Indeks Masa Tubuh Pembahasan 1.

jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada murid Sekolah Dasar. Kebanyakan sampel berasal dari Madrasah Tsanawiyah. Kelompok interval tinggi badan paling banyak adalah kelompok dengan interval 142 – 151 cm, yaitu sejumlah 56,2 persen dengan rata-rata tinggi badan sebesar 149. Hal ini menunjukkan kecenderungan tinggi badan yang hampir seragam pada sebaran responden penelitian. Pada tahun 2006, Setyowati mendapatkan tinggi badan rata-rata siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 purwodadi, kabupaten Grobongan sejumlah 157,11 cm. Yosia, 2009 mendapatkan rata-rata tinggi badan sebesar 1,42 meter pada pemeriksaan siswi SMPN 2 Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kab.Deli Serdang. Berdasarkan berat badan, jumlah responden terbanyak berada pada kelompok berat badan 41-52 kg dengan rata-rata 42,9 kg. Hal ini merupakan rentang yang normal bagi remaja usia 9-14 tahun. Pada Setyowati, 2006, didapatkan rata-rata berat badan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobongan yaitu sebesar 48,49 kg. Berat badan rata-rata pada 58 orang sampel penelitian siswi SMPN 2 Tanjung Morawa sebesar 40.50 kg Yosia, 2009.

5.2.2. Indeks Masa Tubuh

Dari tabel 5.4, didapatkan hasil responden yang termasuk klasifikasi kurus 35,2 lebih banyak daripada responden yang termasuk klasifikasi gemuk 4,1 dengan rata-rata 19,3. Klasifikasi ini didapatkan dari hasil perhitungan Indeks Masa Tubuh IMT yaitu dengan rumus 2 m TB kg BB . Asumsi peneliti, hal ini mungkin terkait dengan tigkat sosial ekonomi penduduk Langkat. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Langkat adalah sebagai petani dan nelayan. Penelitian yang telah dilaksanakan di berbagai Negara menunjukkan usia menarche dari anak yang berasal dari sosial ekonomi tinggi mendapat usia menarche lebih muda dibanding anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah Santoso, 1999. Universitas Sumatera Utara Setyowati, 2006 melakukan penelitian pada siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobongan. Dari 75 orang sampel penelitian, didapatkan lebih dari separuh responden 80,0 memiliki IMT normal. Dahliansyah, 2008 melakukan penelitian tentang hubungan status nutrisi dengan usia menarche pada Siswi SMPN I Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Status nutrisi dinilai dari hasil pengukuran IMT. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 45,6 responden mempunyai IMT yang rendah 18,5. Yosia, 2009 melakukan penelitian hubungan IMT terhadap usia menarhe pada siswi SMPN 2 Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan rata – rata IMT 20.86 kgm 2 . Banyak hal yang turut mempengaruhi keadaan ini. Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan bahan kimia dalam proses pembuatan makanan semakin marak. Penggunaaan hormon dalam perkembangbiakan hewan ternak akan mempengaruhi pertumbuhan remaja. Remaja yang mengkonsumsi cenderung menjadi gemuk dan memiliki Indeks Masa Tubuh yang tinggi pula. Selain itu, aktifitas harian dan olahraga juga turut mempengaruhi. Perkembangan internet turut mengurangi aktifitas bermain anak sehingga menurunkan tingkat mobilitas anak yang mengakibatkan kecenderungan indeks masa tubuh yang besar pula.

5.2.3. Usia Menarche