cara klasifikasi senyawa organik bahan alam, yaitu:
1. Klasifkasi berdasarkan Struktur Kimiawi Klasifikasi ini didasarkan pada kerangka molekul dari senyawa yang bersangkutan.
Menurut sistem ini, ada 4 kelas senyawa organik bahan alam, yaitu:
a. Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak Contoh : asam- asam lemak, gula dana asam- asam amino pada umumnya
b. Senyawa alisiklik atau sikloalifatik Contoh : Terpenoid, steroida
c. Senyawa aromatik atau benzenoid Contoh : Golongan fenolat, golongan kuinon
d. Senyawa heterosiklik Contoh : alkaloida, flavonoida
2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologik Setelah penelitian yang lebih mendalam dilakukan terhadap morfin, penisilin dan
prostaglandin, maka perhatian para ahli sering ditujukan terhadap isolasi dan penentuan fungsi fisiologis dari senyawa-senyawa organik bahan alam tertentu.
Hampir separuh dari obat-obatan yang kita gunakan sehari-hari merupakan bahan- alam, misalnya alkaloida dan antibiotik. Oleh karena itu senyawa organik bahan alam
dapat juga diklasifikasikan dari segi aktivitas fisiologik dari bahan alam yang bersangkutan. Misalnya : kelas hormon, vitamin, antibiotik dan mikotoksin racun yang
dihasilkan oleh jamur. Meskipun senyawa-senyawa dalam satu kelas mempunyai struktur dan asal-usul biogenetik yang sangat bervariasi, namun ada kalanya terdapat
korelasi yang dekat antara aspek-aspek tersebut dengan kegiatannya.
3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif dari tumbuh-
tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan. Pada hewan dan sebagian mikroorganisme, metabolit terakhir biasanya dibuang keluar tubuh, sedang pada tumbuh-tumbuhan,
metabolit tersimpan di dalam tubuh tumbuhan itu sendiri.
Pada mulanya beberapa metabolit dianggap hanya berasal dari tumbuhan tertentu. Kemudian diketahui bahwa beberapa metabolit tersebar pada berbagai tumbuhan dan
ternyata banyak konstituen tumbuhan tumbuhan seperti alkaloida dan terpenoida yang
dapat diisolasi dari spesies, genus, suku atau famili tumbuhan tertentu. Malah dalam satu spesies tunggal, dapat ditemukan sejumlah konstituen yang strukturnya berhubungan erat
satu sama lain. Misalnya, “opium” dari Papaver somniferum mengandung dua puluhan alkaloida termasuk alkaloida morfin, tebain, kodein dan narkotin yang kesemuanya
dibiosintesis dari prekusor yaitu 1-benzilisokuinolin melalui penggandengancoupling secara oksidasi. Oleh karena itu alkaloida - alkaloida tersebut yang strukturnya mirip satu
sama lain dan berasal dari genus tumbuhan tertentu, disebut alkaloida opium.
4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis Semua konstituen tumbuhan dan binatang dibiosintesis dalam mikroorganisme melalui
reaksi- reaksi yang dibantu oleh enzim tertentu. Dalam hal ini sumber utama dari karbon biasanya adalah glukosa, yang dibiosintesis dalam tumbuhan hijau atau yang diperoleh
dari lingkungan dalam organisme.
Beberapa ahli mulai menyusun teori langkah-langkah biogenetik dari senyawa organik bahan alam yang berlangsung dalam mikroorganisme hidup. Basis dari teori ini
adalah keteraturan struktural yang teramati sejak awal sampai akhir reaksi. Teori yang paling menonjol adalah “aturan isoprena” yang diusulkan oleh Ruzicka. Dia menyatakan
semua senyawa terpenoid terbentuk dari “unit isoprena” C
5
.
Dari kesemua teori biogenesis ini dapat disimpulkan adanya 4 kelas senyawa organik bahan alam, yakni :
a Poliketida asetogenin
b Fenolat fenilpropanoid
c Isoprenoid
d Alkaloida
Nakanishi, 1974.
2.2.1. Senyawa Alkaloida