Pubertas Terlambat Delayed Puberty Pubertas Prekok

terlambat Abbassi, 1998. Awitan pubertas di Amerika Serikat lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada remaja Herman-Giddens, 1997. Berbagai stress seperti penyakit akut dan kronis dapat menekan HPA axis. Latihan fisik dan kompetisi olahraga yang intensif seperti senam dapat mengakibatkan stres fisik dan psikologis yang berhubungan dengan keterlambatan pubertas Roemmich, 2001. Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke luar negeri dapat terjadi kejar tumbuh Catch up growth dan terpicunya pubertas dini Bona, 2000. Ini diduga akibat lepasnya si anak dari lingkungan yang penuh stress. Keadaan ini dihubungkan pula dengan peningkatan aktifitas metabolik pada masa kejar tumbuh. Namun pada keadaan lain lingkungan yang penuh stress dan hubungan orang tua yang tidak nyaman dapat pula menyebabkan timbulnya pubertas dini Parent, 2003. Respon neuroendokrin terhadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam pengaruh pubertas. Berbagai faktor seperti siklus pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas Mason, 2005.

2.2.7. Pubertas Terlambat Delayed Puberty

Pubertas Terlambat delayed puberty pada perempuan didefenisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki pubertas terlambat adalah bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cmn atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Secara statistik pubertas yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5 dari normal populasi remaja pada kedua jenis kelamin, lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan pubertas daripada perempuan. Kebanyakan keterlambatan pada remaja masih normal atau disebut dengan constitutional delay Universitas Sumatera Utara in growth and puberty CDGP. Hal ini perlu dibedakan dengan penderita yang mengalami kelainan hormonal. Klasifikasi yang digunakan pada pubertas yang terlambat didasarkan pada sekresi gonadotropin yang dihubungkan dengan stadium diferensiasi seksual bukan berdasarkan umur kronologis. Berdasarkan kadar gonadotropin dapat dibagi menjadi hypergonadotropic hypogonadism dan hypogonadotropin hypogonadism. Pada hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin FSH dan LH meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan penurunan kadar hormon gonadotropin Suryawan, 2004.

2.2.8. Pubertas Prekok

Pubertas prekok terjadi apabila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis neuroendokringonad. Diagnosis pubertas prekok dibuat berdasarkan gejala klinis yang mendukung dan hasil tes laboratorium. Pada anak yang dicurigai menderita pubertas prekok diperiksa secara lengkap antara lain pembesaran payudara dan pertumbuhan rambut pubis pada perempuan. Pubertas prekok pada perempuan bila ditemukan pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut pubis sebelum umur 9 tahun, atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun. Rontgen pergelangan dan telapak tangan kiri untuk menilai umur tulang bone age sebagai tanda terjadinya peningkatan hormon seks steroid secara sistemik. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas Suryawan, 2004.

2.3. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Waktu Pubertas

Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada Universitas Sumatera Utara