pengendalian intern baik dari pihak dalam maupun luar organisasi agar meminimalisir tindak kecurangan yang terjadi. Kecurangan yang terjadi dalam hal
pengunaan pendapatan daerah dapat berupa penggunaan uang daerah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan menjurus pada tindak korupsi
atau penggelapan. Penelitian yang dilakukan Petrovits, Shakespeare dan Shih 2010
mengemukakan bahwa kompleksitas organisasi dapat diukur melalui jumlah sumber pendapatan. Penelitian Martani dan Zaelani 2011 yang meneliti
pengaruh PAD mempunyai hasil adanya pengaruh positif antara PAD dengan kelemahan pengendalian intern. Puspitasari 2013 dan Hartono 2014 tidak
menemukan adanya pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern. Berdasarkan penjelasan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar pendapatan asli daerah akan berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern.
2.7.3 Hubungan Ukuran dengan Kelemahan Pengendalian Intern
Ukuran sebuah entitas merupakan tingkat aktivitas yang ada di dalam entitas tersebut. Apabila perusahaan yang memiliki aktivitas bisnis yang lebih
besar tentu perusahaan tersebut memiliki jumlah ukuran yang besar. Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang besar pula untuk mendapat sumber
pendanaan dari berbagai sumber, yang mana sumber pendanaan tersebut cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
pengendalian intern. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan jumlah aset, total penjualan dan rata-rata penjualan.
Pemerintah daerah selaku organisasi pemerintah yang termasuk dalam kategori organisasi nirlaba, memiliki sumber-sumber aset atau kekayaan yang
mampu menggambarkan ukuran pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang memiliki jumlah aset yang banyak berarti mampu mendukung kegiatan ekonomi
daerahnya. Banyaknya aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan menyadarkan pihak manajemen pemerintah terkait dengan peningkatan
pengawasan terhadap aset. Pemerintah akan berusaha mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mengawasi aset daerahnya, sehingga mampu menurunkan
tingkat kecurangan yang terjadi. Dibutuhkan sebuah pengawasan intern yang baik terhadap aset agar dapat terjaga dengan baik.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ge dan Mc Vay 2005, Doyle, Ge dan Mc Vay 2007, Martani dan Zaelani 2011 dan Hartono 2014
menemukan adanya hubungan yang negatif antara ukuran terhadap kelemahan pengendalian intern. Petrovits, Shakespeare dan Shih 2010 mengemukakan
bahwa masalah pengendalian intern meningkat untuk organisasi nirlaba yang lebih kecil ukuran total asetnya.
Dalam penelitian ini ukuran pemerintah daerah diukur dengan total aset sebagai proksi ukuran pemerintah daerah. Penggunaan total aset sebagai proksi
dari ukuran karena mampu menentukan kebijakan pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kepentingan organisasi. Organisasi yang besar
juga memiliki sumber daya ekonomi yang lebih banyak untuk melakukan
implementasi sistem pengendalian intern seperti melakukan training dan konsultasi sistem pengendalian intern. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa semakin besar ukuran pemerintah daerah akan berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.
2.7.4 Hubungan Kompleksitas dengan Kelemahan Pengendalian Intern