2.2 Pengendalian Intern
2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern
Menurut IAI 2011 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a keandalan pelaporan keuangan, b efektivitas dan
efisiensi operasi, dan c kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian internal menurut laporan COSO Comitte of Sponsoring
Treadway Organization Comission adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam suatu perusahaan yang
dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut, yaitu keandalan pelaporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan.
Laporan COSO Comitte of Sponsoring Treadway Organization Comission juga menyatakan bahwa konsep fundamental dari pengendalian internal
dinyatakan dalam definisi berikut: 1. Pengendalian internal merupakan suatu proses, yang berarti alat untuk
mencapai suatu akhir, bukan pada akhir itu sendiri. Pengendalian internal terdiri atas serangkaian tindakan yang tergabung dan terintegrasi dengan
infrastruktur perusahaan. 2. Pengendalian internal dilaksanakan oleh individu. Pengendalian internal
bukan hanya suatu kebijakan dan formulir-formulir, tetapi individu pada
berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya.
3. Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan
direksi suatu perusahaan karena keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan keperluan untuk mempertimbangkan biaya
dan manfaat relatif dari pengadaan pengendalian. 4. Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori yang
saling berkaitan dari pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi perusahaan. Menurut Tunggal 1995 dalam Nirmala 2012, pengendalian internal
meliputi organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, memelihara
ketelitian dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, dan meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah
ditetapkan. Jadi pengendalian internal meliputi pengendalian akuntansi dan pengendalian administrasi.
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian meliputi pengamanan terhadap kekayaan perusahaan sehingga diperlukannya catatan akuntansi. Pengendalian
akuntansi pada umumnya meliputi persetujuan, pemisahan antara fungsi operasional penyimpangan dan pencatatan, serta pengawasan fisik atau kekayaan.
Sedangkan, pengendalian administrasi adalah pengendalian meliputi peningkatan efisiensi usaha dan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan.
Pengendalian administrasi pada umumnya tidak langsung berhubungan dengan
catatan akuntansi, misalnya analisis statistik, studi waktu dan gerak, program pelatihan karyawan, dan pengendalian mutu Nirmala, 2012.
Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal Pemerintah SPIP yaitu sistem pengendalian internal
adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan. Yang mana tindakan dan kegiatan dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Ada empat tujuan organisasi yang ingin dicapai dengan dibangunnya
SPIP yaitu melalui: a kegiatan yang efektif dan efisien, b keandalan pelaporan keuangan, c pengamanan aset negara, dan d ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya SPIP ialah kegiatan yang efektif
dan efisien merupakan kegiatan instansi pemerintah telah ditangani sesuai dengan rencana dan hasilnya telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Pengendalian harus dirancang agar tujuan yang ingin dicapai berjalan efektif dan efisien. Istilah efisien biasanya dikaitkan dengan pemanfaatan aset
untuk mendapatkan hasil. Kegiatan instansi pemerintah efisien bila mampu menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi pelayanan prima dengan bahan
baku sumber daya yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Keandalan laporan keuangan memiliki tujuan yang didasarkan pada
pemikiran utama bahwa informasi sangat penting bagi instansi pemerintah untuk pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil harus tepat sesuai dengan
kebutuhan, maka informasi yang disajikan harus andal atau layak dipercaya,
dengan pengertian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Laporan yang tersaji tidak memadai dan tidak benar akan menyesatkan dan dapat
mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah serta merugikan organisasi. Pengamanan aset negara adalah aset negara diperoleh dengan
membelanjakan uang yang berasal dari masyarakat terutama dari penerimaan pajak dan bukan pajak yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan negara.
Pengamanan aset negara menjadi perhatian penting pemerintah dan masyarakat karena kelalaian dalam pengamanan aset akan berakibat pada mudahnya terjadi
pencurian, penggelapan dan bentuk manipulasi lainnya. Kejadian terhadap aset tersebut dapat merugikan instansi pemerintah yang pada gilirannya akan
merugikan masyarakat sebagai pengguna jasa. Upaya pengamanan aset ini, antara lain dapat ditunjukkan dengan kegiatan pengendalian seperti pembatasan akses
penggunaan aset, data dan informasi, penyediaan petugas keamanan, dan sebagainya.
Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dilihat pada setiap kegiatan dan transaksi yang merupakan suatu perbuatan hukum, sehingga setiap
transaksi atau kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap
aspek hukum dapat mengakibatkan tindakan pidana maupun perdata berupa kerugian, misalnya berupa tuntutan oleh aparat maupun masyarakat. Setiap
kegiatan dan transaksi merupakan suatu perbuatan hukum, sehingga setiap transaksi atau kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijakan, rencana,
prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap
aspek hukum dapat mengakibatkan tindakan pidana maupun perdata berupa kerugian, misalnya berupa tuntutan oleh aparat maupun masyarakat. Keempat
tujuan sistem pengendalian intern tersebut tidak perlu dicapai secara terpisah- pisah dan tidak harus dirancang secara terpisah untuk mencapai satu tujuan.
Berdasar pengertian pengendalian intern diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah sebuah proses yang terdiri dari kebijakan dan prosedur
yang dibuat oleh pemegang kepentingan dan nantinya akan dilaksanakan oleh entitas untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-
tujuan. Penerapan pengendalian intern dalam kegiatan operasi suatu entitas diharapkan mampu mengurangi penyelewengan serta tindakan-tindakan yang
dapat merugikan entitas tersebut.
2.2.2 Pemahaman Atas Pengendalian Intern